Stories - 20 September 2024
LinkedIn Mulai Menjadi Platform Video Baru bagi Para Konten Kreator
LinkedIn media sosial jejaring para professional belakangan ini meluncurkan fitur konten berbasis video pendek
Context.id, JAKARTA - LinkedIn media sosial yang dikhususkan untuk jejaring professional belakangan ini meluncurkan fitur konten berbasis video pendek layaknya fitur Reels pada Instagram dan TikTok.
LinkedIn sebenarnya sudah mulai menguji fitur konten berbasis video pendek sejak Maret lalu.
Pada awalnya, hanya sejumlah kecil pengguna LinkedIn yang tepilih atau "Top Voices" yang bisa memposting video, akan tetapi saat ini fitur ini sudah bisa digunakan oleh semua pengguna.
Durasi video
Meskipun LinkedIn mengizinkan video yang diunggah pengguna berdurasi hingga 10 menit, tapi mereka merekomendasikan agar durasinya tetap di bawah 40-60 detik.
Ini untuk menjaga atensi penonton yang seringkali cepat bosan. Untuk fitur video ini, LinkedIn mendukung jenis file MP4, MOV, AVI, dan WEBM.
BACA JUGA
- Pemerintah Berencana Bentuk Dewan Media Sosial, Apakah Penting?
- Perkenalkan SocialAI, Medsos Bagi Orang Kesepian atau Pemalu
- Di Era Medsos Musik Bukan Lagi Soal Gimmick
LinkedIn mengajak pengguna untuk mengunggah "video orisinil" (native videos) yang secara otomatis diputar di feed dan dapat dibagikan seperti konten biasa.
Fitur video pendek LinkedIn ini sangat bermanfaat bagi pemasar B2B, branding personal, dan pemimpin perusahaan yang ingin membagikan ide dan pemikirannya.
Bagi LinkedIn, fitur terbaru ini juga dapat membantu mereka menarik lebih banyak kreator dan pengiklan.
Popularitas konten berbasis video
Langkah LinkedIn merilis fitur video tentunya sangat tepat. Saat ini, media sosial berbasis video pendek terus bertumbuh dengan pesat.
Melansir laporan keuangan Q4 2024 Microsoft pada Juli kemarin, konten video pendek menjadi jenis konten yang tumbuh paling cepat di LinkedIn, dengan unggahan video meningkat sebesar 34% dari tahun ke tahun.
Keputusan LinkedIn untuk meluncurkan fitur video pendek ini diperkirakan ditujukan untuk mempersiapkan platorm media sosial profesional meraih perhatian Generasi Z atau Gen Z.
Berdasarkan riset perusahaan data intelligence Morning Consult terhadap perilaku Gen Z di media sosial, kelompok ini menyukai dan betah berada di media sosial berbasis video pendek seperti Youtube, Instagram, dan TikTok.
Hasil riset yang sama menyebut bahwa YouTube menjadi platform media sosial yang paling sering digunakan oleh Gen Z dengan lebih dari 80% waktu yang mereka habiskan di aplikasi tersebut.
Di posisi kedua ada Instagram dengan 75% menunjukkan bahwa media sosial yang berada di bawah naungan Facebook ini masih relevan. TikTok 69% hingga Snapchat 63% juga tak terlalu jauh tertinggal.
Menariknya, lebih banyak responden pria yang menggunakan platform seperti YouTube, X, Discord, Reddit, dan Twitch.
Berdasarkan hasil riset yang sama pun juga menunjukan bahwa 35% Gen Z menghabiskan waktu yang cukup lama di media sosial yaitu empat jam dalam sehari.
Di tengah dominasi Youtube, Instagram, dan TikTok yang digemari Gen Z, LinkedIn berniat menjadi media sosial berbasis video pendek dengan ciri khas ‘profesionalitasnya’.
Merebut konten kreator
Mengutip Fast Company, ada kemungkinan juga LinkedIn bakal merebut konten kreator video yang berada di media sosial lain.
“Saya sangat antusias dengan LinkedIn sebagai kreator konten sekarang setelah mereka memperkenalkan umpan video,” kata Austin Hankwitz, kreator yang berfokus pada keuangan yang akun TikTok-nya memiliki lebih dari 760.000 pengikut.
“Video LinkedIn telah menjadi cara yang luar biasa untuk mulai menjangkau audiens baru yang belum saya jangkau di TikTok atau Instagram,” tambahnya
Meskipun sebagian orang menganggap bagian komentar LinkedIn biasa klise, Hankwitz yakin bahwa bagian ini adalah tempat yang lebih baik daripada sebagian besar platform media sosial untuk mendapatkan keterlibatan yang dipertimbangkan.
"Di LinkedIn, komentar yang ditinggalkan jauh lebih bijaksana. Orang-orang yang terlibat lebih mudah menjadi pengikut dan sepertinya konten yang saya bagikan di LinkedIn tentang berita dan cerita bisnis mendapatkan lebih banyak keterlibatan di LinkedIn daripada di Instagram atau TikTok," jelasnya.
Satu video yang dia posting tentang Starbucks yang merekrut CEO baru mendapat 1,5 juta penayangan di LinkedIn, dibandingkan dengan hanya 15.000 penayangan di TikTok.
Penulis : Naufal Jauhar Nazhif
Editor : Wahyu Arifin
MORE STORIES
Di Tengah Perang dan Pengungsian: Mengapa Warga Palestina Tak Mau Pergi?
Warga Palestina tetap bertahan di tengah perang karena keterikatan emosional terhadap tanah, identitas budaya, serta harapan akan masa depan yang ...
Context.id | 09-10-2024
Dua Pelopor Kecerdasan Buatan (AI) Raih Nobel Fisika 2024
Dua pelopor kecerdasan buatan (AI) menerima Nobel Fisika 2024 sebagai pengakuan atas kontribusi inovatif mereka dalam mengubah pemahaman kita tent ...
Context.id | 09-10-2024
Kembalinya Pedagang Maut Viktor Bout ke Perdagangan Senjata Global
Kembalinya Viktor Bout menggambarkan perjalanan kontroversialnya dari penjara menuju kembali terlibat dalam perdagangan senjata global yang komple ...
Context.id | 09-10-2024
Krisis Air Global, Tahun-tahun Terkering dalam Tiga Dekade
Krisis air global selama tiga dekade terakhir disebabkan oleh perubahan iklim dan pengelolaan yang buruk, berdampak pada lingkungan, sosial, dan e ...
Naufal Jauhar Nazhif | 09-10-2024
A modern exploration of business, societies, and ideas.
Powered by Bisnis Indonesia.
Copyright © 2024 - Context
Copyright © 2024 - Context