Share

Stories 14 November 2024

Ecosia dan Qwant Bersatu Tantang Dominasi Mesin Pencari Google

Dua mesin pencari dari Jerman dan Prancis berkolaborasi menciptakan indeks pencarian web bercita rasa Eropa

Dua mesin pencari Qwant dan Ecosia/innovations.fr

Context.id, JAKARTA - Di dunia mesin pencari, ada dua nama yang jarang terdengar, namun mereka memiliki ambisi besar: mengalahkan Google!. 

Ya, dua mesin pencari itu Ecosia dan Qwant. Satu berbasis di Berlin, yang lainnya di Paris. Keduanya ingin bergabung untuk melawan dominasi pasar yang dikuasai raksasa peramban seperti Google dan Microsoft Bing. 

Ecosia, mesin pencari yang dikenal karena menyumbangkan laba untuk penanaman pohon, dan Qwant, mesin pencari asal Prancis yang menjunjung tinggi privasi penggunanya, belum lama ini mengumumkan kemitraan untuk menciptakan indeks pencarian web yang baru. 

Melalui kolaborasi itu, keduanya berharap dapat menawarkan alternatif yang lebih berfokus pada keberlanjutan dan nilai-nilai lokal di Eropa.

Kerja sama ini akan membentuk sebuah perusahaan patungan yang bernama European Search Perspective (EUSP), dengan kantor pusat di Paris. 



Tujuan utama mereka? 

Seperti yang sudah disebut sebelumnya, mengurangi ketergantungan pada Google dan Bing, serta menawarkan hasil pencarian yang lebih sesuai dengan misi masing-masing perusahaan dan preferensi penggunanya di Eropa.

Bisa mengalahkan Google? 
Sebenarnya ambisi mengalahkan Google dan Bing rasanya terlalu muluk buat keduanya. Pasalnya  Ecosia dan Qwant bukanlah pemain besar di pasar pencarian global. 

Ecosia, meskipun memiliki sekitar 20 juta pengguna di seluruh dunia, hanya menguasai sekitar 1% pangsa pasar pencarian di Prancis dan Jerman. 

Begitu juga dengan Qwant, yang mencatat sekitar 6 juta pengguna. 

Mereka mengandalkan lisensi pencarian dari Google dan Bing untuk memberikan hasil pencarian, yang kadang kala bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka anut. 

Seperti halnya ketika Ecosia mencarikan penerbangan yang ramah lingkungan dan justru menemukan situs pemesanan tiket pesawat.

"Jika kami dapat mengurangi hasil pencarian dari perusahaan yang tidak etis atau tidak berkelanjutan, dan memberi peringkat lebih tinggi pada perusahaan yang lebih baik, itu akan menjadi pencapaian besar," kata Christian Kroll, CEO Ecosia seperti dikutip Wired. 

Inilah salah satu alasan mengapa kolaborasi antara Ecosia dan Qwant dianggap sebagai langkah penting untuk menghadirkan sebuah mesin pencari yang lebih sesuai dengan preferensi dan nilai-nilai pengguna Eropa.

Memanfaatkan regulasi baru
Langkah ini tidak hanya didorong oleh keinginan untuk mengurangi ketergantungan pada Google dan Microsoft. 

Peraturan baru yang lebih ketat di Uni Eropa terhadap dominasi teknologi besar, serta kemajuan teknologi yang memungkinkan pencarian web yang lebih terjangkau dan canggih, memberi peluang bagi Ecosia dan Qwant untuk melangkah lebih jauh. 

Terlebih lagi, layanan seperti ChatGPT dan TikTok kini mulai mengubah cara orang mencari informasi di web, memberikan peluang bagi pemain kecil untuk menarik perhatian pengguna yang lebih sadar akan alternatif pencarian.

EUSP akan mengembangkan infrastruktur teknisnya dengan bantuan OVHcloud, penyedia layanan cloud yang juga berbasis di Eropa. 

Ecosia akan menyumbangkan dana dan data, sementara Qwant akan menyuplai tenaga kerja untuk mengembangkan teknologi pencarian. 

EUSP berencana mulai menguji hasil pencarian yang telah dimodifikasi di Prancis pada awal tahun 2025, dan di Jerman pada akhir tahun 2025.

Akankah berhasil? 

Di sinilah persoalannya, mengembangkan sebuah indeks pencarian yang mampu bersaing dengan Google, yang sudah bertahun-tahun memimpin pasar seperti menjadi tugas bersejarah. 

Kroll mengakui itu bukan pekerjaan mudah, tetapi dia percaya teknologi yang semakin maju, dikombinasikan dengan regulasi yang lebih ketat terhadap raksasa teknologi, menjadikan ini waktu yang tepat untuk mencapainya.

