Share

Home Stories

Stories 30 Agustus 2024

NASA Terjunkan Robot untuk Mengukur Pencairan Lapisan Es di Antartika

Data NASA menunjukkan rerata mencairnya massa es di Antartika mencapai 150 miliar ton per tahun sehingga membuat air laut naik hingga puluhan meter

Sebuah mobil es sedang berjalan di Antartika/ NASA

Context.id, JAKARTA - Para ilmuwan dari Laboratorium Propulsi Jet milik NASA di California, Amerika Serikat menciptakan sebuah robot bawah air untuk mengukur perubahan lapisan es di Antartika dan menganalisis dampaknya terhadap kenaikan permukaan air laut.

Melansir CNA, robot berbentuk silinder ini dinamai IceNode yang mempunyai panjang sekitar 2,4 meter dan lebar 25 cm.

Meskipun tidak dilengkapi fitur penggerak, IceNode bergerak mengikuti arus yang dipandu menggunakan software khusus 

Dalam prosesnya, robot IceNode akan diturunkan dengan mengebor lapisan es atau diterjunkan dari kapal di laut terbuka. Nantinya, software akan memandu robot IceNode menuju titik lokasi yang diinginkan. 

Setelah mencapai titik tersebut, robot akan menjatuhkan pemberat yang menancap di dasar lapisan es. Kemudian, sensor robot akan mengukur kecepatan air laut yang hangat dan air asing yang bersirkulasi hingga mencairkan es. 



Robot IceNode akan menjelajahi laut Antartika selama satu tahun untuk mengambil berbagai data termasuk fluktuasi musiman.

Setelah selesai beroperasi, robot tersebut akan mencabut pemberatnya dan naik ke permukaan laut hingga mengirimkan data melalui satelit. 

Titik lokasi yang menjadi target robot IceNode merupakan zona pertemuan antara air tawar beku dengan air asin dan daratan. Zona ini tidak dapat ditembus oleh sinyal satelit. 

Prototipe robot IceNode yang sedang dalam fase pengembangan telah diuji di kamp Laboratorium Angkatan Laut Amerika Serikat, tepatnya di bawah Laut Beaufort di Alaska Utara pada Maret Lalu.

Selama fase pengujian pada bulan Maret, prototipe IceNode menyelam hingga kedalaman 100 meter untuk mengumpulkan beberapa data seperti tingkat kandungan garam air laut, suhu, dan aliran.

Seperti yang ditulis Reuters, program robot IceNode bertujuan untuk menyediakan data yang lebih akurat untuk mengukur skala peningkatan suhu air laut di Antartika yang dapat mencairkan lapisan es. 

Hal ini memungkinkan para ilmuwan untuk meningkatkan model komputer guna memperkirakan kenaikan permukaan laut di masa depan.

Nasib mencairnya lapisan es di Antartika menjadi kekhawatiran akademisi dan ilmuwan. Analisis Laboratorium Propulsi Jet milik NASA tahun 2022 menemukan massa es Antartika berkurang sekitar 12 triliun ton sejak tahun 1997 akibat mencair. 

Selain itu, data dari NASA menunjukkan bahwa rata-rata mencarinya massa es di Antartika mencapai 150 miliar ton per tahun.

Mengutip NASA, apabila lapisan es ini mencair seluruhnya, permukaan air laut global diperkirakan akan naik hingga 60 meter.

Para ilmuwan yakin 10 unit robot IceNode sangat ideal untuk mengumpulkan data dari lapisan es Antartika. 

Namun, ilmuwan masih harus melakukan pengembangan dan pengujian lebih lanjut sebelum melakukan penyebaran dalam skala penuh. 

Kontributor: Fadlan Priatna



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 30 Agustus 2024

NASA Terjunkan Robot untuk Mengukur Pencairan Lapisan Es di Antartika

Data NASA menunjukkan rerata mencairnya massa es di Antartika mencapai 150 miliar ton per tahun sehingga membuat air laut naik hingga puluhan meter

Sebuah mobil es sedang berjalan di Antartika/ NASA

Context.id, JAKARTA - Para ilmuwan dari Laboratorium Propulsi Jet milik NASA di California, Amerika Serikat menciptakan sebuah robot bawah air untuk mengukur perubahan lapisan es di Antartika dan menganalisis dampaknya terhadap kenaikan permukaan air laut.

