Share

Stories 01 Agustus 2024

Oropouche, Varian Virus Mirip Demam Berdarah

Dua korban yang meninggal di Brasil mengalami gejala yang mirip dengan demam berdarah dengue (DBD)

Ilustrasi nyamuk penyebar virus Oropouche/ Meteogiornale

Context.id, JAKARTA - Kementerian Kesehatan Brasil telah mengonfirmasi dua warganya meninggal akibat terkena virus Oropouche. Kasus kematian dua warga Brasil tersebut merupakan kasus pertama yang tercatat akibat virus tersebut. 
 
Melansir Agencia Brasil, dua korban merupakan wanita berusia di bawah 30 tahun di negara bagian Bahia dan tidak mempunyai riwayat komorbid. Namun, dua korban tersebut mengalami gejala yang mirip dengan demam berdarah dengue (DBD). 

Pihak berwenang masih menginvestigasi kasus kematian lain di negara bagian Santa Catarina, Brasil Selatan, dan kaitannya dengan virus tersebut.

Selain itu, mereka juga menyelidiki empat kasus keguguran dan dua kasus mikrosefalus–kondisi kepala bayi yang lebih kecil dari ukuran normal, di wilayah Pernambuco, Bahia, dan Arce dan hubungannya dengan virus serupa.

Pada 2024, lebih dari 7.200 kasus Oropouche tercatat di 20 negara bagian di Brasil. Mayoritas di antaranya berasal di Amazonas dan Rondonia, negara bagian Amazon, Brazil.

Sejak 2023, Brasil sudah melakukan tes diagnostik virus tersebut di fasilitas kesehatan umum di penjuru negeri. Hasilnya, tercatat 840 kasus virus Oropouche. 



Virus ini merupakan anggota famili Peribunyaviridae. Umumnya, virus ini menular ke manusia melalui gigitan serangga seperti nyamuk Culicoides Paraensis dan agas–serangga kecil– yang terinfeksi. 

Mengutip Pan American Health Organization (PAHO), virus Oropouche pertama kali terdeteksi pada tahun 1955 di Trinidad dan Tobago.

Sejak saat itu, virus ini mewabah secara sporadis di beberapa negara di Amerika Selatan termasuk Brasil, Ekuador, Panama, Peru, dan Guyana Prancis. 

Hingga saat ini, belum ada bukti penularan virus Oropouche dari manusia ke manusia. Namun, gejala yang dialami dari virus tersebut mirip dengan gejala demam berdarah. 

Gejala virus Oropouche biasanya meliputi demam secara tiba-tiba, sakit kepala, sendi yang kaku, dan nyeri.

Dalam beberapa kasus akan ada gejala mual dan muntah yang dapat berlangsung selama lima sampai tujuh hari. Bahkan, gejala ini dapat berkembang menjadi meningitis aseptik. 

Pada 17 Juli 2024, PAHO telah mengeluarkan panduan untuk membantu negara-negara dalam mendeteksi dan mengawasi virus Oropouche. 

PAHO juga mengimbau setiap negara untuk melakukan tindakan pencegahan seperti mengurangi populasi nyamuk dan serangga pembawa virus, memperkuat pengawasan entomologi, dan mengedukasi masyarakat terutama wanita hamil agar terhindar dari gigitan nyamuk dan serangga. 

Seperti ditulis The Indian Express, virus ini merupakan virus yang masih jarang diteliti. Akibatnya, potensi epidemi dari virus ini masih belum bisa dieksplorasi. 

Selain itu dalam jurnal Infectious Diseases of Poverty, sebagian besar kasus virus Oropouche mempunyai kaitannya dengan kondisi iklim tropis.

Namun, imbas dari kurangnya data yang tersedia membuat penelitiannya sulit dilakukan. 

Kendati demikian, jurnal tersebut mencatat hilangnya vegetasi dan penggundulan hutan tampaknya berkaitan dengan merebaknya virus Oropouche

Kontributor: Fadlan Priatna



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 01 Agustus 2024

Oropouche, Varian Virus Mirip Demam Berdarah

Dua korban yang meninggal di Brasil mengalami gejala yang mirip dengan demam berdarah dengue (DBD)

Ilustrasi nyamuk penyebar virus Oropouche/ Meteogiornale

Context.id, JAKARTA - Kementerian Kesehatan Brasil telah mengonfirmasi dua warganya meninggal akibat terkena virus Oropouche. Kasus kematian dua warga Brasil tersebut merupakan kasus pertama yang tercatat akibat virus tersebut. 
 