Terlebih lagi, kata Kroll, Ecosia dan Qwant memiliki kesempatan untuk menawarkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya: sebuah mesin pencari yang disesuaikan dengan kebutuhan dan nilai-nilai Eropa. 

Misalnya, Ecosia yang sangat fokus pada keberlanjutan dan lingkungan, dapat mengurangi peringkat situs-situs yang dianggap merusak lingkungan dan lebih menonjolkan pilihan yang lebih ramah lingkungan.

Hal ini penting, mengingat semakin banyak pengguna yang merasa jenuh dengan hasil pencarian Google yang seringkali dipenuhi iklan dan situs-situs yang tidak relevan. 

"Kami ingin memberi orang Eropa pencarian yang lebih baik, sesuai dengan nilai-nilai mereka dan lebih fokus pada kebutuhan lokal," kata Kroll.

Selain itu, EUSP berpotensi mengisi celah yang ada di pasar pencarian untuk negara-negara yang kurang terlayani, seperti Ethiopia, yang pada bulan Juni lalu menjadi sorotan sebuah studi UC Berkeley. 

Studi tersebut menemukan pencarian dalam bahasa Amharic di YouTube sering kali mengarahkan pengguna pada konten yang tidak pantas dan tidak relevan. 

Ini menjadi bukti hasil pencarian yang lebih disesuaikan dengan konteks lokal sangat dibutuhkan.

Jika Ecosia dan Qwant berhasil, mereka bisa memberikan alternatif pencarian yang lebih baik bagi Eropa, seperti halnya yang telah dilakukan Naver di Korea Selatan

Naver kini menguasai lebih dari setengah pasar pencarian di negara tersebut setelah meninggalkan Google karena hasil pencarian yang dianggap tidak relevan.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 14 November 2024

Ecosia dan Qwant Bersatu Tantang Dominasi Mesin Pencari Google

Dua mesin pencari dari Jerman dan Prancis berkolaborasi menciptakan indeks pencarian web bercita rasa Eropa

Dua mesin pencari Qwant dan Ecosia/innovations.fr

Context.id, JAKARTA - Di dunia mesin pencari, ada dua nama yang jarang terdengar, namun mereka memiliki ambisi besar: mengalahkan Google!. 

Ya, dua mesin pencari itu Ecosia dan Qwant. Satu berbasis di Berlin, yang lainnya di Paris. Keduanya ingin bergabung untuk melawan dominasi pasar yang dikuasai raksasa peramban seperti Google dan Microsoft Bing. 

Ecosia, mesin pencari yang dikenal karena menyumbangkan laba untuk penanaman pohon, dan Qwant, mesin pencari asal Prancis yang menjunjung tinggi privasi penggunanya, belum lama ini mengumumkan kemitraan untuk menciptakan indeks pencarian web yang baru. 

Melalui kolaborasi itu, keduanya berharap dapat menawarkan alternatif yang lebih berfokus pada keberlanjutan dan nilai-nilai lokal di Eropa.

Kerja sama ini akan membentuk sebuah perusahaan patungan yang bernama European Search Perspective (EUSP), dengan kantor pusat di Paris. 



Tujuan utama mereka? 

Seperti yang sudah disebut sebelumnya, mengurangi ketergantungan pada Google dan Bing, serta menawarkan hasil pencarian yang lebih sesuai dengan misi masing-masing perusahaan dan preferensi penggunanya di Eropa.

Bisa mengalahkan Google? 
Sebenarnya ambisi mengalahkan Google dan Bing rasanya terlalu muluk buat keduanya. Pasalnya  Ecosia dan Qwant bukanlah pemain besar di pasar pencarian global. 

Ecosia, meskipun memiliki sekitar 20 juta pengguna di seluruh dunia, hanya menguasai sekitar 1% pangsa pasar pencarian di Prancis dan Jerman. 

Begitu juga dengan Qwant, yang mencatat sekitar 6 juta pengguna. 

Mereka mengandalkan lisensi pencarian dari Google dan Bing untuk memberikan hasil pencarian, yang kadang kala bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka anut. 

Seperti halnya ketika Ecosia mencarikan penerbangan yang ramah lingkungan dan justru menemukan situs pemesanan tiket pesawat.

"Jika kami dapat mengurangi hasil pencarian dari perusahaan yang tidak etis atau tidak berkelanjutan, dan memberi peringkat lebih tinggi pada perusahaan yang lebih baik, itu akan menjadi pencapaian besar," kata Christian Kroll, CEO Ecosia seperti dikutip Wired. 

Inilah salah satu alasan mengapa kolaborasi antara Ecosia dan Qwant dianggap sebagai langkah penting untuk menghadirkan sebuah mesin pencari yang lebih sesuai dengan preferensi dan nilai-nilai pengguna Eropa.

