Mendorong Lahirnya Kader Pembaharuan Melalui Pendidikan Politik Alternatif
LP3ES dan Indef menginisiasi pembentukan Sekolah Demokrasi dan forum jurnalis-akademisi (Juara)
Context.id, JAKARTA - Kehadiran Sekolah Demokrasi dan Indef School of Political Economy (ISPE) mempunyai nilai tambah karena menggabungkan lembaga pemikir, akademisi, dan forum jurnalis di Indonesia dan Belanda.
Saat ini banyak peneliti maupun komunitas gerakan sipil yang menganggap demokrasi Indonesia semakin jauh dari nilai-nilai demokratis kendati banyak pemimpin terpilih secara demokratis namun tidak menjalankan proses demokrasi.
Hal ini menjadi langkah awal untuk melahirkan kader pembaharuan yang dapat memajukan Indonesia menghadapi tantangan ke depan.
Menurut Wijayanto, Kepala Sekolah Demokrasi LP3ES dan Wakil Rektor Bidang Riset Universitas Diponegoro, Sekdem dan ISPE diselenggarakan oleh Universitas Diponegoro, Universitas Paramadina, KITLV Leiden, Idef dan LP3ES, mengusung tema “Tantangan Ekonomi Politik Pemerintahan Baru: Menyambut Kabinet Prabowo – Gibran.”
Nantinya sekolah akan dilaksanakan secara hybrid di University of Amsterdam dengan peserta PPI Belanda dan melalui zoom dengan peserta aktivis, jurnalis, akademisi serta mahasiswa. Dalam momen yang bersamaan, LP3ES juga meluncurkan forum Jurnalis dan Akademisi (Juara).
BACA JUGA
Wijayanto memaparkan Indonesia saat ini dihantui permasalahan disinformasi yang sangat masif hingga menjadikan masyarakat terpolarisasi. Melalui Juara, LP3ES dan Indef mencoba menghadang derasnya arus disinformasi tersebut.
Wijayanto melanjutkan, kaderisasi pemimpin bangsa melalui sekolah demokrasi ini penting dan relevan untuk mendorong lahirnya para pemimpin yang membela demokrasi di tengah gelombang kemunduran demokrasi yang tidak hanya melanda Indonesia namun juga melanda dunia.
"Saat ini banyak pemimpin yang memunggungi demokrasi yang tidak komit pada aturan main demokratis yang melemahkan bahkan merusak institusi demokrasi," jelasnya.
Sekolah itu untuk melahirkan para kader pemimpin muda yang mampu menjawab berbagai tantangan jaman yang semakin kompleks dengan berbagai permasalahannya di antaranya krisis iklim, krisis ekonomi, cyber crime dan perang antar negara.
Hal yang sama juga dipaparkan Ward Berenschot, peneliti senior KITLV Leiden. Dia menyatakan kegiatan ini sangat penting sebagai medium dalam bertukar ide secara sehat demi kemajuan Indonesia.
“Saya mengapresiasi pembentukan forum Juara dan sekolah demokrasi sebagai jembatan peneliti atau akademisi dengan jurnalis untuk diskusi publik yang lebih kritis yang diharapkan dapat memberikan angin segar bagi demokrasi Indonesia” kata Ward.
Adapun Didik J. Rachbini selaku pendiri Indef peneliti LP3ES dan Rektor Universitas Paramadina menekankan pentingnya memperjuangkan demokrasi agar negara semakin aman.
“Perjalanan demokrasi di Indonesia sudah tidak berjalan dengan baik yang mana telah banyak terjadi praktik ‘politik uang’. Sehingga peneliti harus menemukan inovasi dalam menanggulangi hal-hal ini, serta jurnalis juga harus jeli dalam meneliti hal-hal ini demi menjaga berjalannya demokrasi yang aman” tuturnya.
RELATED ARTICLES
Mendorong Lahirnya Kader Pembaharuan Melalui Pendidikan Politik Alternatif
LP3ES dan Indef menginisiasi pembentukan Sekolah Demokrasi dan forum jurnalis-akademisi (Juara)
Context.id, JAKARTA - Kehadiran Sekolah Demokrasi dan Indef School of Political Economy (ISPE) mempunyai nilai tambah karena menggabungkan lembaga pemikir, akademisi, dan forum jurnalis di Indonesia dan Belanda.
Saat ini banyak peneliti maupun komunitas gerakan sipil yang menganggap demokrasi Indonesia semakin jauh dari nilai-nilai demokratis kendati banyak pemimpin terpilih secara demokratis namun tidak menjalankan proses demokrasi.
Hal ini menjadi langkah awal untuk melahirkan kader pembaharuan yang dapat memajukan Indonesia menghadapi tantangan ke depan.
Menurut Wijayanto, Kepala Sekolah Demokrasi LP3ES dan Wakil Rektor Bidang Riset Universitas Diponegoro, Sekdem dan ISPE diselenggarakan oleh Universitas Diponegoro, Universitas Paramadina, KITLV Leiden, Idef dan LP3ES, mengusung tema “Tantangan Ekonomi Politik Pemerintahan Baru: Menyambut Kabinet Prabowo – Gibran.”
Nantinya sekolah akan dilaksanakan secara hybrid di University of Amsterdam dengan peserta PPI Belanda dan melalui zoom dengan peserta aktivis, jurnalis, akademisi serta mahasiswa. Dalam momen yang bersamaan, LP3ES juga meluncurkan forum Jurnalis dan Akademisi (Juara).
BACA JUGA
Wijayanto memaparkan Indonesia saat ini dihantui permasalahan disinformasi yang sangat masif hingga menjadikan masyarakat terpolarisasi. Melalui Juara, LP3ES dan Indef mencoba menghadang derasnya arus disinformasi tersebut.
Wijayanto melanjutkan, kaderisasi pemimpin bangsa melalui sekolah demokrasi ini penting dan relevan untuk mendorong lahirnya para pemimpin yang membela demokrasi di tengah gelombang kemunduran demokrasi yang tidak hanya melanda Indonesia namun juga melanda dunia.
"Saat ini banyak pemimpin yang memunggungi demokrasi yang tidak komit pada aturan main demokratis yang melemahkan bahkan merusak institusi demokrasi," jelasnya.
Sekolah itu untuk melahirkan para kader pemimpin muda yang mampu menjawab berbagai tantangan jaman yang semakin kompleks dengan berbagai permasalahannya di antaranya krisis iklim, krisis ekonomi, cyber crime dan perang antar negara.
Hal yang sama juga dipaparkan Ward Berenschot, peneliti senior KITLV Leiden. Dia menyatakan kegiatan ini sangat penting sebagai medium dalam bertukar ide secara sehat demi kemajuan Indonesia.
“Saya mengapresiasi pembentukan forum Juara dan sekolah demokrasi sebagai jembatan peneliti atau akademisi dengan jurnalis untuk diskusi publik yang lebih kritis yang diharapkan dapat memberikan angin segar bagi demokrasi Indonesia” kata Ward.
Adapun Didik J. Rachbini selaku pendiri Indef peneliti LP3ES dan Rektor Universitas Paramadina menekankan pentingnya memperjuangkan demokrasi agar negara semakin aman.
“Perjalanan demokrasi di Indonesia sudah tidak berjalan dengan baik yang mana telah banyak terjadi praktik ‘politik uang’. Sehingga peneliti harus menemukan inovasi dalam menanggulangi hal-hal ini, serta jurnalis juga harus jeli dalam meneliti hal-hal ini demi menjaga berjalannya demokrasi yang aman” tuturnya.
POPULAR
RELATED ARTICLES