Melansir Agencia Brasil, dua korban merupakan wanita berusia di bawah 30 tahun di negara bagian Bahia dan tidak mempunyai riwayat komorbid. Namun, dua korban tersebut mengalami gejala yang mirip dengan demam berdarah dengue (DBD). 

Pihak berwenang masih menginvestigasi kasus kematian lain di negara bagian Santa Catarina, Brasil Selatan, dan kaitannya dengan virus tersebut.

Selain itu, mereka juga menyelidiki empat kasus keguguran dan dua kasus mikrosefalus–kondisi kepala bayi yang lebih kecil dari ukuran normal, di wilayah Pernambuco, Bahia, dan Arce dan hubungannya dengan virus serupa.

Pada 2024, lebih dari 7.200 kasus Oropouche tercatat di 20 negara bagian di Brasil. Mayoritas di antaranya berasal di Amazonas dan Rondonia, negara bagian Amazon, Brazil.

Sejak 2023, Brasil sudah melakukan tes diagnostik virus tersebut di fasilitas kesehatan umum di penjuru negeri. Hasilnya, tercatat 840 kasus virus Oropouche. 



Virus ini merupakan anggota famili Peribunyaviridae. Umumnya, virus ini menular ke manusia melalui gigitan serangga seperti nyamuk Culicoides Paraensis dan agas–serangga kecil– yang terinfeksi. 

Mengutip Pan American Health Organization (PAHO), virus Oropouche pertama kali terdeteksi pada tahun 1955 di Trinidad dan Tobago.

Sejak saat itu, virus ini mewabah secara sporadis di beberapa negara di Amerika Selatan termasuk Brasil, Ekuador, Panama, Peru, dan Guyana Prancis. 

Hingga saat ini, belum ada bukti penularan virus Oropouche dari manusia ke manusia. Namun, gejala yang dialami dari virus tersebut mirip dengan gejala demam berdarah. 

Gejala virus Oropouche biasanya meliputi demam secara tiba-tiba, sakit kepala, sendi yang kaku, dan nyeri.

Dalam beberapa kasus akan ada gejala mual dan muntah yang dapat berlangsung selama lima sampai tujuh hari. Bahkan, gejala ini dapat berkembang menjadi meningitis aseptik. 

Pada 17 Juli 2024, PAHO telah mengeluarkan panduan untuk membantu negara-negara dalam mendeteksi dan mengawasi virus Oropouche. 

PAHO juga mengimbau setiap negara untuk melakukan tindakan pencegahan seperti mengurangi populasi nyamuk dan serangga pembawa virus, memperkuat pengawasan entomologi, dan mengedukasi masyarakat terutama wanita hamil agar terhindar dari gigitan nyamuk dan serangga. 

Seperti ditulis The Indian Express, virus ini merupakan virus yang masih jarang diteliti. Akibatnya, potensi epidemi dari virus ini masih belum bisa dieksplorasi. 

Selain itu dalam jurnal Infectious Diseases of Poverty, sebagian besar kasus virus Oropouche mempunyai kaitannya dengan kondisi iklim tropis.

Namun, imbas dari kurangnya data yang tersedia membuat penelitiannya sulit dilakukan. 

Kendati demikian, jurnal tersebut mencatat hilangnya vegetasi dan penggundulan hutan tampaknya berkaitan dengan merebaknya virus Oropouche

Kontributor: Fadlan Priatna



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Apakah Hologram AI Yesus Bisa Menerima Pengakuan Dosa?

\"Tuhan, ampunilah saya karena telah melakukan kesalahan......\"

Context.id . 25 November 2024

Apakah Flu saat Hamil Meningkatkan Risiko Autisme Anak? Ini Kata Para Ahli

Meskipun belum bisa dipastikan sebagai penyebab langsung, infeksi seperti flu saat hamil bisa berkontribusi meningkatkan risiko gangguan spektrum ...

Context.id . 25 November 2024

Haruskah Tetap Belajar Coding di Dunia AI?

Kamp pelatihan coding dulunya tampak seperti tiket emas menuju masa depan yang aman secara ekonomi. Namun, saat janji itu memudar, apa yang harus ...

Context.id . 25 November 2024

Menuju Pemulihan: Dua Ilmuwan Harvard Mencari Jalan Cepat Atasi Depresi

Depresi menjadi musuh yang sulit ditaklukkan karena pengobatannya butuh waktu panjang

Context.id . 24 November 2024