Share

Home Stories

Stories 19 Januari 2025

Beranikah Presiden Lula Melawan Trump Demi Dunia yang Lebih Hijau dan Adil

Brasil memiliki peluang untuk memimpin dunia dalam mendorong kebijakan iklim yang lebih ambisius dan berkelanjutan melawan kebijakan Trump yang pro energi fosil

Presiden Brasil Lula da Silva/Eropean Council of Foreign

Context.id, JAKARTA - Tahun lalu, dunia menghadapi bencana iklim yang semakin buruk, dari kegagalan pertemuan internasional untuk mengatasi krisis keanekaragaman hayati, hingga pemilihan ulang Donald Trump yang berpotensi memperburuk penolakan terhadap kebijakan iklim.

Pemanasan global memecahkan rekor, dengan suhu rata-rata dunia yang melebihi batas 1,5°C yang ditetapkan oleh Perjanjian Paris.

Di tengah situasi ini, meski prospek aksi iklim global tampak suram, kebijakan anti-iklim Trump dan langkah mundur negara-negara besar bisa justru memicu dorongan untuk perubahan radikal.

Melansir Al Jazeera, salah satu harapan besar terletak pada Brasil, yang akan menjadi tuan rumah COP30 tahun ini. Brasil memiliki peluang untuk memimpin dunia dalam mendorong kebijakan iklim yang lebih ambisius dan berkelanjutan.

Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, yang terpilih kembali dua tahun lalu dengan janji perubahan sosial dan lingkungan, kini menghadapi tantangan besar. Janji-janji awalnya untuk mengatasi deforestasi, melindungi masyarakat adat, dan mengurangi kerusakan lingkungan mulai kehilangan momentum.

Meski di awal pemerintahannya deforestasi Amazon turun 33,6% dalam enam bulan pertama, keadaan mulai memburuk dengan meningkatnya deforestasi dan kelanjutan perusakan lingkungan.

Lula berjanji untuk melawan kebijakan sayap kanan mantan presiden Jair Bolsonaro yang merusak alam, namun kebijakan konkret dan tindak lanjutnya masih terbatas.

Di saat yang sama, masyarakat adat yang menjadi garda terdepan dalam pelestarian lingkungan terus terpinggirkan, dan banyak kebijakan yang bertentangan dengan janji-janji Lula untuk melindungi hutan Amazon.

Lula Vs Trump
Kembalinya Trump ke Gedung Putih diprediksi akan memperburuk penolakan terhadap kebijakan perubahan iklim, dunia membutuhkan pemimpin yang berani menghadapi tantangan ini.

Lula, sebagai pemimpin salah satu negara terbesar yang memiliki Amazon, harus mengambil langkah tegas dan tidak takut untuk melawan Trump dalam upaya menciptakan dunia yang lebih hijau dan adil.

Brasil, sebagai rumah bagi hutan hujan terbesar di dunia, memiliki sumber daya alam dan pengetahuan yang diperlukan untuk memimpin perubahan iklim global. Namun, perubahan ini tidak akan tercapai jika Brasil terus berkompromi dengan industri-industri yang merusak alam, seperti agribisnis besar dan eksploitasi minyak.

Lula harus berani melawan tekanan dari sektor-sektor ini dan memprioritaskan kebijakan yang berfokus pada energi terbarukan, pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan perlindungan terhadap masyarakat adat.

Lula memiliki kesempatan untuk mengubah arah Brasil menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan adil, baik untuk rakyat Brasil maupun dunia.

Mendengarkan suara masyarakat adat dan ahli lingkungan, serta menghentikan hubungan dekat dengan industri perusak alam, Lula dapat menunjukkan dia serius dalam memimpin perjuangan untuk perubahan iklim.

Di saat banyak negara besar mundur dari komitmen iklim mereka, Lula dapat menjadi contoh bagi dunia tentang bagaimana negara berkembang dapat dan harus memainkan peran penting dalam menciptakan dunia yang lebih hijau dan lebih adil.

Jika dia berhasil mengatasi tantangan ini, Lula tidak hanya akan memperkuat posisi Brasil di panggung internasional, tetapi juga memastikan warisan yang lebih baik untuk generasi mendatang.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 19 Januari 2025

Beranikah Presiden Lula Melawan Trump Demi Dunia yang Lebih Hijau dan Adil

Brasil memiliki peluang untuk memimpin dunia dalam mendorong kebijakan iklim yang lebih ambisius dan berkelanjutan melawan kebijakan Trump yang pro energi fosil

Presiden Brasil Lula da Silva/Eropean Council of Foreign

Context.id, JAKARTA - Tahun lalu, dunia menghadapi bencana iklim yang semakin buruk, dari kegagalan pertemuan internasional untuk mengatasi krisis keanekaragaman hayati, hingga pemilihan ulang Donald Trump yang berpotensi memperburuk penolakan terhadap kebijakan iklim.