Melansir CNA, robot berbentuk silinder ini dinamai IceNode yang mempunyai panjang sekitar 2,4 meter dan lebar 25 cm.

Meskipun tidak dilengkapi fitur penggerak, IceNode bergerak mengikuti arus yang dipandu menggunakan software khusus 

Dalam prosesnya, robot IceNode akan diturunkan dengan mengebor lapisan es atau diterjunkan dari kapal di laut terbuka. Nantinya, software akan memandu robot IceNode menuju titik lokasi yang diinginkan. 

Setelah mencapai titik tersebut, robot akan menjatuhkan pemberat yang menancap di dasar lapisan es. Kemudian, sensor robot akan mengukur kecepatan air laut yang hangat dan air asing yang bersirkulasi hingga mencairkan es. 



Robot IceNode akan menjelajahi laut Antartika selama satu tahun untuk mengambil berbagai data termasuk fluktuasi musiman.

Setelah selesai beroperasi, robot tersebut akan mencabut pemberatnya dan naik ke permukaan laut hingga mengirimkan data melalui satelit. 

Titik lokasi yang menjadi target robot IceNode merupakan zona pertemuan antara air tawar beku dengan air asin dan daratan. Zona ini tidak dapat ditembus oleh sinyal satelit. 

Prototipe robot IceNode yang sedang dalam fase pengembangan telah diuji di kamp Laboratorium Angkatan Laut Amerika Serikat, tepatnya di bawah Laut Beaufort di Alaska Utara pada Maret Lalu.

Selama fase pengujian pada bulan Maret, prototipe IceNode menyelam hingga kedalaman 100 meter untuk mengumpulkan beberapa data seperti tingkat kandungan garam air laut, suhu, dan aliran.

Seperti yang ditulis Reuters, program robot IceNode bertujuan untuk menyediakan data yang lebih akurat untuk mengukur skala peningkatan suhu air laut di Antartika yang dapat mencairkan lapisan es. 

Hal ini memungkinkan para ilmuwan untuk meningkatkan model komputer guna memperkirakan kenaikan permukaan laut di masa depan.

Nasib mencairnya lapisan es di Antartika menjadi kekhawatiran akademisi dan ilmuwan. Analisis Laboratorium Propulsi Jet milik NASA tahun 2022 menemukan massa es Antartika berkurang sekitar 12 triliun ton sejak tahun 1997 akibat mencair. 

Selain itu, data dari NASA menunjukkan bahwa rata-rata mencarinya massa es di Antartika mencapai 150 miliar ton per tahun.

Mengutip NASA, apabila lapisan es ini mencair seluruhnya, permukaan air laut global diperkirakan akan naik hingga 60 meter.

Para ilmuwan yakin 10 unit robot IceNode sangat ideal untuk mengumpulkan data dari lapisan es Antartika. 

Namun, ilmuwan masih harus melakukan pengembangan dan pengujian lebih lanjut sebelum melakukan penyebaran dalam skala penuh. 

Kontributor: Fadlan Priatna



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Aplikasi yang Tak Bisa Dilepaskan Para Kreator di 2025

Kira-kira aplikasi apa yang paling penting di ponsel Anda?

Renita Sukma . 05 June 2025

Astronaut, Popok dan Martabat Manusia di Antariksa

Mengapa mengompol di luar angkasa bukanlah aib, tapi keharusan profesional

Renita Sukma . 04 June 2025

Vietnam Blokir Telegram, Antara Keamanan Negara dan Sensor Digital

Pemerintah Vietnam kembali menjadi sorotan setelah memerintahkan pemblokiran Telegram yang sangat populer di negara komunis itu

Renita Sukma . 03 June 2025

Gara-gara Konklaf UMKM Roma Raih Keuntungan Besar

Peziarah dan turis habiskan dana sampai 600 Juta Euro saat berkunjung ke Roma

Noviarizal Fernandez . 03 June 2025