Share

Home Stories

Stories 13 Oktober 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar keuangan

Ilustrasi emas batangan/mineralsbase.com

Context.id, JAKARTA - Logam mulia emas menjadi instrumen investasi yang paling digemari investor ketika arah perekonomian sedang mengalami guncangan alias penuh kettidakpastian. Beberap hari belakangan, harga emas sempat mencetak rekor tertinggi.

Berdasarkan data Bloomberg, pada Rabu (8/10/2025) kemarin, harga emas sempat mencetak rekor hingga menembus US$4.000 per troy ounce meski akhirnya kembali terkoreksi sedikit lebih rendah perdagangan Jumat (10/10). Meski sempat kembali turun, sebagian investor sudah membukukan keuntungan. 

Adanya ekspektasi pemangkasan suku bunga AS membuat harga emas berada di jalur kenaikan selama delapan minggu berturut-turut. "Ambang psikologis ($4.000) itu memicu aksi ambil untung di kalangan spekulan dan pedagang jangka pendek, tetapi investor jangka panjang seharusnya melihatnya sebagai konfirmasi kepercayaan terhadap uang kertas sedang terkikis," jelas COO di Allegiance Gold, Alex Ebkarian, dikutip dari Reuters. 

Ebkarian juga menyebut emas masih akan terus naik di masa depan. Meskipun secara historis emas dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap risiko pasar saham, logam mulia ini kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar keuangan. Investor cenderung melepas emas untuk menutupi kerugian di aset lain yang jatuh lebih tajam. 

Di Indonesia sepanjang 2025 berjalan, harga emas Antam baik harga jual maupun buyback meroket, seiring dengan lajunya yang berkali-kali menyentuh rekor harga tertinggi baru. 

Mengutip Dataindonesia.id, sepanjang 2025, harga jual emas Antam telah melesat Rp788.000 per gram, mencapai Rp2.303.000 per gram pada 9 Oktober 2025 dari patokan pada akhir tahun lalu sebesar Rp1.515.000 per gram pada 31 Desember 2024.

Harga buyback atau pembelian kembali emas antam juga naik tajam sebesar Rp786.000 per gram, atau menyentuh Rp2.151.000 per gram pada 9 Oktober 2025, dari patokan akhir tahun lalu pada 31 Desember 2024 yang sebesar Rp1.365.000 per gram.

Kedua angka tersebut kemudian menjadi harga tertinggi baru sepanjang masa, meskipun akhirnya reli tersebut sempat berhenti pada Jumat (10/10). 

Reli Emas Dulu dan Kini 
Bisnis mencatat, kenaikan harga hingga menyentuh US$4.000 memang menjadi sejarah. Pasalnya, pada dua tahun lalu, harganya masih berada di bawah US$2.000. Artinya harga emas sudah naik lebih dari 50% hanya dalam dua tahun. 

Sejarah juga menunjukan kenaikan emas biasanya beriringan dengan gejolak ekonomi dan politik global. Tercatat, emas menembus US$1.000 setelah krisis keuangan global, US$2.000 pada masa pandemi Covid-19, dan US$3.000 saat kebijakan tarif perdagangan Presiden Donald Trump mengguncang pasar. 

Adapun, kini emas berhasil melewati US$4.000 di tengah tekanan Presiden Donald Trump terhadap bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed). Hal ini termasuk ancaman terhadap ketua Jerome Powell dan upaya melengserkan Gubernur Lisa Cook, sebagai ujian terberat independensi bank sentral AS sejauh ini. 

Investor juga memburu emas sebagai perlindungan dari potensi guncangan pasar akibat kebuntuan politik anggaran di AS. 

Apalagi siklus pelonggaran moneter The Fed menambah dorongan bagi emas yang tidak memberikan imbal hasil bunga. Aliran dana masuk ke exchange-traded funds (ETF) berbasis emas pada September tercatat sebagai yang terbesar dalam lebih dari tiga tahun. 

Analis strategis Saxo Capital Markets Pte, Charu Chanana, bahkan berpendapat harga emas yang menyentuh US$4.000 tersebut bukan hanya soal ketakutan, melainkan juga pergeseran alokasi portofolio. 

Menurut Charu, dengan data ekonomi yang melambat dan prospek pemangkasan suku bunga, imbal hasil riil mulai menurun sementara saham berbasis kecerdasan buatan (AI) juga terlihat terlalu mahal. Alhasil, emas menjadi pilihan paling realistis.  

Terlebih, bank sentral juga berperan membangun fondasi reli harga emas. 



Penulis : Jessica Gabriela Soehandoko

Editor   : Context.id

Stories 13 Oktober 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar keuangan

Ilustrasi emas batangan/mineralsbase.com

Context.id, JAKARTA - Logam mulia emas menjadi instrumen investasi yang paling digemari investor ketika arah perekonomian sedang mengalami guncangan alias penuh kettidakpastian. Beberap hari belakangan, harga emas sempat mencetak rekor tertinggi.

