Share

Home Stories

Stories 16 September 2025

Sushila Karki, Perdana Menteri Perempuan Pertama di Nepal

Setelah meredanya gelombang protes di Nepal, Sushila Karki ditunjuk sebagai Perdana Menteri Sementara dan disebut menandakan tumbuhnya kepercayaan kepada pimpinan perempuan.

Perdana Menteri sementara Nepal yang baru dilantik, Sushila Karki , tiba di rumah sakit untuk menemui para korban protes antikorupsi/REUTERS

 

Context.id, JAKARTA - Sushila Karki ditunjuk sebagai Perdana Menteri sementara Nepal sekaligus menjadi perempuan pertama dengan jabatan ini dalam sejarah negara Himalaya itu.

Penunjukkan Karki menyusul gelombang aksi demonstrasi besar-besaran yang menewaskan sedikitnya 72 orang dan melukai ribuan orang lainnya. Bahkan, lewat aksi unjuk rasa ini Perdana Menteri sebelumnya, Khadga Prasad Oli harus melepaskan jabatannya.

Awalnya, pemberontakan yang didominasi Gen Z ini dipicu oleh kebijakan pemblokiran media sosial sementara oleh pemerintah hingga kemarahan atas korupsi yang meluas serta kesulitan ekonomi di Nepal.

Lalu, siapa Suhshila Karki?

Lahir pada tahun 1952, Karki aktif dalam politik mahasiswa dan Partai Kongres Nepal berhaluan liberal sebelum akhirnya meninggalkan panggung politik demi mengejar karir di bidang hukum.

Pada tahun 2012 lalu, Karki yang saat ini berusia 73 tahun merupakan salah satu dari dua hakim Mahkamah Agung yang memenjarakan seorang menteri yang terjerat korupsi. 

Tak cuma itu, Karki menjadi kepala hakim perempuan pertama Nepal dan memberikan hak kepada perempuan Nepal untuk mewariskan kewarganegaraan kepada anak-anak mereka.

Selama menjabat sebagai kepala hakim agung dari Juli 2016 hingga Juni 2017, Karki menguatkan independensi peradilan, membela hak-hak perempuan dan gigih melawan korupsi. 

Kegigihan dan sikap independennya membuat Karki tidak disukai politisi nakal. Bahkan pada 2017 lalu pemerintah mencoba memakzulkannya karena menolak pilihan kepala kepolisian versi pemerintah.  

Mengutip DW, publik percaya pengangkatan Sushila Karki sebagai PM sementara menandakan tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan perempuan. 

Ke depannya, Karki harus menyiapkan pemilihan umum yang akan digelar pada tanggal 5 Maret 2026 serta membangun kembali berbagai bangunan publik yang hancur imbas gelombang protes.

Pemerintah interim yang ia pimpin tampaknya juga mendapatkan dukungan dari pasukan keamanan, kelompok politik populis, kaum intelektual dan pemuda.

 



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 16 September 2025

Sushila Karki, Perdana Menteri Perempuan Pertama di Nepal

Setelah meredanya gelombang protes di Nepal, Sushila Karki ditunjuk sebagai Perdana Menteri Sementara dan disebut menandakan tumbuhnya kepercayaan kepada pimpinan perempuan.

Perdana Menteri sementara Nepal yang baru dilantik, Sushila Karki , tiba di rumah sakit untuk menemui para korban protes antikorupsi/REUTERS

 

Context.id, JAKARTA - Sushila Karki ditunjuk sebagai Perdana Menteri sementara Nepal sekaligus menjadi perempuan pertama dengan jabatan ini dalam sejarah negara Himalaya itu.

Penunjukkan Karki menyusul gelombang aksi demonstrasi besar-besaran yang menewaskan sedikitnya 72 orang dan melukai ribuan orang lainnya. Bahkan, lewat aksi unjuk rasa ini Perdana Menteri sebelumnya, Khadga Prasad Oli harus melepaskan jabatannya.

Awalnya, pemberontakan yang didominasi Gen Z ini dipicu oleh kebijakan pemblokiran media sosial sementara oleh pemerintah hingga kemarahan atas korupsi yang meluas serta kesulitan ekonomi di Nepal.

Lalu, siapa Suhshila Karki?

Lahir pada tahun 1952, Karki aktif dalam politik mahasiswa dan Partai Kongres Nepal berhaluan liberal sebelum akhirnya meninggalkan panggung politik demi mengejar karir di bidang hukum.

Pada tahun 2012 lalu, Karki yang saat ini berusia 73 tahun merupakan salah satu dari dua hakim Mahkamah Agung yang memenjarakan seorang menteri yang terjerat korupsi. 

Tak cuma itu, Karki menjadi kepala hakim perempuan pertama Nepal dan memberikan hak kepada perempuan Nepal untuk mewariskan kewarganegaraan kepada anak-anak mereka.

Selama menjabat sebagai kepala hakim agung dari Juli 2016 hingga Juni 2017, Karki menguatkan independensi peradilan, membela hak-hak perempuan dan gigih melawan korupsi. 

Kegigihan dan sikap independennya membuat Karki tidak disukai politisi nakal. Bahkan pada 2017 lalu pemerintah mencoba memakzulkannya karena menolak pilihan kepala kepolisian versi pemerintah.  

Mengutip DW, publik percaya pengangkatan Sushila Karki sebagai PM sementara menandakan tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan perempuan. 

Ke depannya, Karki harus menyiapkan pemilihan umum yang akan digelar pada tanggal 5 Maret 2026 serta membangun kembali berbagai bangunan publik yang hancur imbas gelombang protes.

Pemerintah interim yang ia pimpin tampaknya juga mendapatkan dukungan dari pasukan keamanan, kelompok politik populis, kaum intelektual dan pemuda.

 



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025