NASA Bimbang Soal Nasib Astronot Starliner yang Terdampar di Angkasa
Dua astronot NASA terdampar di stasiun luar angkasa karena pesawat luar angkasa buatan Boeing yang mereka tumpangi rusak
Context.id, JAKARTA - Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pada Rabu (12/8) kemarin masih menimbang-nimbang tentang nasib dua astronotnya yang terdampar di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Melansir Phys, NASA bimbang, apakah akan mempertahankan mereka hingga Februari tahun depan untuk dijemput pesawat SpaceX berikutnya atau memulangkannya sesegera mungkin melalui kapsul Starliner yang rusak.
Namun, opsi kedua sepertinya sulit dilakukan.
Seperti diketahui, pada 6 Juni lalu NASA menerbangkan dua astronot yakni Butch Wilmore dan Suni Williams dengan kapsul Starliner milik Boeing.
Sesuai rencana, mereka pergi hanya sekitar seminggu atau akan kembali pada 13 Juni ketika mereka meluncur sebagai kru pertama Starliner.
BACA JUGA
Namun, perkiraan itu meleset. Terjadi kendala teknis pada sistem starliner, salah satunya adalah kebocoran lima sistem helium yang berfungsi untuk memberikan tekanan pada sistem propulsi pesawat ruang angkasa.
Selain itu, lima sistem pendorong mengalami kegagalan sistem sehingga tidak dapat digunakan.
Pejabat NASA mengatakan mereka menganalisis lebih banyak data sebelum membuat keputusan pada akhir minggu depan atau awal minggu depan.
Pendorong ini sangat penting untuk menahan kapsul pada posisi yang tepat saat tiba waktunya untuk turun dari orbit.
"Kami punya waktu yang tersedia sebelum kami membawa Starliner pulang dan kami ingin menggunakan waktu itu dengan bijak," kata Ken Bowersox, kepala misi operasi luar angkasa NASA.
Kepala keselamatan NASA Russ DeLoach menambahkan pihaknya tidak memiliki cukup wawasan dan data untuk membuat semacam perhitungan hitam-putih yang sederhana soal nasib kedua astronotnya.
DeLoach mengatakan badan antariksa ingin memberi ruang bagi semua pendapat, tidak seperti apa yang terjadi pada dua tragedi pesawat ulang-alik NASA, Challenger dan Columbia, ketika pandangan yang berbeda diabaikan.
SpaceX Kena Imbas
Sementara itu, jika menggunakan pesawat Dragon milik SpaceX, problemnya selain waktu tunggu yang cukup lama, stasiun luar angkasa hanya memiliki dua tempat parkir untuk kapsul AS.
Artinya kapsul milik Boeing harus berangkat sebelum kedatangan Dragon milik SpaceX agar bisa mengosongkan satu tempat.
SpaceX pada akhirnya terkena imbas dari masalah ini. Pasalnya, NASA ingin agar kru SpaceX yang saat sedang mengangkasa tetap berada di sana hingga penggantinya tiba, kecuali ada keadaan darurat.
Dragon SpaceX membawa empat orang astronot. Jika mengikuti jadwal, keempatnya seharusnya kembali ke Bumi bulan ini.
Namun karena kasus Starliner ini misi mereka ditambah tujuh bulan, sehingga mereka tetap berada di sana hingga akhir September.
Biasanya sebagian besar masa tinggal di stasiun luar angkasa berlangsung selama enam bulan, meskipun beberapa di antaranya berlangsung selama setahun penuh.
Karena ingin memiliki layanan dan opsi cadangan yang bersaing, NASA menyewa SpaceX dan Boeing untuk mengangkut astronot ke dan dari stasiun luar angkasa setelah pesawat ulang-alik pensiun pada tahun 2011.
Penerbangan astronot pertama SpaceX dilakukan pada tahun 2020. Boeing mengalami begitu banyak masalah pada uji terbang pertamanya tanpa awak pada tahun 2019 sehingga diperintahkan untuk mengulanginya.
Kemudian lebih banyak masalah muncul, yang menghabiskan biaya lebih dari US$1 miliar untuk perbaikan sebelum akhirnya menerbangkan astronot.
Boeing sebagai pemilik Starliner berpendapat berbeda. Mereka masih yakin kapsulnya dapat membawa pulang astronot dengan aman.
Perusahaan tersebut awal bulan ini mengunggah daftar pengujian yang dilakukan pada pendorong di luar angkasa dan di darat sejak lepas landas.
Profil Kedua Astronot
Wilmore dan Williams adalah kapten Angkatan Laut yang sudah pensiun dan menghabiskan waktu berbulan-bulan di stasiun luar angkasa beberapa tahun yang lalu.
Mereka langsung bekerja di stasiun luar angkasa begitu mereka tiba, membantu dalam berbagai eksperimen dan perbaikan.
