Stories - 01 October 2024
Dapatkah Desain Pesawat Tempur Menjadi Model Penerbangan Komersial?
Apakah pesawat berbentuk pembom siluman merupakan masa depan perjalanan udara?
Context.id, JAKARTA - Sejak beberapa dekade bahkan mungkin lebih dari setengah abad, penerbangan komersial terus mengalami perubahan. Namun, desain pesawat terbang yang digunakan oleh maskapai komersial tidak berubah-ubah alias tetap ajek.
Masalahnya, ini bukan soal gaya yang keren atau memanjakan mata. Tapi hal ini terkait dengan tuntutan untuk memangkas emisi karbon. Ya, tuntutan mengurangi emisi karbon dengan bahan bakar ramah lingkungan tentunya selaras dengan desain yang mungkin lebih ramping.
JetZero, perusahaan rintisan AS yang berbasis di California dan bergerak di bidang perancangan sayap dan badan pesawat mulai akan menguji desain pesawat besutannya di langit California.
Melansir aerospace, JetZero merancang bodi dan sayap pesawat komersial seperti pesawat pengebom siluman militer mini. Jet sayap campuran itu diharapkan akan menjadi masa depan penerbangan komersial.
Perusahaan ini telah diberi izin oleh regulator AS baik itu NASA, FAA maupun Angkatan Udara AS untuk menguji versi skala 1:8 dari pesawat barunya yang disebut Pathfinder, pesawat ini merupakan perubahan dari desain tabung dan sayap pada jet penumpang tradisional
Saat ini Pathfinder menggunakan model sayap campuran, mirip dengan pesawat pengebom siluman B-2. Desainnya yang ramping, dengan sayap dan badan pesawat digabungkan, seharusnya membuat penerbangan lebih hemat bahan bakar dan karenanya lebih ramah lingkungan .
Sebagai penyumbang besar perubahan iklim, penerbangan komersial telah mencari cara untuk mengurangi emisi. Tom O’Leary, salah satu pendiri dan kepala eksekutif JetZero mengatakan pesawat buatannya dapat memangkas konsumsi bahan bakar hingga 50%.
“Semua orang mencari solusi untuk perubahan iklim. Itu merupakan peningkatan besar dalam kinerja dan efisiensi,” katanya seperti dikutip dari The Times, Selasa (1/10).
Desain pesawat sayap campuran memungkinkan badan pesawat lebih lebar, yang akan mengubah cara terbang sekitar 200 penumpang. Meskipun kursi dekat jendela akan lebih mahal, O'Leary mengatakan penghematan bahan bakar akan memungkinkan maskapai penerbangan memberi penumpang lebih banyak ruang.
Dia mengatakan Pathfinder, yang memiliki lebar sayap 23 kaki, akan mengudara kuartal ini sementara pesawat berukuran penuh seharusnya sudah mengudara pada tahun 2027. Perusahaan tersebut berambisi untuk mulai mengoperasikan pesawat tersebut pada tahun 2030.
O'Leary optimistis. Dirinya telah bekerja di Tesla selama dua tahun sejak 2006, saat produsen kendaraan listrik milik Elon Musk itu masih jauh dari kehadiran global seperti sekarang, dan melihat lintasan yang sama untuk perusahaan barunya.
JetZero, kata O'Leary, dapat memiliki dampak transformatif yang sama pada penerbangan komersial seperti yang dimiliki Tesla pada mobil listrik. Dirinya sendiri sudah berkomunikasi dengan sejumlah maskapai besar di seluruh dunia tentang masa depan sayap campuran dalam perjalanan penumpang.
O’Leary mengatakan pesawat ramping dan futuristik yang pasti akan menarik perhatian saat meluncur ke terminal bandara. Dia yakin jet bersayap campuran ini dapat mengembalikan pesona pada penerbangan komersial.
Menurutnya, selain mengurangi penggunaan bahan bakar dan emisi karbon Pathfinder hingga 50 persen, jika pesawat yang didesain JetZero berhasil mengudara dengan pasti akan mengembalikan kejayaan pesawat terbang.
Saat ini seperti diberitakan aerospace, easyJet dan Alaska Airlines telah menjadi mitra maskapai penerbangan Eropa pertama bagi JetZero. JetZero saat ini mengharapkan belasan maskapai untuk berpartisipasi dalam kelompok kerjanya.
Pasalnya saat ini regulasi yang lebih ketat dan ancaman pajak penerbangan yang membayangi maskapai perlu mencari siasat. Industri penerbangan saat ini bertanggung jawab atas 2% - 3% emisi CO₂ global.
