Paus Fransiskus Bakal Kanonisasi Carlo Acutis, Santo Millenial Pertama
Paus Fransiskus akan mengkanonisasi Carlo Acutis pada 27 April 2025, menjadikannya santo millenial pertama dan simbol kesatuan iman dengan dunia digital.
Context.id, JAKARTA - Dalam sebuah pengumuman yang sangat dinantikan, Paus Fransiskus mengumumkan bahwa pada 27 April mendatang akan menganugerahkan kanonisasi kepada Carlo Acutis, seorang remaja Italia yang meninggal pada usia 15 tahun.
Hal ini akan menjadikannya santo millenial pertama yang dikanonisasi oleh Gereja Katolik, sebuah tonggak penting saat Gereja menyambut era digital seperti dilaporkan dari APNews dan The Conversation.
Carlo lahir di London dari orang tua asal Italia dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Milan.
Meskipun usianya masih sangat muda, Carlo menunjukkan kombinasi luar biasa antara iman dan modernitas, sehingga dikenal sebagai "Influencer Tuhan."
Carlo tidak hanya seorang yang rajin mengikuti misa, berdoa rosario, dan suka berziarah, tetapi juga memiliki bakat luar biasa dalam teknologi.
BACA JUGA
Dia menggunakan keterampilannya sebagai desainer web untuk membuat situs yang mencatat keajaiban Ekaristi dari seluruh dunia.
Melalui cara ini, dia menemukan cara unik untuk menggabungkan iman dan kecintaannya terhadap teknologi.
Bagi remaja ini, pengabdian terhadap imannya sama besarnya dengan kecintaannya pada dunia digital.
Carlo bukan hanya terobsesi dengan video gim dan komputer; tapi juga melihat teknologi sebagai sarana untuk menyebarkan Injil dan mengkomunikasikan keindahan ajaran Katolik.
Situs webnya yang mencatat keajaiban-keajaiban dan penampakan Bunda Maria menjadi simbol pendekatannya yang inovatif untuk menggunakan internet sebagai alat spiritual.
Usahanya ini lebih dari sekadar hobi; itu adalah bentuk pengabdian, yang menjembatani kesenjangan antara ajaran Katolik tradisional dan komunikasi digital modern.
Sayangnya, hidup Carlo terputus ketika didiagnosis menderita leukemia pada tahun 2006. Namun, meski hidupnya singkat, imannya tetap teguh.
Setelah kematiannya, makamnya di Assisi menjadi situs ziarah dan dikunjungi orang dari seluruh dunia untuk menghormati sosok remaja yang telah menggunakan hidup singkatnya untuk menyebarkan pesan Gereja di era digital.
Proses sejak lama
Pada tahun 2013, proses kanonisasi Carlo dimulai, dan pada 2018, ia dinyatakan "venerable" (terhormat), yang berarti ia telah menjalani hidup dengan kebajikan heroik.
Dua keajaiban dikaitkan dengannya, yang kemudian membuka jalan bagi beatifikasinya pada 2020.
Keajaiban pertama adalah kesembuhan pankreas seorang anak muda asal Brasil setelah ia berdoa pada relikui Carlo.
Keajaiban kedua, yang dikonfirmasi pada 2022, melibatkan pemulihan luar biasa seorang wanita asal Costa Rica yang selamat dari cedera kepala parah dan operasi meski memiliki sedikit peluang untuk bertahan hidup.
Paus Fransiskus mengungkapkan kekagumannya terhadap Carlo Acutis pada tahun 2020, memuji kemampuannya untuk beradaptasi dengan kebutuhan zaman sambil tetap setia pada imannya.
“Dia tidak memilih untuk terjebak dalam kenyamanan imobilitas,” kata Paus.
Sebaliknya, Carlo “memahami kebutuhan zamannya” dan memanfaatkan teknologi baru untuk menyebarkan pesan Kristen.
Hal ini sangat sejalan dengan visi Paus Fransiskus yang lebih luas mengenai bagaimana Gereja menghadapi tantangan-tantangan kontemporer, termasuk masalah-masalah terkait teknologi, kecerdasan buatan, dan media sosial.
Kanonisasi Carlo Acutis lebih dari sekadar pengakuan terhadap kekudusannya sebagai pribadi ini juga merupakan refleksi dari pendekatan Gereja yang berkembang terhadap isu-isu kontemporer.
Dalam masa kepausannya, Paus Fransiskus sering membahas hubungan antara iman dan teknologi, mendorong penggunaan teknologi untuk pelayanan martabat manusia dan perkembangan umat manusia.
Dengan mengangkat Carlo sebagai santo, Paus juga mengarahkan Gereja untuk lebih terbuka dalam menghadapi era digital dan memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan nilai-nilai kekristenan.
Penganugerahan kanonisasi Carlo Acutis akan menjadi simbol penting dari peremajaan dalam Gereja Katolik, menggambarkan perubahan cara Gereja berinteraksi dengan dunia digital.
Seperti yang telah dilakukan Carlo, Paus Fransiskus mengajak generasi muda untuk menjadikan teknologi sebagai sarana untuk menyampaikan keindahan dan kebaikan iman, sekaligus mengingatkan mereka untuk tetap berhati-hati dalam menjalaninya.
