Share

Home Stories

Stories 03 Oktober 2024

Masihkah Penting Penghargaan Nobel?

Hadiah Nobel dianggap puncak pencapaian terkait penemuan sains, budaya dan perdamaian. Tapi Apakah penghargaan ini masih relevan?

Ilustrasi nobel/Akademi Nobel

Context.id, Jakarta - Setiap bulan Oktober beberapa ilmuwan dunia selalu menyiapkan diri untuk mengikuti penghargaan Nobel di bidang fisiologi atau kedokteran, fisika, kimia, sastra dan perdamaian.

Penghargaan yang pertama kali diberikan diberikan pada 1901 ini dengan segala kemegahan dan upacaranya terus berjalan hingga saat ini. Acara ini memang membantu mempopulerkan penemuan ilmiah. 

Kendati begitu, hadiah Nobel ini seringkali diwarnai oleh kritik, terutama soal isu diskriminasi. Penghargaan ini dianggap terlalu banyak menguntungkan ilmuwan dari AS, Eropa, dan ilmuwan pria?

Ilmuwan jenius
Penghargaan Nobel awalnya berasal dari wasiat terakhir seorang ilmuwan yang merasa bersalah, Alfred Nobel, si penemu dinamit.

Tujuan Nobel adalah memberi penghargaan pada ilmu pengetahuan yang luar biasa bagi "mereka yang, selama tahun sebelumnya, telah memberikan manfaat terbesar bagi umat manusia."



Bagi para penerima, penghargaan ini adalah puncak tertinggi dalam bidang sains dan kebudayaan. Penghargaan Nobel juga membantu memikat imajinasi publik tentang sains ketika diangkat di media massa.

Pada awalnya, Hadiah Nobel kebanyakan diberikan kepada ilmuwan perorangan seperti Albert Einstein atau Rutherford. Penghargaan ini membantu membangun gagasan tentang ilmuwan jenius, seseorang yang sendirian mendorong kemajuan sains dengan kecerdasannya.

Namun, kenyataannya, kemajuan ilmiah di zaman sekarang terjadi melalui kolaborasi antara ratusan peneliti di seluruh dunia dari berbagai bidang. Sains adalah kerja tim yang bersifat multidisipliner dan beragam. Alhasil saat ini penghargaan Nobel sering dibagi di antara kelompok ilmuwan. 

Diskriminatif? 
Salah satu kritik terbesar terhadap Penghargaan Nobel adalah kurangnya keragaman dan bias terhadap institusi ilmiah di negara Barat. Melansir DW, dalam bidang sains, kurang dari 15% penerima Hadiah Nobel adalah perempuan.

Marie Curie adalah pengecualian dalam hal jumlah ilmuwan perempuan yang menerima penghargaan, dan hingga kini masih jarang terjadi. Curie juga memenangkan dua Penghargaan Nobel, menjadikannya pengecualian ganda. Hingga 2023, sekitar 60 perempuan telah menerima Hadiah Nobel dalam berbagai kategori. 

Selain itu, sangat sedikit orang dari negara di luar Eropa dan AS yang memenangkan Hadiah Nobel. AS, Inggris, dan Jerman mendominasi peringkat jumlah penerima Hadiah Nobel, dengan total 663 orang di antara mereka. Cina memiliki 8 dan India memiliki 12 pemenang.

Penghargaan Nobel juga bisa memperparah ketimpangan ini dengan mengalihkan lebih banyak pendanaan ke institusi yang sudah mendapatkan penghargaan dan pengakuan.

Hadiah Nobel juga sering kali menjadi pusat kontroversi karena soal kriteria penilaian.  Beberapa pihak berargumen bahwa kriteria pemilihan pemenang tidak selalu jelas atau konsisten sehingga banyak juga yang mengabaikan pencapaian banyak ilmuwan lain. 

Politis. Banyak yang menilai bahwa Hadiah Nobel seringkali dipengaruhi oleh faktor politik. Contohnya pemberian hadiah perdamaian kepada Barack Obama hanya beberapa bulan setelah menjabat sebagai presiden memicu kritik karena dianggap belum memiliki prestasi signifikan di bidang perdamaian saat itu.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Home Stories

Stories 03 Oktober 2024

Masihkah Penting Penghargaan Nobel?

Hadiah Nobel dianggap puncak pencapaian terkait penemuan sains, budaya dan perdamaian. Tapi Apakah penghargaan ini masih relevan?

Ilustrasi nobel/Akademi Nobel

Context.id, Jakarta - Setiap bulan Oktober beberapa ilmuwan dunia selalu menyiapkan diri untuk mengikuti penghargaan Nobel di bidang fisiologi atau kedokteran, fisika, kimia, sastra dan perdamaian.

