Stories - 30 September 2024
Mimpi NASA, Membuat Bangunan di Bulan Menggunakan Jamur
Rencananya NASA akan menggunakan jamur untuk menggantikan material dari bumi saat membuat bangunan di Bulan
Context.id, JAKARTA - Saat teknologi sudah semakin canggih hingga bisa mencapai luar angkasa, apakah anda pernah berpikir bagaimana bisa umat manusia membangun permukiman di sana?
Bayangkan saja, untuk menerbangkan roket dan wahana yang mengangkut manusia butuh waktu puluhan tahun dengan biaya yang luar biasa besar, apalagi membawa bahan material untuk membangun permukiman. Itu bakal bagaimana?
Itu di luar persoalan bagaimana cara manusia bertahan hidup atau bernapas di sana ya, yang juga harus bertahan hidup dari radiasi, tekanan ekstrem, dan perubahan suhu serta mikrometeorit acak yang melesat sana sini. .
Mengutip NASA, ini kalau dikalkulasikan untuk membawa setengah kilogram (1 pon) material ke bulan, dan bahkan lebih banyak lagi ke Mars itu dibutuhkan US$1 juta.
NASA mengatakan untuk menggantikan material dari bumi, solusinya dengan menggunakan skema pertumbuhan struktur jamur di bulan dan juga debu atau bebatuan yang ada di sana, seperti diberitakan Aljazeera.
Chris Maurer, pendiri redhouse, sebuah firma arsitektur yang berpusat di Cleveland yang bermitra dengan NASA untuk memecahkan teka-teki konstruksi luar angkasa ini mengatakan tidak bisa menggunakan material seperti di bumi untuk membangun di sana.
“Jadi, apa yang akan Anda bangun? Dan sangat mahal untuk menggunakan habitat yang sudah dibangun,” ujarnya.
Dia mengatakan konsep yang paling banyak diteliti oleh para peneliti disebut ISRU (In-Situ Resource Utilisation) yang berarti Anda membangun dengan apa yang Anda miliki di sana, dan apa yang ada di sana mungkin air dan regolith (debu bulan).
NASA memperkirakan sumber daya terbatas itu lebih dari cukup untuk memberi makan beberapa spesies jamur, yang kemudian dapat dibentuk menjadi bahan bangunan yang sangat kuat, lebih kuat dari beton, dan memiliki segudang manfaat tambahan.
Keajaiban mikotektur
Upaya untuk memanfaatkan mikotektur semacam itu – yang disebut proyek Mycotecture Off Planet Structures at Destination – baru-baru ini telah mendapatkan kontrak Fase III dengan NASA.
NASA akan menggelontorkan sejumlah pendanaan yang diperlukan untuk melanjutkan. Dengan kata lain, jamur siap untuk lepas landas. Meskipun implikasi dari teknologi jamur ini sekarang benar-benar luar biasa, pembuatan material itu sendiri ternyata sangat mudah.
Mikotektur atau penggunaan material berbasis jamur untuk tujuan konstruktif telah menjadi tren yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir, dan telah digunakan dalam segala hal mulai dari seni hingga konstruksi hingga “biocycling” limbah.
Perusahaan Maurer telah menerapkannya untuk menghadapi tantangan di Bumi. Di Namibia, misalnya, redhouse menjalankan program yang menggunakan mikomaterial untuk membangun rumah bagi pengungsi iklim sekaligus menanam jamur yang dapat dimakan untuk mengatasi masalah kelangkaan pangan.
Ketika ahli astrobiologi NASA dan pemimpin proyek Lynn Rothschild menyadari hal ini dan upaya miko lainnya, ia menyadari potensi penerapannya untuk eksplorasi ruang angkasa.
Sejak saat itu, mikoteknologi telah memperoleh dukungan dari tokoh-tokoh terkemuka NASA seperti ahli geologi Jim Head, yang pernah melatih astronot untuk program eksplorasi bulan Apollo, dan komandan Apollo 15 David Scott, salah satu dari 12 orang yang pernah berjalan di bulan.
DI bumi, tim Maurer membuat "batu bata" miko dengan hanya memberikan bahan organik dari tanaman atau limbah konstruksi ke berbagai spesies jamur. Bahan yang dihasilkan kemudian dipanaskan dan dipadatkan menjadi blok yang lebih tangguh daripada beton dan jauh lebih baik bagi lingkungan.
Rencananya akan dimulai dengan cetakan tiup yang menumbuhkan mikomaterial menggunakan kombinasi spora jamur dan alga yang bersumber dari Bumi, yang akan memakan air dan regolith yang sudah ada di bulan sehingga tidak perlu membawa material berat dari Bumi.
