Share

Home Stories

Stories 23 Agustus 2025

Panas Ekstrem Bikin Kinerja Pekerja Turun Hingga Gagal Ginjal

PBB menyerukan perlindungan kesehatan bagi pekerja yang semakin terpapar panas ekstrem akibat perubahan iklim

Sejumlah pekerja beraktivitas pada proyek konstruksi gedung bertingkat di Jakarta, Kamis (31/7/2025) / JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Context.id, JAKARTA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengimbau pemerintah hingga pengusaha untuk melakukan perlindungan kesehatan bagi para pekerja yang semakin terpapar panas ekstrem.

Dalam keterangan resminya, Jumat (22/8/2025), PBB menyoroti perubahan iklim yang membuat gelombang panas semakin sering terjadi dan intens. Fenomena ini telah berdampak terhadap kesehatan pekerja di dunia. Bahkan, produktivitas para pekerja menurun 2 sampai 3 persen untuk setiap derajat di atas 20°C.

Mengutip Reuters, Jumat (22/8/2025), setengah dari populasi dunia telah menderita konsekuensi buruk dari suhu tinggi. WHO dan World Meteorological Association (WMO) menyebut gelombang panas ekstrem bisa menyebabkan risiko kesehatan.

Di antaranya, seperti sengatan panas (heatstroke), dehidrasi, disfungsi ginjal, sampai gangguan neurologis. Risiko ini tentu lebih menghantui para pekerja informal di sektor pertanian, konstruksi, dan perikanan, serta populasi rentan seperti anak-anak dan lansia di negara berkembang.

"Tidak seorang pun seharusnya mengambil risiko gagal ginjal atau kolaps hanya untuk mencari nafkah," kata Rüdiger Krech, direktur ad interim untuk lingkungan, perubahan iklim, dan kesehatan di World Health Organization (WHO).

Wakil Sekretaris Jenderal WMO, Ko Barrett mengatakan perlindungan pekerja dari suhu panas ekstrem bukan hanya urusan kesehatan, tetapi juga kebutuhan ekonomi

International Labour Organization (ILO) melaporkan secara global terdapat lebih dari 2,4 miliar pekerja terpapar panas berlebih dan mengakibatkan 22,85 juta orang cedera kerja setiap tahunnya.

Badan-badan tersebut menyerukan rencana untuk menghadapi gelombang panas yakni dengan mendorong suhu kerja maksimum. Namun, mereka menyatakan hal itu merupakan suatu pilihan dan kemungkinan akan berbeda-beda di setiap negara–tergantung pada konteksnya.

Lebih lanjut, kedua organisasi internasional ini juga mendorong pendidikan yang lebih baik untuk petugas kesehatan serta responden pertama seperti polisi maupun petugas kebakaran lantaran tekanan atau stres akibat gelombang panas sering kali salah didiagnosis.



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 23 Agustus 2025

Panas Ekstrem Bikin Kinerja Pekerja Turun Hingga Gagal Ginjal

PBB menyerukan perlindungan kesehatan bagi pekerja yang semakin terpapar panas ekstrem akibat perubahan iklim

Sejumlah pekerja beraktivitas pada proyek konstruksi gedung bertingkat di Jakarta, Kamis (31/7/2025) / JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Context.id, JAKARTA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengimbau pemerintah hingga pengusaha untuk melakukan perlindungan kesehatan bagi para pekerja yang semakin terpapar panas ekstrem.

Dalam keterangan resminya, Jumat (22/8/2025), PBB menyoroti perubahan iklim yang membuat gelombang panas semakin sering terjadi dan intens. Fenomena ini telah berdampak terhadap kesehatan pekerja di dunia. Bahkan, produktivitas para pekerja menurun 2 sampai 3 persen untuk setiap derajat di atas 20°C.

Mengutip Reuters, Jumat (22/8/2025), setengah dari populasi dunia telah menderita konsekuensi buruk dari suhu tinggi. WHO dan World Meteorological Association (WMO) menyebut gelombang panas ekstrem bisa menyebabkan risiko kesehatan.

Di antaranya, seperti sengatan panas (heatstroke), dehidrasi, disfungsi ginjal, sampai gangguan neurologis. Risiko ini tentu lebih menghantui para pekerja informal di sektor pertanian, konstruksi, dan perikanan, serta populasi rentan seperti anak-anak dan lansia di negara berkembang.

"Tidak seorang pun seharusnya mengambil risiko gagal ginjal atau kolaps hanya untuk mencari nafkah," kata Rüdiger Krech, direktur ad interim untuk lingkungan, perubahan iklim, dan kesehatan di World Health Organization (WHO).

Wakil Sekretaris Jenderal WMO, Ko Barrett mengatakan perlindungan pekerja dari suhu panas ekstrem bukan hanya urusan kesehatan, tetapi juga kebutuhan ekonomi

International Labour Organization (ILO) melaporkan secara global terdapat lebih dari 2,4 miliar pekerja terpapar panas berlebih dan mengakibatkan 22,85 juta orang cedera kerja setiap tahunnya.

Badan-badan tersebut menyerukan rencana untuk menghadapi gelombang panas yakni dengan mendorong suhu kerja maksimum. Namun, mereka menyatakan hal itu merupakan suatu pilihan dan kemungkinan akan berbeda-beda di setiap negara–tergantung pada konteksnya.

Lebih lanjut, kedua organisasi internasional ini juga mendorong pendidikan yang lebih baik untuk petugas kesehatan serta responden pertama seperti polisi maupun petugas kebakaran lantaran tekanan atau stres akibat gelombang panas sering kali salah didiagnosis.



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

China Terus Mencoba Menyaingi Teknologi Cip AS

China terus memperkuat industri cipnya untuk menghadapi tekanan dari Amerika Serikat yang memboikot pengiriman cip ke Negeri Tirai Bambu itu

Renita Sukma . 06 October 2025

Sushila Karki, Perdana Menteri Perempuan Pertama di Nepal

Setelah meredanya gelombang protes di Nepal, Sushila Karki ditunjuk sebagai Perdana Menteri Sementara dan disebut menandakan tumbuhnya kepercayaan ...

Renita Sukma . 16 September 2025

Komisi PBB Klaim Israel Lakukan Genosida di Gaza

Komisi PBB melaporkan Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza dan mendorong masyarakat internasional untuk menghukum piha ...

Renita Sukma . 16 September 2025

Penembak Aktivis Charlie Kirk Ditangkap Setelah 33 Jam Diburu

Tyler Robinson, pria 22 tahun dari Utah, berhasil ditangkap setelah buron 33 jam atas tuduhan membunuh aktivis konservatif Charlie Kirk

Renita Sukma . 14 September 2025