Masayoshi Son, Visioner di Balik Kesuksesan iPhone di Jepang
Bagaimana CEO SoftBank bertaruh pada iPhone tiga tahun sebelum peluncurannya

Context.id, JAKARTA - Masayoshi Son, pendiri dan CEO SoftBank, dikenal sebagai salah satu pengusaha paling berpengaruh abad ke-21. Lahir pada 1957 di Kyushu, Jepang, “Son,” demikian ia dikenal, adalah sosok yang visioner, berani dan tidak pernah takut mengambil risiko.
Sebagai pemimpin SoftBank, ia telah berinvestasi di berbagai bidang, mulai dari distribusi perangkat lunak, broadband, hingga startup teknologi, dengan total nilai aset hingga US$1 triliun.
Seperti dilansir dari Wired, salah satu kisah paling menarik dalam perjalanan kariernya adalah kemitraannya dengan Steve Jobs untuk membawa iPhone ke Jepang, tiga tahun sebelum perangkat itu resmi dirilis.
Son dan Steve Jobs pertama kali bertemu pada 1980-an di Comdex, Las Vegas.
Namun, pembicaraan serius pertama mereka terjadi di rumah Larry Ellison, CEO Oracle, pada musim panas 1998. Keduanya memiliki kesamaan; ambisi besar dan keyakinan tak tergoyahkan terhadap masa depan teknologi internet.
Pada musim panas 2005, Son memperlihatkan sketsa kasar perangkat mobile-enabled iPod kepada Jobs.
"Jangan beri saya gambar jelekmu," kata Jobs sambil tertawa, tetapi dia mengisyaratkan proyek rahasia bernama iPhone.
Son segera memanfaatkan momen itu, meminta hak eksklusif untuk memasarkan perangkat tersebut di Jepang. Jobs, yang terkesan dengan keberanian kawannya itu setuju secara lisan, tanpa kontrak tertulis.
Meskipun belum melihat iPhone secara langsung, Son yakin akan potensinya. Pada Maret 2006, dia membeli Vodafone Jepang senilai US$17 miliar, sebuah langkah besar yang didasarkan pada kepercayaan terhadap janji Jobs.
Ketika Jobs berkunjung ke Tokyo beberapa minggu kemudian, Son menegaskan kembali kesepakatan mereka. Jobs tertawa dan mengatakan Son sebagai orang gila.
iPhone dan revolusi pasar Jepang
Pada 2007, Apple meluncurkan iPhone generasi pertama di AS. Namun, perangkat tersebut belum kompatibel dengan teknologi canggih di Jepang.
Meski demikian, Son melihat potensi besar. Pada Juni 2008, SoftBank secara resmi menjadi distributor eksklusif iPhone di Jepang, mengalahkan NTT Docomo dan KDDI.
Keputusan ini membawa hasil yang luar biasa. Saat masa eksklusivitas iPhone berakhir pada 2011, pangsa pasar SoftBank telah meningkat dari 17% menjadi 23%. Berkat iPhone, SoftBank menjadi operator nomor satu di Jepang.
Kesuksesan SoftBank dengan iPhone menjadi pijakan untuk ekspansi global, termasuk akuisisi Sprint pada 2013.
Son terus berinvestasi dalam teknologi revolusioner, termasuk kecerdasan buatan (AI). Pada 2024, ia berinvestasi $500 juta di OpenAI, dengan visi menciptakan perangkat AI konsumen pertama di dunia.
Masayoshi Son adalah bukti hidup bagaimana visi, keberanian, dan kemitraan strategis dapat mengubah industri.
Kolaborasinya dengan Steve Jobs tidak hanya membawa iPhone ke Jepang, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai salah satu inovator terbesar di era modern.
POPULAR
RELATED ARTICLES
Masayoshi Son, Visioner di Balik Kesuksesan iPhone di Jepang
Bagaimana CEO SoftBank bertaruh pada iPhone tiga tahun sebelum peluncurannya

Context.id, JAKARTA - Masayoshi Son, pendiri dan CEO SoftBank, dikenal sebagai salah satu pengusaha paling berpengaruh abad ke-21. Lahir pada 1957 di Kyushu, Jepang, “Son,” demikian ia dikenal, adalah sosok yang visioner, berani dan tidak pernah takut mengambil risiko.
Sebagai pemimpin SoftBank, ia telah berinvestasi di berbagai bidang, mulai dari distribusi perangkat lunak, broadband, hingga startup teknologi, dengan total nilai aset hingga US$1 triliun.
Seperti dilansir dari Wired, salah satu kisah paling menarik dalam perjalanan kariernya adalah kemitraannya dengan Steve Jobs untuk membawa iPhone ke Jepang, tiga tahun sebelum perangkat itu resmi dirilis.
Son dan Steve Jobs pertama kali bertemu pada 1980-an di Comdex, Las Vegas.
Namun, pembicaraan serius pertama mereka terjadi di rumah Larry Ellison, CEO Oracle, pada musim panas 1998. Keduanya memiliki kesamaan; ambisi besar dan keyakinan tak tergoyahkan terhadap masa depan teknologi internet.
Pada musim panas 2005, Son memperlihatkan sketsa kasar perangkat mobile-enabled iPod kepada Jobs.
"Jangan beri saya gambar jelekmu," kata Jobs sambil tertawa, tetapi dia mengisyaratkan proyek rahasia bernama iPhone.
Son segera memanfaatkan momen itu, meminta hak eksklusif untuk memasarkan perangkat tersebut di Jepang. Jobs, yang terkesan dengan keberanian kawannya itu setuju secara lisan, tanpa kontrak tertulis.
Meskipun belum melihat iPhone secara langsung, Son yakin akan potensinya. Pada Maret 2006, dia membeli Vodafone Jepang senilai US$17 miliar, sebuah langkah besar yang didasarkan pada kepercayaan terhadap janji Jobs.
Ketika Jobs berkunjung ke Tokyo beberapa minggu kemudian, Son menegaskan kembali kesepakatan mereka. Jobs tertawa dan mengatakan Son sebagai orang gila.
iPhone dan revolusi pasar Jepang
Pada 2007, Apple meluncurkan iPhone generasi pertama di AS. Namun, perangkat tersebut belum kompatibel dengan teknologi canggih di Jepang.
Meski demikian, Son melihat potensi besar. Pada Juni 2008, SoftBank secara resmi menjadi distributor eksklusif iPhone di Jepang, mengalahkan NTT Docomo dan KDDI.
Keputusan ini membawa hasil yang luar biasa. Saat masa eksklusivitas iPhone berakhir pada 2011, pangsa pasar SoftBank telah meningkat dari 17% menjadi 23%. Berkat iPhone, SoftBank menjadi operator nomor satu di Jepang.
Kesuksesan SoftBank dengan iPhone menjadi pijakan untuk ekspansi global, termasuk akuisisi Sprint pada 2013.
Son terus berinvestasi dalam teknologi revolusioner, termasuk kecerdasan buatan (AI). Pada 2024, ia berinvestasi $500 juta di OpenAI, dengan visi menciptakan perangkat AI konsumen pertama di dunia.
Masayoshi Son adalah bukti hidup bagaimana visi, keberanian, dan kemitraan strategis dapat mengubah industri.
Kolaborasinya dengan Steve Jobs tidak hanya membawa iPhone ke Jepang, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai salah satu inovator terbesar di era modern.
POPULAR
RELATED ARTICLES