Memanfaatkan regulasi baru
Langkah ini tidak hanya didorong oleh keinginan untuk mengurangi ketergantungan pada Google dan Microsoft. 

Peraturan baru yang lebih ketat di Uni Eropa terhadap dominasi teknologi besar, serta kemajuan teknologi yang memungkinkan pencarian web yang lebih terjangkau dan canggih, memberi peluang bagi Ecosia dan Qwant untuk melangkah lebih jauh. 

Terlebih lagi, layanan seperti ChatGPT dan TikTok kini mulai mengubah cara orang mencari informasi di web, memberikan peluang bagi pemain kecil untuk menarik perhatian pengguna yang lebih sadar akan alternatif pencarian.

EUSP akan mengembangkan infrastruktur teknisnya dengan bantuan OVHcloud, penyedia layanan cloud yang juga berbasis di Eropa. 

Ecosia akan menyumbangkan dana dan data, sementara Qwant akan menyuplai tenaga kerja untuk mengembangkan teknologi pencarian. 

EUSP berencana mulai menguji hasil pencarian yang telah dimodifikasi di Prancis pada awal tahun 2025, dan di Jerman pada akhir tahun 2025.

Akankah berhasil? 

Di sinilah persoalannya, mengembangkan sebuah indeks pencarian yang mampu bersaing dengan Google, yang sudah bertahun-tahun memimpin pasar seperti menjadi tugas bersejarah. 

Kroll mengakui itu bukan pekerjaan mudah, tetapi dia percaya teknologi yang semakin maju, dikombinasikan dengan regulasi yang lebih ketat terhadap raksasa teknologi, menjadikan ini waktu yang tepat untuk mencapainya.

Terlebih lagi, kata Kroll, Ecosia dan Qwant memiliki kesempatan untuk menawarkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya: sebuah mesin pencari yang disesuaikan dengan kebutuhan dan nilai-nilai Eropa. 

Misalnya, Ecosia yang sangat fokus pada keberlanjutan dan lingkungan, dapat mengurangi peringkat situs-situs yang dianggap merusak lingkungan dan lebih menonjolkan pilihan yang lebih ramah lingkungan.

Hal ini penting, mengingat semakin banyak pengguna yang merasa jenuh dengan hasil pencarian Google yang seringkali dipenuhi iklan dan situs-situs yang tidak relevan. 

"Kami ingin memberi orang Eropa pencarian yang lebih baik, sesuai dengan nilai-nilai mereka dan lebih fokus pada kebutuhan lokal," kata Kroll.

Selain itu, EUSP berpotensi mengisi celah yang ada di pasar pencarian untuk negara-negara yang kurang terlayani, seperti Ethiopia, yang pada bulan Juni lalu menjadi sorotan sebuah studi UC Berkeley. 

Studi tersebut menemukan pencarian dalam bahasa Amharic di YouTube sering kali mengarahkan pengguna pada konten yang tidak pantas dan tidak relevan. 

Ini menjadi bukti hasil pencarian yang lebih disesuaikan dengan konteks lokal sangat dibutuhkan.

Jika Ecosia dan Qwant berhasil, mereka bisa memberikan alternatif pencarian yang lebih baik bagi Eropa, seperti halnya yang telah dilakukan Naver di Korea Selatan

Naver kini menguasai lebih dari setengah pasar pencarian di negara tersebut setelah meninggalkan Google karena hasil pencarian yang dianggap tidak relevan.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Ini 15 Kota di Dunia yang Punya Miliarder Terbanyak

Hampir sepertiga miliarder dunia tinggal di hanya 15 kota, menurut studi baru Altrata dan New York merupakan rumah bagi populasi orang superkaya t ...

Context.id . 21 November 2024

Triliunan Dolar Dihabiskan untuk Perang, Mengapa Tidak untuk Iklim?

Tuntutan negara berkembang agar Barat menyumbangkan dana US$1 triliun untuk anggaran iklim bukanlah hal yang mustahil, karena mereka sanggup habis ...

Context.id . 21 November 2024

China dan India Negara Maju dan Harus Berkontribusi di Pendanaan Iklim

Delegasi dari negara-negara miskin mengatakan klasifikasi yang sudah ada sejak tahun 1992 sudah tidak berlaku lagi dan kedua negara \'harus berkon ...

Context.id . 20 November 2024

Aktivis Demokrasi Hong Kong Dipenjara: Siapa Mereka dan Apa Kasusnya?

Aktivis Hong Kong 47 pertama kali ditangkap pada tahun 2021 karena menyelenggarakan pemilu tidak resmi yang oleh pihak berwenang disamakan dengan ...

Context.id . 20 November 2024