Kepala Astronot NASA Joe Acaba mengatakan keduanya akan melakukan apa yang NASA minta karena itulah tugas mereka sebagai astronot.
Joe menambahkan, misi ini adalah uji terbang dan seperti yang diungkapkan Butch dan Suni sebelum peluncuran, mereka tahu misi ini mungkin tidak sempurna.
Pihak NASA sebenarnya tidak setuju dengan dugaan bahwa Wilmore dan Williams terdampar atau terjebak.
NASA telah menekankan sejak awal bahwa dalam keadaan darurat di stasiun luar angkasa—seperti kebakaran atau dekompresi—Starliner masih dapat digunakan oleh keduanya sebagai sekoci penyelamat untuk berangkat.
Selain itu, meskipun tentu saja tidak terdampar, menurut NASA para astronot aman di stasiun luar angkasa dengan banyak perlengkapan dan pekerjaan yang harus dilakukan.
Koper Wilmore dan Williams dikeluarkan dari Starliner sebelum lepas landas untuk memberi ruang bagi peralatan yang sangat dibutuhkan untuk sistem daur ulang urin menjadi air minum di stasiun antariksa.
Jadi, mereka memanfaatkan pakaian cadangan yang sudah ada di sana. Sebuah kapal pasokan akhirnya tiba minggu ini dengan membawa pakaian mereka, beserta makanan tambahan dan eksperimen sains untuk seluruh awak yang berjumlah sembilan orang.
Lebih banyak pasokan akan tiba dalam beberapa bulan lagi. Mengenai udara, stasiun antariksa memiliki sistem pembangkit oksigen sendiri.
Meskipun memiliki cadangan lemak, NASA ingin kembali ke keadaan normal sesegera mungkin. Selain Wilmore dan Williams, ada empat orang Amerika dan tiga orang Rusia lainnya di dalamnya.
Ini bukan pertama kalinya astronot AS diperpanjang masa tinggalnya. Astronot NASA Frank Rubio dan dua awak Rusia-nya menghabiskan lebih dari setahun di luar angkasa setelah kapsul Soyuz yang mereka tumpangi terhantam sampah antariksa dan membocorkan semua cairan pendinginnya.
Sebuah kapsul Rusia yang kosong dikirim untuk membawa mereka kembali September lalu.
RELATED ARTICLES
NASA Bimbang Soal Nasib Astronot Starliner yang Terdampar di Angkasa
Dua astronot NASA terdampar di stasiun luar angkasa karena pesawat luar angkasa buatan Boeing yang mereka tumpangi rusak
Context.id, JAKARTA - Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pada Rabu (12/8) kemarin masih menimbang-nimbang tentang nasib dua astronotnya yang terdampar di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Melansir Phys, NASA bimbang, apakah akan mempertahankan mereka hingga Februari tahun depan untuk dijemput pesawat SpaceX berikutnya atau memulangkannya sesegera mungkin melalui kapsul Starliner yang rusak.
Namun, opsi kedua sepertinya sulit dilakukan.
Seperti diketahui, pada 6 Juni lalu NASA menerbangkan dua astronot yakni Butch Wilmore dan Suni Williams dengan kapsul Starliner milik Boeing.
Sesuai rencana, mereka pergi hanya sekitar seminggu atau akan kembali pada 13 Juni ketika mereka meluncur sebagai kru pertama Starliner.
BACA JUGA
Namun, perkiraan itu meleset. Terjadi kendala teknis pada sistem starliner, salah satunya adalah kebocoran lima sistem helium yang berfungsi untuk memberikan tekanan pada sistem propulsi pesawat ruang angkasa.
Selain itu, lima sistem pendorong mengalami kegagalan sistem sehingga tidak dapat digunakan.
Pejabat NASA mengatakan mereka menganalisis lebih banyak data sebelum membuat keputusan pada akhir minggu depan atau awal minggu depan.
Pendorong ini sangat penting untuk menahan kapsul pada posisi yang tepat saat tiba waktunya untuk turun dari orbit.
"Kami punya waktu yang tersedia sebelum kami membawa Starliner pulang dan kami ingin menggunakan waktu itu dengan bijak," kata Ken Bowersox, kepala misi operasi luar angkasa NASA.
Kepala keselamatan NASA Russ DeLoach menambahkan pihaknya tidak memiliki cukup wawasan dan data untuk membuat semacam perhitungan hitam-putih yang sederhana soal nasib kedua astronotnya.
DeLoach mengatakan badan antariksa ingin memberi ruang bagi semua pendapat, tidak seperti apa yang terjadi pada dua tragedi pesawat ulang-alik NASA, Challenger dan Columbia, ketika pandangan yang berbeda diabaikan.