"Itu merupakan keuntungan besar sejak awal. Pasti NASA akan menyukainya karena menghemat triliunan dolar,” jelasnya.
Tahan dingin
Seiring dengan dimulainya penelitian, manfaat yang lebih penting segera ditemukan. Ternyata, mikomaterial juga sangat baik untuk isolasi dari dingin serta perlindungan dari mikrometeorit dan radiasi mematikan.
Melanin dalam jamur , bagaimanapun, telah terbukti sangat efektif dalam melindungi sel dan DNA dari radiasi elektromagnetik yang berbahaya, sementara mikomaterial juga memperlambat dan menyebarkan radiasi partikel melalui mekanisme yang masih belum ditentukan.
Apa pun penyebabnya, Maurer mengatakan NASA telah menemukan mereka dapat memblokir lebih dari 99 persen radiasi hanya dengan material setebal 8 cm (3 inci). Terlebih lagi, diperkirakan bahwa struktur habitat ini dapat tumbuh dengan cukup cepat, sekitar 30-60 hari.
Prosesnya akan melibatkan pendaratan paket tertutup, termasuk toilet dan wastafel dapur, yang bagian dalamnya digelembungkan melalui gas di dalam pesawat karena cangkang karetnya diisi dengan air dan campuran spora jamur serta alga autotrofik yang tumbuh dan mengeras sesuai dengan bentuk jamur.
Luar angkasa berbeda
Meskipun pengujian di Bumi telah membuahkan hasil yang mengesankan, selalu ada kemungkinan munculnya tantangan tak terduga begitu konsep tersebut dibawa ke lingkungan ekstrem di luar angkasa.
Lynn Rothschild mengakui, ada risiko teknologi saat skema ini diterapkan di angkasa,.terutama soal kekuatan struktur, apakah benar-benar akan memberikan perlindungan dan apakah jamurnya benar-benar akan tumbuh dengan baik?
Namun, semua itu tetap akan diuji coba dan masih membutuhkan waktu yang panjang, setidaknya satu dekade lagi untuk menerapkannya. Saat ini, proyek tersebut tengah bersiap untuk mengirimkan model bukti konsep ke angkasa dengan stasiun antariksa Starlab yang diharapkan akan diluncurkan pada tahun 2028.
Sebagai hasil kerja sama antara Voyager, Airbus, Virgin, Hilton, dan mitra komersial dan pemerintah lainnya, Starlab akan menjadi stasiun orbit rendah Bumi utama setelah Stasiun Antariksa Internasional (ISS) yang akan dinonaktifkan pada awal 2030-an.
Yang pasti, program itu akan mengirim model skala kecil ke bulan untuk pengujian di lokasi, dengan struktur berukuran penuh yang akan menyusul beberapa tahun kemudian. Setelah itu, baru Mars.
Asisten profesor David R Ravin School of Architecture dan University of North Carolina, Jonathan Dessi-Olive mengatakan ide ini seperti sains non-fiksi.
”Mereka melakukan biologi nyata untuk membayangkan masa depan yang potensial. NASA berupaya agar [struktur] pada dasarnya dapat berkembang biak sendiri melalui kerja sama multi-organisme yang sangat menarik,” ujarnya.
Penulis : Context.id
Editor : Wahyu Arifin
MORE STORIES
Di Tengah Perang dan Pengungsian: Mengapa Warga Palestina Tak Mau Pergi?
Warga Palestina tetap bertahan di tengah perang karena keterikatan emosional terhadap tanah, identitas budaya, serta harapan akan masa depan yang ...
Context.id | 09-10-2024
Dua Pelopor Kecerdasan Buatan (AI) Raih Nobel Fisika 2024
Dua pelopor kecerdasan buatan (AI) menerima Nobel Fisika 2024 sebagai pengakuan atas kontribusi inovatif mereka dalam mengubah pemahaman kita tent ...
Context.id | 09-10-2024
Kembalinya Pedagang Maut Viktor Bout ke Perdagangan Senjata Global
Kembalinya Viktor Bout menggambarkan perjalanan kontroversialnya dari penjara menuju kembali terlibat dalam perdagangan senjata global yang komple ...
Context.id | 09-10-2024
Krisis Air Global, Tahun-tahun Terkering dalam Tiga Dekade
Krisis air global selama tiga dekade terakhir disebabkan oleh perubahan iklim dan pengelolaan yang buruk, berdampak pada lingkungan, sosial, dan e ...
Naufal Jauhar Nazhif | 09-10-2024
A modern exploration of business, societies, and ideas.
Powered by Bisnis Indonesia.
Copyright © 2024 - Context
Copyright © 2024 - Context