Share

Stories 14 Oktober 2024

Apa yang Crazy Rich Masayoshi Son Ajarkan tentang Investasi

Masayoshi Son mengajarkan keberhasilan investasi bergantung pada keberanian mengambil risiko dan mengenali peluang.

CEO Soft Bank, Masayoshi Son/Fortune

Context.id, JAKARTA  – Ketika OpenAI mengumumkan pengumpulan $6,6 miliar modal segar minggu lalu, valuasi perusahaan kecerdasan buatannya melambung menjadi US$157 miliar, mencuri perhatian publik. Namun, di balik berita tersebut, ada informasi mengejutkan: SoftBank, grup investasi Jepang yang terkenal, turut menyuntikkan US$500 juta. 

Pendiri SoftBank, Masayoshi Son, kembali menjadi sorotan, mengingat reputasinya yang kompleks dalam dunia investasi.

Grup dari Jepang ini merupakan salah satu investor rintisan paling produktif pada tahun-tahun menjelang 2022, saat valuasi perusahaan rintisan teknologi melonjak tinggi. Investasi SoftBank beragam, termasuk senilai US$14 miliar ke WeWork. 

Hubungan dekat antara Son dan pendiri WeWork, Adam Neumann, menjadi salah satu alasan di balik investasi ini, meskipun WeWork kemudian runtuh dari valuasi puncaknya yang mencapai US$47 miliar pada 2019.

Latar belakang Masayoshi Son
Masayoshi Son lahir pada 11 Agustus 1957 di Tosu, Prefektur Saga, Jepang. Sebagai generasi ketiga Zainichi Korea, Son memiliki keturunan etnis Korea yang tinggal di Jepang. Sejak muda, ia menunjukkan minat besar terhadap dunia bisnis. 



Setelah pindah ke California pada usia 16 tahun, Son melanjutkan pendidikan di University of California, Berkeley, belajar ekonomi dan ilmu komputer. Pada usia 19, ia memulai usaha bisnis pertamanya, menciptakan penerjemah elektronik yang ia jual kepada Sharp Corporation seharga US$1,7 juta.

Setelah lulus, Son membangun perusahaan gim video bernama Unison World, yang akhirnya diakuisisi oleh Kyocera. Pada 1981, ia mendirikan SoftBank, yang awalnya berfokus pada perangkat lunak sebelum menjadi konglomerat teknologi dan investasi yang dikenal luas saat ini. 

Dalam bukunya, Lionel Barber menyebut Son sebagai "penjudi," menyoroti keberanian dan ambisinya dalam berinvestasi.

Berani nekat
Kisah sukses Son tidak terlepas dari pertaruhannya pada teknologi yang sedang berkembang. Keberhasilan SoftBank terlihat dari investasi awalnya di perusahaan-perusahaan besar seperti Alibaba pada 1999 dan Yahoo! pada 1995. 

Meski demikian, tidak semua investasi berbuah manis; SoftBank mengalami kerugian signifikan ketika menjual Kingston Technology dengan kerugian hingga sepertiga dari harga asli setelah membelinya pada 1996.

Son juga dikenal karena keberaniannya dalam mengambil risiko yang besar. Vision Fund senilai US$100 miliar yang didirikan pada 2017 merupakan salah satu contoh ambisius dari strategi investasi SoftBank. 

Fund ini berfokus pada teknologi yang sedang berkembang, termasuk kecerdasan buatan, robotika, dan internet.

Sejak peluncurannya, Vision Fund telah berinvestasi di lebih dari 400 perusahaan, termasuk Grab, Coupang, dan Swiggy.

Meskipun banyak skeptisisme mengelilingi strategi investasinya, penting untuk dicatat bahwa keberhasilan Son dalam mengenali peluang pasar dan tren yang sedang berkembang menjadi kunci. 

Dalam dunia investasi, kemampuannya untuk memanfaatkan tren besar seperti komputasi personal dan dagang-el menunjukkan bpemilihan tren sama pentingnya dengan pemilihan saham.

Ambisi dan kekayaan
Dengan kekayaan yang mencapai US$31,2 miliar, Son menduduki peringkat sebagai orang terkaya ke-60 di dunia. Ia bahkan sempat melampaui kekayaan Bill Gates pada masa kejayaannya di era dot-com. 