SpaceX Kena Imbas
Sementara itu, jika menggunakan pesawat Dragon milik SpaceX, problemnya selain waktu tunggu yang cukup lama, stasiun luar angkasa hanya memiliki dua tempat parkir untuk kapsul AS.
Artinya kapsul milik Boeing harus berangkat sebelum kedatangan Dragon milik SpaceX agar bisa mengosongkan satu tempat.
SpaceX pada akhirnya terkena imbas dari masalah ini. Pasalnya, NASA ingin agar kru SpaceX yang saat sedang mengangkasa tetap berada di sana hingga penggantinya tiba, kecuali ada keadaan darurat.
Dragon SpaceX membawa empat orang astronot. Jika mengikuti jadwal, keempatnya seharusnya kembali ke Bumi bulan ini.
Namun karena kasus Starliner ini misi mereka ditambah tujuh bulan, sehingga mereka tetap berada di sana hingga akhir September.
Biasanya sebagian besar masa tinggal di stasiun luar angkasa berlangsung selama enam bulan, meskipun beberapa di antaranya berlangsung selama setahun penuh.
Karena ingin memiliki layanan dan opsi cadangan yang bersaing, NASA menyewa SpaceX dan Boeing untuk mengangkut astronot ke dan dari stasiun luar angkasa setelah pesawat ulang-alik pensiun pada tahun 2011.
Penerbangan astronot pertama SpaceX dilakukan pada tahun 2020. Boeing mengalami begitu banyak masalah pada uji terbang pertamanya tanpa awak pada tahun 2019 sehingga diperintahkan untuk mengulanginya.
Kemudian lebih banyak masalah muncul, yang menghabiskan biaya lebih dari US$1 miliar untuk perbaikan sebelum akhirnya menerbangkan astronot.
Boeing sebagai pemilik Starliner berpendapat berbeda. Mereka masih yakin kapsulnya dapat membawa pulang astronot dengan aman.
Perusahaan tersebut awal bulan ini mengunggah daftar pengujian yang dilakukan pada pendorong di luar angkasa dan di darat sejak lepas landas.
Profil Kedua Astronot
Wilmore dan Williams adalah kapten Angkatan Laut yang sudah pensiun dan menghabiskan waktu berbulan-bulan di stasiun luar angkasa beberapa tahun yang lalu.
Mereka langsung bekerja di stasiun luar angkasa begitu mereka tiba, membantu dalam berbagai eksperimen dan perbaikan.
Kepala Astronot NASA Joe Acaba mengatakan keduanya akan melakukan apa yang NASA minta karena itulah tugas mereka sebagai astronot.
Joe menambahkan, misi ini adalah uji terbang dan seperti yang diungkapkan Butch dan Suni sebelum peluncuran, mereka tahu misi ini mungkin tidak sempurna.
Pihak NASA sebenarnya tidak setuju dengan dugaan bahwa Wilmore dan Williams terdampar atau terjebak.
NASA telah menekankan sejak awal bahwa dalam keadaan darurat di stasiun luar angkasa—seperti kebakaran atau dekompresi—Starliner masih dapat digunakan oleh keduanya sebagai sekoci penyelamat untuk berangkat.
Selain itu, meskipun tentu saja tidak terdampar, menurut NASA para astronot aman di stasiun luar angkasa dengan banyak perlengkapan dan pekerjaan yang harus dilakukan.
Koper Wilmore dan Williams dikeluarkan dari Starliner sebelum lepas landas untuk memberi ruang bagi peralatan yang sangat dibutuhkan untuk sistem daur ulang urin menjadi air minum di stasiun antariksa.
Jadi, mereka memanfaatkan pakaian cadangan yang sudah ada di sana. Sebuah kapal pasokan akhirnya tiba minggu ini dengan membawa pakaian mereka, beserta makanan tambahan dan eksperimen sains untuk seluruh awak yang berjumlah sembilan orang.
Lebih banyak pasokan akan tiba dalam beberapa bulan lagi. Mengenai udara, stasiun antariksa memiliki sistem pembangkit oksigen sendiri.
Meskipun memiliki cadangan lemak, NASA ingin kembali ke keadaan normal sesegera mungkin. Selain Wilmore dan Williams, ada empat orang Amerika dan tiga orang Rusia lainnya di dalamnya.
Ini bukan pertama kalinya astronot AS diperpanjang masa tinggalnya. Astronot NASA Frank Rubio dan dua awak Rusia-nya menghabiskan lebih dari setahun di luar angkasa setelah kapsul Soyuz yang mereka tumpangi terhantam sampah antariksa dan membocorkan semua cairan pendinginnya.
Sebuah kapsul Rusia yang kosong dikirim untuk membawa mereka kembali September lalu.
POPULAR
RELATED ARTICLES