Berdasarkan data Bloomberg, pada Rabu (8/10/2025) kemarin, harga emas sempat mencetak rekor hingga menembus US$4.000 per troy ounce meski akhirnya kembali terkoreksi sedikit lebih rendah perdagangan Jumat (10/10). Meski sempat kembali turun, sebagian investor sudah membukukan keuntungan. 

Adanya ekspektasi pemangkasan suku bunga AS membuat harga emas berada di jalur kenaikan selama delapan minggu berturut-turut. "Ambang psikologis ($4.000) itu memicu aksi ambil untung di kalangan spekulan dan pedagang jangka pendek, tetapi investor jangka panjang seharusnya melihatnya sebagai konfirmasi kepercayaan terhadap uang kertas sedang terkikis," jelas COO di Allegiance Gold, Alex Ebkarian, dikutip dari Reuters. 

Ebkarian juga menyebut emas masih akan terus naik di masa depan. Meskipun secara historis emas dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap risiko pasar saham, logam mulia ini kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar keuangan. Investor cenderung melepas emas untuk menutupi kerugian di aset lain yang jatuh lebih tajam. 

Di Indonesia sepanjang 2025 berjalan, harga emas Antam baik harga jual maupun buyback meroket, seiring dengan lajunya yang berkali-kali menyentuh rekor harga tertinggi baru. 

Mengutip Dataindonesia.id, sepanjang 2025, harga jual emas Antam telah melesat Rp788.000 per gram, mencapai Rp2.303.000 per gram pada 9 Oktober 2025 dari patokan pada akhir tahun lalu sebesar Rp1.515.000 per gram pada 31 Desember 2024.

Harga buyback atau pembelian kembali emas antam juga naik tajam sebesar Rp786.000 per gram, atau menyentuh Rp2.151.000 per gram pada 9 Oktober 2025, dari patokan akhir tahun lalu pada 31 Desember 2024 yang sebesar Rp1.365.000 per gram.

Kedua angka tersebut kemudian menjadi harga tertinggi baru sepanjang masa, meskipun akhirnya reli tersebut sempat berhenti pada Jumat (10/10). 

Reli Emas Dulu dan Kini 
Bisnis mencatat, kenaikan harga hingga menyentuh US$4.000 memang menjadi sejarah. Pasalnya, pada dua tahun lalu, harganya masih berada di bawah US$2.000. Artinya harga emas sudah naik lebih dari 50% hanya dalam dua tahun. 

Sejarah juga menunjukan kenaikan emas biasanya beriringan dengan gejolak ekonomi dan politik global. Tercatat, emas menembus US$1.000 setelah krisis keuangan global, US$2.000 pada masa pandemi Covid-19, dan US$3.000 saat kebijakan tarif perdagangan Presiden Donald Trump mengguncang pasar. 

Adapun, kini emas berhasil melewati US$4.000 di tengah tekanan Presiden Donald Trump terhadap bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed). Hal ini termasuk ancaman terhadap ketua Jerome Powell dan upaya melengserkan Gubernur Lisa Cook, sebagai ujian terberat independensi bank sentral AS sejauh ini. 

Investor juga memburu emas sebagai perlindungan dari potensi guncangan pasar akibat kebuntuan politik anggaran di AS. 

Apalagi siklus pelonggaran moneter The Fed menambah dorongan bagi emas yang tidak memberikan imbal hasil bunga. Aliran dana masuk ke exchange-traded funds (ETF) berbasis emas pada September tercatat sebagai yang terbesar dalam lebih dari tiga tahun. 

Analis strategis Saxo Capital Markets Pte, Charu Chanana, bahkan berpendapat harga emas yang menyentuh US$4.000 tersebut bukan hanya soal ketakutan, melainkan juga pergeseran alokasi portofolio. 

Menurut Charu, dengan data ekonomi yang melambat dan prospek pemangkasan suku bunga, imbal hasil riil mulai menurun sementara saham berbasis kecerdasan buatan (AI) juga terlihat terlalu mahal. Alhasil, emas menjadi pilihan paling realistis.  

Terlebih, bank sentral juga berperan membangun fondasi reli harga emas. 



Penulis : Jessica Gabriela Soehandoko

Editor   : Context.id


RELATED ARTICLES

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025

China Terus Mencoba Menyaingi Teknologi Cip AS

China terus memperkuat industri cipnya untuk menghadapi tekanan dari Amerika Serikat yang memboikot pengiriman cip ke Negeri Tirai Bambu itu

Renita Sukma . 06 October 2025

Sushila Karki, Perdana Menteri Perempuan Pertama di Nepal

Setelah meredanya gelombang protes di Nepal, Sushila Karki ditunjuk sebagai Perdana Menteri Sementara dan disebut menandakan tumbuhnya kepercayaan ...

Renita Sukma . 16 September 2025

Komisi PBB Klaim Israel Lakukan Genosida di Gaza

Komisi PBB melaporkan Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza dan mendorong masyarakat internasional untuk menghukum piha ...

Renita Sukma . 16 September 2025