Share

Home Stories

Stories 24 Juli 2024

Menyiasati Produk Agar Diterima Konsumen Indonesia

Konsumen Indonesia sangat sensitif soal rasa dan harga

Konsumen mie ramen di indonesia dikenal sensitif harga dan cita rasa

Context.id, JAKARTA - Tidak semua makanan yang asalnya dari luar negeri diterima begitu saja oleh konsumen di Indonesia.

Terkadang produk makanan tersebut cocok di lidah. Namun, konsumen yang sensitif harga, lebih memerhatikan keterjangkauan isi dompet ketimbang cita rasa.

Salah satu makanan yang asalnya dari luar negeri adalah sajian mie berkuah khas Jepang, ramen. Hidangan ini telah menjadi menu yang banyak dikenal masyarakat Indonesia.

Popularitasnya turut ditandai dengan hadirnya banyak gerai dan restoran ramen di berbagai tempat. Salah satu entitas yang memasarkan sajian ini adalahYay Group dengan merk Ramen Yuk!

Direktur Operasional Ramen Yuk,! Tjandra mengatakan sebelum melemparkan produk ramen, perseroan melakukan riset mendalam terkait kecenderungan konsumen Indonesia. Salah satunya soal keterjangkauan harga.



Saat ini ramen sudah dikenal luas dan familiar di tengah masyarakat Indonesia. Hanya saja, harga ramen saat ini cukup lumayan sehingga menjadikannya hanya bisa dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja.

“Kami memposisikan diri sebagai brand ramen yang mudah dijangkau oleh berbagai kalangan masyarakat. Kami mengusung semangat ramen rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan agar ramen menjadi menu yang dapat diakses dan dinikmati oleh setiap kalangan,” ujarnya Rabu (24/7/2024).

Selain harga, pihaknya juga melakukan riset mengenai cita rasa yang tepat bagi lidah konsumen di Indonesia.

Ramen yang biasa disajikan dengan kuah kaldu bertekstur kental dengan rasa gurih, divariasikan dengan dengan tambahan rasa pedas yang menjadi favorit masyarakat Indonesia.

Kemunculan ramen sejatinya bermula pada awal abad 20an. Dilansir dari berbagai sumber, ketika itu ada dua orang koki yang berasal dari China di restoran Rairaken, Tokyo memperkenalkan makanan baru yang berupa mie dengan kuah kaldu yang mereka beri nama Shina Shoba atawa mie China. 

Masakan mie kuah ini pertama kali dihidangkan untuk Tokugawa Mitsukuni. Pembuatnya adalah seorang ilmuwan Konghucu dalam pengasingan dari Dinasti Ming yang diundang untuk datang ke Domain Mito.

Konon ramen baru bisa dinikmati rakyat banyak pada zaman Meiji setelah ramen masuk dalam menu restoran - restoran di kawasan permukiman penduduk Tionghoa di Kobe dan Yokohama.

Penjelasan lain mengatakan bahwa ramen yang dikenal di Jepang sekarang ini berasal dari shio ramen yang diperkenalkan di Hokkaido pada zaman Taisho.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 24 Juli 2024

Menyiasati Produk Agar Diterima Konsumen Indonesia

Konsumen Indonesia sangat sensitif soal rasa dan harga

Konsumen mie ramen di indonesia dikenal sensitif harga dan cita rasa

Context.id, JAKARTA - Tidak semua makanan yang asalnya dari luar negeri diterima begitu saja oleh konsumen di Indonesia.

Terkadang produk makanan tersebut cocok di lidah. Namun, konsumen yang sensitif harga, lebih memerhatikan keterjangkauan isi dompet ketimbang cita rasa.

Salah satu makanan yang asalnya dari luar negeri adalah sajian mie berkuah khas Jepang, ramen. Hidangan ini telah menjadi menu yang banyak dikenal masyarakat Indonesia.

Popularitasnya turut ditandai dengan hadirnya banyak gerai dan restoran ramen di berbagai tempat. Salah satu entitas yang memasarkan sajian ini adalahYay Group dengan merk Ramen Yuk!

Direktur Operasional Ramen Yuk,! Tjandra mengatakan sebelum melemparkan produk ramen, perseroan melakukan riset mendalam terkait kecenderungan konsumen Indonesia. Salah satunya soal keterjangkauan harga.



Saat ini ramen sudah dikenal luas dan familiar di tengah masyarakat Indonesia. Hanya saja, harga ramen saat ini cukup lumayan sehingga menjadikannya hanya bisa dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja.

“Kami memposisikan diri sebagai brand ramen yang mudah dijangkau oleh berbagai kalangan masyarakat. Kami mengusung semangat ramen rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan agar ramen menjadi menu yang dapat diakses dan dinikmati oleh setiap kalangan,” ujarnya Rabu (24/7/2024).

Selain harga, pihaknya juga melakukan riset mengenai cita rasa yang tepat bagi lidah konsumen di Indonesia.

Ramen yang biasa disajikan dengan kuah kaldu bertekstur kental dengan rasa gurih, divariasikan dengan dengan tambahan rasa pedas yang menjadi favorit masyarakat Indonesia.

Kemunculan ramen sejatinya bermula pada awal abad 20an. Dilansir dari berbagai sumber, ketika itu ada dua orang koki yang berasal dari China di restoran Rairaken, Tokyo memperkenalkan makanan baru yang berupa mie dengan kuah kaldu yang mereka beri nama Shina Shoba atawa mie China. 

Masakan mie kuah ini pertama kali dihidangkan untuk Tokugawa Mitsukuni. Pembuatnya adalah seorang ilmuwan Konghucu dalam pengasingan dari Dinasti Ming yang diundang untuk datang ke Domain Mito.

Konon ramen baru bisa dinikmati rakyat banyak pada zaman Meiji setelah ramen masuk dalam menu restoran - restoran di kawasan permukiman penduduk Tionghoa di Kobe dan Yokohama.

Penjelasan lain mengatakan bahwa ramen yang dikenal di Jepang sekarang ini berasal dari shio ramen yang diperkenalkan di Hokkaido pada zaman Taisho.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Ketika Google AI Jadi Penata Gaya Kostum Pribadi

Bosan menebak-nebak apakah jaket baru itu bakal cocok dengan bentuk badanmu? Google punya jawabannya dan jawabannya bukan coba-coba, tapi algoritma.

Renita Sukma . 22 May 2025

Bioskop Tua dan Jejak Politik yang Tak Pernah Usai

Bagi Yosep Anggi Noen, gedung bioskop bukan sekadar tempat memutar film, tapi ruang yang menjadi saksi propaganda rezim dan ruang tarik ulur suara ...

Renita Sukma . 21 May 2025

Netflix, Iklan dan Ilusi Tanpa Jeda

Netflix punya visi untuk membuat iklan tidak terlihat seperti pariwara melainkan berbaur dalam serial atau film yang sedang ditonton

Noviarizal Fernandez . 20 May 2025

Gen Z Lawan Krisis Iklim, Suara Nina dari Gresik

Aktivis muda Aeshnina Azzahra atau Nina lantang mengkritik produsen dan pemerintah soal krisis iklim dan sampah plastik di Indonesia

Renita Sukma . 20 May 2025