Kelompok lobi maskapai penerbangan global memperkirakan investasi tahunan rata-rata yang diperlukan untuk mencapai nol emisi akan mencapai $128 miliar per tahun. Mereka menegaskan hal ini "bisa dilakukan", tetapi hanya dengan dukungan pemerintah yang lebih besar.
Bersaing dengan raksasa
Selain JetZero, sebenarnya sayap campuran juga sudah dilakukan oleh raksasa industri pesawat terbang seperti Airbus dan Boeing. Misalnya Airbus meluncurkan prototipe yang disebut Maveric empat tahun lalu.
Melansir Bisnis, Airbus juga sudah meluncurkan ketiga konsep yang semua diberi kode nama ZEROe untuk pesawat komersial nol emisi yang netral terhadap iklim.
Pertama desain turbo-fan. Pesawat ini berkapasitas 120-200 penumpang dengan jangkauan 2.000+ mil laut, mampu beroperasi lintas benua dan didukung oleh mesin turbin gas yang telah dimodifikasi dan mendapatkan energi dari pembakaran tenaga hidrogen, bukan bahan bakar jet.
Hidrogen cair akan disimpan dan didistribusikan melalui tangki yang terletak di bagian ekor pesawat.
Kedua, desain turbo-prop. Pesawat ini berkapasitas hingga 100 penumpang, menggunakan mesin turboprop sebagai pengganti turbofan, dan juga didukung oleh pembakaran hidrogen dalam mesin turbin gas yang telah dimodifikasi dan mampu melakukan perjalanan lebih dari 1.000 mil laut. Hal ini menjadikannya pilihan yang sempurna untuk perjalanan jarak pendek.
Ketiga, desain sayap-lebur atau blended-wing body. Pesawat ini berkapasitas hingga 100 penumpang, yang mana sayap menyatu dengan badan utama pesawat, dengan jarak tempuh yang mirip dengan konsep turbo-fan.
Badan pesawat yang sangat lebar memberikan banyak opsi untuk penyimpanan dan distribusi gas hidrogen, serta untuk tata letak kabin.
Konsep-konsep ini akan membantu Airbus mengeksplorasi dan mematangkan desain dan tata letak pesawat komersial pertama di dunia yang netral terhadap iklim dan tanpa emisi.
Kendati begitu, JetZero yakin pesawat itu dapat bergerak lebih cepat daripada kedua raksasa industri ini. Bagaimana tidak, pada 2023 lalu perusahaan ini memenangkan kontrak senilai US$235 juta dari Angkatan Udara AS untuk mengembangkan pesawat demonstrasi.
Kapasitas penumpang yang direncanakan 200 hingga 250 penumpang. Jika berhasil, pesawat ini akan mengatasi kesenjangan ukuran antara pesawat lorong tunggal, seperti keluarga Boeing 737 dan Airbus A320, dan model lorong ganda yang lebih besar dari kedua pabrikan.
Generasi pesawat baru biasanya menggunakan bahan bakar antara 15% dan 25% lebih sedikit daripada pendahulunya, terutama berkat mesin yang lebih efisien. Perubahan pada desain sayap dan bahan yang lebih ringan juga dapat membantu.
Penulis : Context.id
Editor : Wahyu Arifin
MORE STORIES
Di Tengah Perang dan Pengungsian: Mengapa Warga Palestina Tak Mau Pergi?
Warga Palestina tetap bertahan di tengah perang karena keterikatan emosional terhadap tanah, identitas budaya, serta harapan akan masa depan yang ...
Context.id | 09-10-2024
Dua Pelopor Kecerdasan Buatan (AI) Raih Nobel Fisika 2024
Dua pelopor kecerdasan buatan (AI) menerima Nobel Fisika 2024 sebagai pengakuan atas kontribusi inovatif mereka dalam mengubah pemahaman kita tent ...
Context.id | 09-10-2024
Kembalinya Pedagang Maut Viktor Bout ke Perdagangan Senjata Global
Kembalinya Viktor Bout menggambarkan perjalanan kontroversialnya dari penjara menuju kembali terlibat dalam perdagangan senjata global yang komple ...
Context.id | 09-10-2024
Krisis Air Global, Tahun-tahun Terkering dalam Tiga Dekade
Krisis air global selama tiga dekade terakhir disebabkan oleh perubahan iklim dan pengelolaan yang buruk, berdampak pada lingkungan, sosial, dan e ...
Naufal Jauhar Nazhif | 09-10-2024
A modern exploration of business, societies, and ideas.
Powered by Bisnis Indonesia.
Copyright © 2024 - Context
Copyright © 2024 - Context