Sifat ambisius Son tampak jelas dalam setiap langkah investasinya, dari membangun SoftBank hingga berkolaborasi dengan investor besar seperti Apple dan Arab Saudi dalam Vision Fund.

Son tidak hanya berinvestasi, tetapi juga berusaha untuk menciptakan dampak melalui teknologi. Rencananya untuk mengumpulkan US$100 miliar lainnya untuk mendanai inisiatif cip AI yang dinamakan Izanagi mencerminkan visi jangka panjangnya untuk masa depan teknologi.

Bagi para investor, baik pemula maupun berpengalaman, pelajaran yang bisa diambil dari perjalanan Masayoshi Son adalah pentingnya memiliki visi yang tajam, pemahaman yang mendalam tentang tren yang sedang berkembang, dan keberanian untuk mengambil risiko yang terukur. 

Dalam dunia yang terus berubah ini, strategi investasi yang cerdik dan adaptif dapat menjadi kunci untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan.

Dengan semua keberhasilan dan kegagalannya, perjalanan Masayoshi Son memberikan wawasan berharga tentang dinamika investasi modern dan pentingnya menyesuaikan strategi dengan perubahan zaman. 

Son menunjukkan keberhasilan tidak hanya datang dari keberuntungan, tetapi juga dari kemampuan untuk mengenali dan mengeksploitasi peluang yang muncul



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 14 Oktober 2024

Apa yang Crazy Rich Masayoshi Son Ajarkan tentang Investasi

Masayoshi Son mengajarkan keberhasilan investasi bergantung pada keberanian mengambil risiko dan mengenali peluang.

CEO Soft Bank, Masayoshi Son/Fortune

Context.id, JAKARTA  – Ketika OpenAI mengumumkan pengumpulan $6,6 miliar modal segar minggu lalu, valuasi perusahaan kecerdasan buatannya melambung menjadi US$157 miliar, mencuri perhatian publik. Namun, di balik berita tersebut, ada informasi mengejutkan: SoftBank, grup investasi Jepang yang terkenal, turut menyuntikkan US$500 juta. 

Pendiri SoftBank, Masayoshi Son, kembali menjadi sorotan, mengingat reputasinya yang kompleks dalam dunia investasi.

Grup dari Jepang ini merupakan salah satu investor rintisan paling produktif pada tahun-tahun menjelang 2022, saat valuasi perusahaan rintisan teknologi melonjak tinggi. Investasi SoftBank beragam, termasuk senilai US$14 miliar ke WeWork. 

Hubungan dekat antara Son dan pendiri WeWork, Adam Neumann, menjadi salah satu alasan di balik investasi ini, meskipun WeWork kemudian runtuh dari valuasi puncaknya yang mencapai US$47 miliar pada 2019.

Latar belakang Masayoshi Son
Masayoshi Son lahir pada 11 Agustus 1957 di Tosu, Prefektur Saga, Jepang. Sebagai generasi ketiga Zainichi Korea, Son memiliki keturunan etnis Korea yang tinggal di Jepang. Sejak muda, ia menunjukkan minat besar terhadap dunia bisnis. 



Setelah pindah ke California pada usia 16 tahun, Son melanjutkan pendidikan di University of California, Berkeley, belajar ekonomi dan ilmu komputer. Pada usia 19, ia memulai usaha bisnis pertamanya, menciptakan penerjemah elektronik yang ia jual kepada Sharp Corporation seharga US$1,7 juta.

Setelah lulus, Son membangun perusahaan gim video bernama Unison World, yang akhirnya diakuisisi oleh Kyocera. Pada 1981, ia mendirikan SoftBank, yang awalnya berfokus pada perangkat lunak sebelum menjadi konglomerat teknologi dan investasi yang dikenal luas saat ini. 

Dalam bukunya, Lionel Barber menyebut Son sebagai "penjudi," menyoroti keberanian dan ambisinya dalam berinvestasi.