Pemanasan global memecahkan rekor, dengan suhu rata-rata dunia yang melebihi batas 1,5°C yang ditetapkan oleh Perjanjian Paris.

Di tengah situasi ini, meski prospek aksi iklim global tampak suram, kebijakan anti-iklim Trump dan langkah mundur negara-negara besar bisa justru memicu dorongan untuk perubahan radikal.

Melansir Al Jazeera, salah satu harapan besar terletak pada Brasil, yang akan menjadi tuan rumah COP30 tahun ini. Brasil memiliki peluang untuk memimpin dunia dalam mendorong kebijakan iklim yang lebih ambisius dan berkelanjutan.

Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, yang terpilih kembali dua tahun lalu dengan janji perubahan sosial dan lingkungan, kini menghadapi tantangan besar. Janji-janji awalnya untuk mengatasi deforestasi, melindungi masyarakat adat, dan mengurangi kerusakan lingkungan mulai kehilangan momentum.

Meski di awal pemerintahannya deforestasi Amazon turun 33,6% dalam enam bulan pertama, keadaan mulai memburuk dengan meningkatnya deforestasi dan kelanjutan perusakan lingkungan.

Lula berjanji untuk melawan kebijakan sayap kanan mantan presiden Jair Bolsonaro yang merusak alam, namun kebijakan konkret dan tindak lanjutnya masih terbatas.

Di saat yang sama, masyarakat adat yang menjadi garda terdepan dalam pelestarian lingkungan terus terpinggirkan, dan banyak kebijakan yang bertentangan dengan janji-janji Lula untuk melindungi hutan Amazon.

Lula Vs Trump
Kembalinya Trump ke Gedung Putih diprediksi akan memperburuk penolakan terhadap kebijakan perubahan iklim, dunia membutuhkan pemimpin yang berani menghadapi tantangan ini.

Lula, sebagai pemimpin salah satu negara terbesar yang memiliki Amazon, harus mengambil langkah tegas dan tidak takut untuk melawan Trump dalam upaya menciptakan dunia yang lebih hijau dan adil.

Brasil, sebagai rumah bagi hutan hujan terbesar di dunia, memiliki sumber daya alam dan pengetahuan yang diperlukan untuk memimpin perubahan iklim global. Namun, perubahan ini tidak akan tercapai jika Brasil terus berkompromi dengan industri-industri yang merusak alam, seperti agribisnis besar dan eksploitasi minyak.

Lula harus berani melawan tekanan dari sektor-sektor ini dan memprioritaskan kebijakan yang berfokus pada energi terbarukan, pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan perlindungan terhadap masyarakat adat.

Lula memiliki kesempatan untuk mengubah arah Brasil menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan adil, baik untuk rakyat Brasil maupun dunia.

Mendengarkan suara masyarakat adat dan ahli lingkungan, serta menghentikan hubungan dekat dengan industri perusak alam, Lula dapat menunjukkan dia serius dalam memimpin perjuangan untuk perubahan iklim.

Di saat banyak negara besar mundur dari komitmen iklim mereka, Lula dapat menjadi contoh bagi dunia tentang bagaimana negara berkembang dapat dan harus memainkan peran penting dalam menciptakan dunia yang lebih hijau dan lebih adil.

Jika dia berhasil mengatasi tantangan ini, Lula tidak hanya akan memperkuat posisi Brasil di panggung internasional, tetapi juga memastikan warisan yang lebih baik untuk generasi mendatang.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Bukan Cuma Kafe, di Blok M Juga Ada Koperasi Kelurahan Merah Putih

Koperasi Kelurahan Merah Putih (KKMP) Melawai di Blok M Hub, Jakarta Selatan merupakan Koperasi Merah Putih tingkat kelurahan pertama di Indonesia

Renita Sukma . 26 August 2025

TikTok Rilis Fitur Kampus, Mirip Facebook Versi Awal

Survei Pew Research Center pada 2024 menemukan enam dari sepuluh remaja di AS mengaku rutin menggunakan TikTok dan fitur ini bisa menggaet lebih ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 26 August 2025

Bubur Ayam Indonesia Dinobatkan sebagai Bubur Terenak di Dunia!

TasteAtlas menempatkan bubur ayam Indonesia sebagai bubur terenak dunia mengungguli Arroz Caldo dari Filipina serta Chè ba màu, bubur khas Vietn ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 26 August 2025

Menang di WTO, Mendag Dorong Uni Eropa Cabut Bea Imbalan Biodiesel

Pemerintah Indonesia mendesak Uni Eropa agar segera menghapus bea masuk imbalan atas impor produk biodiesel RI setelah terbitnya keputusan WTO

Renita Sukma . 25 August 2025