Penghargaan yang pertama kali diberikan diberikan pada 1901 ini dengan segala kemegahan dan upacaranya terus berjalan hingga saat ini. Acara ini memang membantu mempopulerkan penemuan ilmiah. 

Kendati begitu, hadiah Nobel ini seringkali diwarnai oleh kritik, terutama soal isu diskriminasi. Penghargaan ini dianggap terlalu banyak menguntungkan ilmuwan dari AS, Eropa, dan ilmuwan pria?

Ilmuwan jenius
Penghargaan Nobel awalnya berasal dari wasiat terakhir seorang ilmuwan yang merasa bersalah, Alfred Nobel, si penemu dinamit.

Tujuan Nobel adalah memberi penghargaan pada ilmu pengetahuan yang luar biasa bagi "mereka yang, selama tahun sebelumnya, telah memberikan manfaat terbesar bagi umat manusia."



Bagi para penerima, penghargaan ini adalah puncak tertinggi dalam bidang sains dan kebudayaan. Penghargaan Nobel juga membantu memikat imajinasi publik tentang sains ketika diangkat di media massa.

Pada awalnya, Hadiah Nobel kebanyakan diberikan kepada ilmuwan perorangan seperti Albert Einstein atau Rutherford. Penghargaan ini membantu membangun gagasan tentang ilmuwan jenius, seseorang yang sendirian mendorong kemajuan sains dengan kecerdasannya.

Namun, kenyataannya, kemajuan ilmiah di zaman sekarang terjadi melalui kolaborasi antara ratusan peneliti di seluruh dunia dari berbagai bidang. Sains adalah kerja tim yang bersifat multidisipliner dan beragam. Alhasil saat ini penghargaan Nobel sering dibagi di antara kelompok ilmuwan. 

Diskriminatif? 
Salah satu kritik terbesar terhadap Penghargaan Nobel adalah kurangnya keragaman dan bias terhadap institusi ilmiah di negara Barat. Melansir DW, dalam bidang sains, kurang dari 15% penerima Hadiah Nobel adalah perempuan.

Marie Curie adalah pengecualian dalam hal jumlah ilmuwan perempuan yang menerima penghargaan, dan hingga kini masih jarang terjadi. Curie juga memenangkan dua Penghargaan Nobel, menjadikannya pengecualian ganda. Hingga 2023, sekitar 60 perempuan telah menerima Hadiah Nobel dalam berbagai kategori. 

Selain itu, sangat sedikit orang dari negara di luar Eropa dan AS yang memenangkan Hadiah Nobel. AS, Inggris, dan Jerman mendominasi peringkat jumlah penerima Hadiah Nobel, dengan total 663 orang di antara mereka. Cina memiliki 8 dan India memiliki 12 pemenang.

Penghargaan Nobel juga bisa memperparah ketimpangan ini dengan mengalihkan lebih banyak pendanaan ke institusi yang sudah mendapatkan penghargaan dan pengakuan.

Hadiah Nobel juga sering kali menjadi pusat kontroversi karena soal kriteria penilaian.  Beberapa pihak berargumen bahwa kriteria pemilihan pemenang tidak selalu jelas atau konsisten sehingga banyak juga yang mengabaikan pencapaian banyak ilmuwan lain. 

Politis. Banyak yang menilai bahwa Hadiah Nobel seringkali dipengaruhi oleh faktor politik. Contohnya pemberian hadiah perdamaian kepada Barack Obama hanya beberapa bulan setelah menjabat sebagai presiden memicu kritik karena dianggap belum memiliki prestasi signifikan di bidang perdamaian saat itu.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Bank Digital Bantu Gen Z Menabung atau Justru Makin Boros?

Bank digital mempermudah transaksi, tapi tanpa disiplin finansial, kemudahan itu bisa jadi jebakan konsumtif.

Renita Sukma . 30 March 2025

Darah Buatan: Berapa Lama Lagi Terwujud?

Di lab canggih dari Inggris hingga Jepang, para ilmuwan berupaya menciptakan yang selama ini hanya ada dalam fiksi ilmiah darah buatan. r n

Noviarizal Fernandez . 25 March 2025

Negara Penghasil Kurma Terbesar di Dunia dan Kontroversi di Baliknya

Kurma tumbuh subur di wilayah beriklim panas dengan musim kering yang panjang sehingga banyak ditemui di Timur Tengah dan Afrika Utara

Noviarizal Fernandez . 25 March 2025

Push-up Ternyata Bisa Mempengaruhi Hidup Pegiatnya

Push-up lebih dari sekadar memperkuat tubuh, tetapi juga membangun disiplin dan kepercayaan diri

Noviarizal Fernandez . 24 March 2025