RELATED ARTICLES
Paus Fransiskus Bakal Kanonisasi Carlo Acutis, Santo Millenial Pertama
Paus Fransiskus akan mengkanonisasi Carlo Acutis pada 27 April 2025, menjadikannya santo millenial pertama dan simbol kesatuan iman dengan dunia digital.
Context.id, JAKARTA - Dalam sebuah pengumuman yang sangat dinantikan, Paus Fransiskus mengumumkan bahwa pada 27 April mendatang akan menganugerahkan kanonisasi kepada Carlo Acutis, seorang remaja Italia yang meninggal pada usia 15 tahun.
Hal ini akan menjadikannya santo millenial pertama yang dikanonisasi oleh Gereja Katolik, sebuah tonggak penting saat Gereja menyambut era digital seperti dilaporkan dari APNews dan The Conversation.
Carlo lahir di London dari orang tua asal Italia dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Milan.
Meskipun usianya masih sangat muda, Carlo menunjukkan kombinasi luar biasa antara iman dan modernitas, sehingga dikenal sebagai "Influencer Tuhan."
Carlo tidak hanya seorang yang rajin mengikuti misa, berdoa rosario, dan suka berziarah, tetapi juga memiliki bakat luar biasa dalam teknologi.
BACA JUGA
Dia menggunakan keterampilannya sebagai desainer web untuk membuat situs yang mencatat keajaiban Ekaristi dari seluruh dunia.
Melalui cara ini, dia menemukan cara unik untuk menggabungkan iman dan kecintaannya terhadap teknologi.
Bagi remaja ini, pengabdian terhadap imannya sama besarnya dengan kecintaannya pada dunia digital.
Carlo bukan hanya terobsesi dengan video gim dan komputer; tapi juga melihat teknologi sebagai sarana untuk menyebarkan Injil dan mengkomunikasikan keindahan ajaran Katolik.
Situs webnya yang mencatat keajaiban-keajaiban dan penampakan Bunda Maria menjadi simbol pendekatannya yang inovatif untuk menggunakan internet sebagai alat spiritual.
Usahanya ini lebih dari sekadar hobi; itu adalah bentuk pengabdian, yang menjembatani kesenjangan antara ajaran Katolik tradisional dan komunikasi digital modern.
Sayangnya, hidup Carlo terputus ketika didiagnosis menderita leukemia pada tahun 2006. Namun, meski hidupnya singkat, imannya tetap teguh.
Setelah kematiannya, makamnya di Assisi menjadi situs ziarah dan dikunjungi orang dari seluruh dunia untuk menghormati sosok remaja yang telah menggunakan hidup singkatnya untuk menyebarkan pesan Gereja di era digital.
Proses sejak lama
Pada tahun 2013, proses kanonisasi Carlo dimulai, dan pada 2018, ia dinyatakan "venerable" (terhormat), yang berarti ia telah menjalani hidup dengan kebajikan heroik.
Dua keajaiban dikaitkan dengannya, yang kemudian membuka jalan bagi beatifikasinya pada 2020.
Keajaiban pertama adalah kesembuhan pankreas seorang anak muda asal Brasil setelah ia berdoa pada relikui Carlo.
Keajaiban kedua, yang dikonfirmasi pada 2022, melibatkan pemulihan luar biasa seorang wanita asal Costa Rica yang selamat dari cedera kepala parah dan operasi meski memiliki sedikit peluang untuk bertahan hidup.
Paus Fransiskus mengungkapkan kekagumannya terhadap Carlo Acutis pada tahun 2020, memuji kemampuannya untuk beradaptasi dengan kebutuhan zaman sambil tetap setia pada imannya.
“Dia tidak memilih untuk terjebak dalam kenyamanan imobilitas,” kata Paus.
Sebaliknya, Carlo “memahami kebutuhan zamannya” dan memanfaatkan teknologi baru untuk menyebarkan pesan Kristen.
Hal ini sangat sejalan dengan visi Paus Fransiskus yang lebih luas mengenai bagaimana Gereja menghadapi tantangan-tantangan kontemporer, termasuk masalah-masalah terkait teknologi, kecerdasan buatan, dan media sosial.
Kanonisasi Carlo Acutis lebih dari sekadar pengakuan terhadap kekudusannya sebagai pribadi ini juga merupakan refleksi dari pendekatan Gereja yang berkembang terhadap isu-isu kontemporer.
Dalam masa kepausannya, Paus Fransiskus sering membahas hubungan antara iman dan teknologi, mendorong penggunaan teknologi untuk pelayanan martabat manusia dan perkembangan umat manusia.
Dengan mengangkat Carlo sebagai santo, Paus juga mengarahkan Gereja untuk lebih terbuka dalam menghadapi era digital dan memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan nilai-nilai kekristenan.
Penganugerahan kanonisasi Carlo Acutis akan menjadi simbol penting dari peremajaan dalam Gereja Katolik, menggambarkan perubahan cara Gereja berinteraksi dengan dunia digital.
Seperti yang telah dilakukan Carlo, Paus Fransiskus mengajak generasi muda untuk menjadikan teknologi sebagai sarana untuk menyampaikan keindahan dan kebaikan iman, sekaligus mengingatkan mereka untuk tetap berhati-hati dalam menjalaninya.
POPULAR
RELATED ARTICLES