Stories - 09 August 2023

El Nino dan Ancaman Demam Berdarah

Kementerian Kesehatan meminta masyarakat waspada, karena suhu panas akibat El Nino berpotensi meningkatkan kasus demam berdarah atau DBD di Indonesia

Context.id, JAKARTA - Suhu udara yang panas akibat El Nino bukan hanya berdampak pada persoalan pangan, tapi juga kesehatan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sejak beberapa bulan lalu sudah meminta masyarakat waspada, karena El Nino berpotensi meningkatkan kasus demam berdarah dengue atau DBD di Indonesia. 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Imran Pambudi, MPHM mengungkapkan bahwa nyamuk dengue akan semakin ganas bila berada di suhu cuaca yang tinggi. Masyarakat diminta semakin waspada terhadap gigitan nyamuk dengue.

“Jadi frekuensi dia menggigit itu akan meningkat 3 sampai 5 kali lipat pada saat suhunya meningkat di atas 30 derajat. Terlebih saat ini sedang terjadi El Nino,” ujar dr. Imran dalam keterangan resminya di laman Kemkes.go.id 

Kemenkes mencatat, dari jumlah kasusnya sejak tahun 1968, pola terjadinya kasus-kasus yang tinggi pada saat adanya El Nino. Selain frekuensi gigitan yang meningkat, nyamuk akan semakin mudah berkembang biak saat berada di suhu yang tinggi. 

Infeksi dengue disebabkan virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina. Biasanya, gigitan nyamuk betina terjadi pada pagi hari pukul 08.00-10.00 dan sore pukul 15.00-17.00. Masa inkubasinya ialah 5-10 hari sejak gigitan nyamuk hingga timbul gejala.

Peringatan dari Kemenkes memang bukan isapan jempol. Di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, sepanjang Januari-Agustus 2023, kasus DBD terbilang cukup tinggi. Sampai awal Agustus, jumlah kasus DBD di daerah ini mencapai 82 kasus dan paling banyak menyerang balita. 

Di Kota Jambi, Dinas Kesehatannya mencatat kasus DBD hingga Juli 2023 ini mencapai 218 kasus dan ada 5 kasus kematian. Ini cukup memprihatinkan. Pasalnya, tahun lalu ada 4 kasus meninggal dunia, sedangkan tahun ini baru pertengahan saja sudah ada 5 korban. 

Faktor yang mempengaruhi adanya korban jiwa ini, seperti adanya keterlambatan orang tua untuk membawa anak mereka yang terserang DBD ke Rumah Sakit karena belum memahami siklusnya dan menganggap hanya demam biasa.  

Senada, Dinas Kesehatan Jawa Barat (Jabar) mencatat penambahan kasus DBD beberapa waktu terakhir. Sejak Januari hingga Juni 2023, ditemukan 7.512 kasus DBD di seluruh wilayah di Jabar dan mengakibatkan 49 masyarakat meninggal dunia.

Data dari Dinkes Jabar itu juga mengungkap Kota Bandung menjadi daerah paling banyak ditemukan kasus DBD dengan 1.021 kasus. Ibu kota Jabar ini juga menyumbang 4 kasus kematian bersama Karawang, Kuningan dan Garut. 

Anak Kelompok Risiko Tinggi

Dokter Ifa Mufida yang bertugas di Poliklinik Universitas Negeri Malang mengatakan Dengue Shock Syndrome (DSS) menjadi ancaman bagi penderita DBD terutama untuk anak-anak yang terlambat mendapatkan penanganan. Kondisi ini biasanya akan menyebabkan kegagalan organ sehingga menyebabkan kematian. 

Terlebih, katanya dua tahun terakhir ini kasusnya terus meningkat. Sebagaimana data dari WHO yang dipaparkan oleh kepala unit penyakit tropis Raman Velayudhan mengatakan, jika terjadi peningkatan delapan kali lipat kasus DBD pada tahun 2000-2022. Kasus DBD meningkat dari 500 ribu kasus menjadi 4,2 juta dan penyakit ini telah menyerang sekitar 129 negara. 

“Agar tidak jatuh dalam kondisi yang mematikan, maka butuh pengetahuan dan kewaspadaan dalam penanganan demam dengue, terutama pada anak-anak yang merupakan salah satu kelompok berisiko,” kata dokter Ifa Mufida dalam keterangan resminya di laman um.ac.id.  

Beberapa gejala yang timbul di antaranya demam mendadak tinggi 2-7 hari, pusing atau sakit kepala, mual atau muntah, sakit perut, dan nyeri otot. Selanjutnya, penderita juga akan mengalami diare, pendarahan (gusi berdarah, muntah darah, mimisan, BAB berdarah, dan bintik-bintik merah), merasa lemas atau lemah, serta tangan dan kaki dingin dan lembab.

Pertolongan pertama untuk mengatasi demam pada anak ialah dengan banyak minum, mengompres bagian lipatan ketiak dan lipatan paha dengan air hangat selama 15-30 menit, serta mengonsumsi obat penurun demam (parasetamol) setiap 4-6 jam sekali jika suhu di atas 38 derajat celsius.

Penderita DBD perlu dirujuk ke rumah sakit jika sudah lemas dan tidur terus, muntah terus-menerus, sakit perut hebat, ada perdarahan, gelisah, kulit tangan kaki dingin dan lembab, tidak buang air besar (BAB) 4-6 jam, dan kejang.

Masyarakat juga tetap harus melakukan metode menguras, menutup, dan mendaur ulang barang (3M) yang menjadi lokasi nyamuk berkembang biak serta menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Lalu menggunakan obat anti nyamuk dan menggunakan kelambu saat tidur. 


Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

MORE  STORIES

Perebutan Likuiditas di Indonesia, Apa Itu?

Likuditas adalah kemampuan entitas dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang akan jatuh tempo

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Suku Inuit di Alaska, Tetap Sehat Walau Tak Makan Sayur

Suku Inuit tetap sehat karena memakan banyak organ daging mentah yang mempunyai kandungan vitamin C, nutrisi, dan lemak jenuh tinggi

Context.id | 26-07-2024

Dampingi Korban Kekerasan Seksual Malah Terjerat UU ITE

Penyidik dianggap tidak memperhatikan dan berupaya mencari fakta-fakta yang akurat berkaitan dengan kasus kekerasan seksual

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Ini Aturan Penggunaan Bahan Pengawet Makanan

Pengawet makanan dari bahan kimia boleh digunakan dengan batas kadar yang sudah ditentukan BPOM

Noviarizal Fernandez | 25-07-2024