Berani nekat
Kisah sukses Son tidak terlepas dari pertaruhannya pada teknologi yang sedang berkembang. Keberhasilan SoftBank terlihat dari investasi awalnya di perusahaan-perusahaan besar seperti Alibaba pada 1999 dan Yahoo! pada 1995. 

Meski demikian, tidak semua investasi berbuah manis; SoftBank mengalami kerugian signifikan ketika menjual Kingston Technology dengan kerugian hingga sepertiga dari harga asli setelah membelinya pada 1996.

Son juga dikenal karena keberaniannya dalam mengambil risiko yang besar. Vision Fund senilai US$100 miliar yang didirikan pada 2017 merupakan salah satu contoh ambisius dari strategi investasi SoftBank. 

Fund ini berfokus pada teknologi yang sedang berkembang, termasuk kecerdasan buatan, robotika, dan internet.

Sejak peluncurannya, Vision Fund telah berinvestasi di lebih dari 400 perusahaan, termasuk Grab, Coupang, dan Swiggy.

Meskipun banyak skeptisisme mengelilingi strategi investasinya, penting untuk dicatat bahwa keberhasilan Son dalam mengenali peluang pasar dan tren yang sedang berkembang menjadi kunci. 

Dalam dunia investasi, kemampuannya untuk memanfaatkan tren besar seperti komputasi personal dan dagang-el menunjukkan bpemilihan tren sama pentingnya dengan pemilihan saham.

Ambisi dan kekayaan
Dengan kekayaan yang mencapai US$31,2 miliar, Son menduduki peringkat sebagai orang terkaya ke-60 di dunia. Ia bahkan sempat melampaui kekayaan Bill Gates pada masa kejayaannya di era dot-com. 

Sifat ambisius Son tampak jelas dalam setiap langkah investasinya, dari membangun SoftBank hingga berkolaborasi dengan investor besar seperti Apple dan Arab Saudi dalam Vision Fund.

Son tidak hanya berinvestasi, tetapi juga berusaha untuk menciptakan dampak melalui teknologi. Rencananya untuk mengumpulkan US$100 miliar lainnya untuk mendanai inisiatif cip AI yang dinamakan Izanagi mencerminkan visi jangka panjangnya untuk masa depan teknologi.

Bagi para investor, baik pemula maupun berpengalaman, pelajaran yang bisa diambil dari perjalanan Masayoshi Son adalah pentingnya memiliki visi yang tajam, pemahaman yang mendalam tentang tren yang sedang berkembang, dan keberanian untuk mengambil risiko yang terukur. 

Dalam dunia yang terus berubah ini, strategi investasi yang cerdik dan adaptif dapat menjadi kunci untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan.

Dengan semua keberhasilan dan kegagalannya, perjalanan Masayoshi Son memberikan wawasan berharga tentang dinamika investasi modern dan pentingnya menyesuaikan strategi dengan perubahan zaman. 

Son menunjukkan keberhasilan tidak hanya datang dari keberuntungan, tetapi juga dari kemampuan untuk mengenali dan mengeksploitasi peluang yang muncul



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Ini 15 Kota di Dunia yang Punya Miliarder Terbanyak

Hampir sepertiga miliarder dunia tinggal di hanya 15 kota, menurut studi baru Altrata dan New York merupakan rumah bagi populasi orang superkaya t ...

Context.id . 21 November 2024

Triliunan Dolar Dihabiskan untuk Perang, Mengapa Tidak untuk Iklim?

Tuntutan negara berkembang agar Barat menyumbangkan dana US$1 triliun untuk anggaran iklim bukanlah hal yang mustahil, karena mereka sanggup habis ...

Context.id . 21 November 2024

China dan India Negara Maju dan Harus Berkontribusi di Pendanaan Iklim

Delegasi dari negara-negara miskin mengatakan klasifikasi yang sudah ada sejak tahun 1992 sudah tidak berlaku lagi dan kedua negara \'harus berkon ...

Context.id . 20 November 2024

Aktivis Demokrasi Hong Kong Dipenjara: Siapa Mereka dan Apa Kasusnya?

Aktivis Hong Kong 47 pertama kali ditangkap pada tahun 2021 karena menyelenggarakan pemilu tidak resmi yang oleh pihak berwenang disamakan dengan ...

Context.id . 20 November 2024