Mengenang Tragedi Malaysian Airlines MH17
Rusia dituding berada di balik peristiwa jatuhnya pesawat Malaysian Airlines MH17
Context.id, JAKARTA - Tragedi jatuhnya pesawat Malaysian Airlines MH17 10 tahun lalu menyisakan misteri siapa pelaku di baliknya.
Pesawat itu jatuh di desa Hrabove, wilayah Donetsk, Ukraina Timur. Banyak yang menuduh bahwa Rusia merupakan biang kerok utama dalam insiden ini.
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Sekitar enam bulan sebelumnya, Rusia melancarkan perang melawan Ukraina dengan mendukung kelompok separatis yang berbasis di Ukraina Timur.
Kremlin juga diketahui menduduki Krimea dan sebagian wilayah Luhansk dan Donetsk, tempat operasi militer sedang berlangsung.
Pada 17 Juli 2014, pesawat komersil Malaysia dinyatakan jatuh dengan kondisi hancur berkeping-keping.
Tragedi ini menjadi yang terbesar dalam sejarah penerbangan, terutama dalam hal jumlah korban sejak serangan teroris di Amerika Serikat pada 11 September 2001.
Rusia dituduh tembak Malaysia Airlines dengan rudal. Media Ukraian sempat memberitakan jika rudal yang ditembakkan Rusia berasal dari sistem rudal antipesawat Buk milik Kremlin.
BACA JUGA
Tembakan rudal tersebut menewaskan semua penumpang dan awak pesawat yakni 298 orang, termasuk 80 anak-anak.
Pesawat itu terbang dari Amsterdam, Belanda, menuju ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur. Di antara yang tewas adalah warga negara Belanda, Australia dan Malaysia itu sendiri.
Tuduhan tersebut disangkal oleh Rusia. Menurut versi mereka, Ukraina yang harus disalahkan atas insiden jatuh dan meledaknya Malaysia Airlines MH17.
Menyusul tragedi tersebut, penyelidikan dilakukan oleh berbagai organisasi Eropa, seperti Dewan Keamanan Belanda, Biro Investigasi Kecelakaan Udara Nasional, Perusahaan Boeing, Interpol, dan lain-lain.
Laporan pertama yang disampaikan pada September 2014 menyatakan bahwa pesawat dalam kondisi kerja yang baik.
Meski demikian, investigasi tersebut tak ada satupun yang menyebut masalah rudal. Menurut laporan awal, kehancuran bagian depan pesawat Malaysia Airlines disebabkan oleh benturan berbagai benda kecil yang bergerak dengan kecepatan tinggi.
Saat terjadi tabrakan, bagian hidung pesawat hancur terlebih dahulu, sedangkan bagian tengah dan belakang badan pesawat terus bergerak maju saat turun.
Tapi pada Oktober 2015, Dewan Keamanan Belanda mengumumkan bahwa pesawat tersebut ditembak jatuh oleh sistem rudal Buk, dengan rudal tersebut mencapai ketinggian 10.000 meter.
Sistem ini dioperasikan oleh Brigade Rudal Antipesawat ke-53, sebuah unit Angkatan Bersenjata Rusia. Tapi pihak Rusia mengatakan bahwa Buk rudal tersebut adalah milik Ukraina.
Kemudian penyelidikan yang dilakukan oleh Bellingcat dan Tim Investigasi Gabungan (JIT) mengungkapkan bahwa sistem rudal diangkut ke bagian pendudukan wilayah Donetsk dari wilayah Kursk.
Menurut versi awal, Rusia menembak jatuh penerbangan MH17 secara tidak sengaja. Mereka mengeluarkan upaya dan misil yang signifikan dalam upaya menghancurkan pesawat militer Ukraina.
Saat itu, untuk memastikan keamanan pesawat sipil, Ukraina menutup wilayah udara di atas zona konflik, membatasinya hingga ketinggian 9.750 meter.
Namun, Boeing 777 terbang lebih tinggi, dan Rusia keliru mengidentifikasinya sebagai pesawat musuh, yang mengarah ke serangan yang ditargetkan.
Pada Juni 2019, Kejaksaan Negeri Belanda menyebutkan empat orang yang terlibat dalam kecelakaan MH17.
Tiga di antaranya adalah warga negara Rusia yakni Igor Girkin juga dikenal sebagai Strelkov, Sergey Dubinsky (Khmury), Oleg Pulatov (Gyurza); yang lainnya adalah warga negara Ukraina, Leonid Kharchenko (Krut), yang mengkhianati negaranya dan memihak Rusia.
Dua orang pertama dan Kharchenko dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh Pengadilan Distrik Den Haag pada 2022, sementara Pulatov dinyatakan tidak bersalah.
RELATED ARTICLES
Mengenang Tragedi Malaysian Airlines MH17
Rusia dituding berada di balik peristiwa jatuhnya pesawat Malaysian Airlines MH17
Context.id, JAKARTA - Tragedi jatuhnya pesawat Malaysian Airlines MH17 10 tahun lalu menyisakan misteri siapa pelaku di baliknya.
Pesawat itu jatuh di desa Hrabove, wilayah Donetsk, Ukraina Timur. Banyak yang menuduh bahwa Rusia merupakan biang kerok utama dalam insiden ini.
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Sekitar enam bulan sebelumnya, Rusia melancarkan perang melawan Ukraina dengan mendukung kelompok separatis yang berbasis di Ukraina Timur.
Kremlin juga diketahui menduduki Krimea dan sebagian wilayah Luhansk dan Donetsk, tempat operasi militer sedang berlangsung.
Pada 17 Juli 2014, pesawat komersil Malaysia dinyatakan jatuh dengan kondisi hancur berkeping-keping.
Tragedi ini menjadi yang terbesar dalam sejarah penerbangan, terutama dalam hal jumlah korban sejak serangan teroris di Amerika Serikat pada 11 September 2001.
Rusia dituduh tembak Malaysia Airlines dengan rudal. Media Ukraian sempat memberitakan jika rudal yang ditembakkan Rusia berasal dari sistem rudal antipesawat Buk milik Kremlin.
BACA JUGA
Tembakan rudal tersebut menewaskan semua penumpang dan awak pesawat yakni 298 orang, termasuk 80 anak-anak.
Pesawat itu terbang dari Amsterdam, Belanda, menuju ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur. Di antara yang tewas adalah warga negara Belanda, Australia dan Malaysia itu sendiri.
Tuduhan tersebut disangkal oleh Rusia. Menurut versi mereka, Ukraina yang harus disalahkan atas insiden jatuh dan meledaknya Malaysia Airlines MH17.
Menyusul tragedi tersebut, penyelidikan dilakukan oleh berbagai organisasi Eropa, seperti Dewan Keamanan Belanda, Biro Investigasi Kecelakaan Udara Nasional, Perusahaan Boeing, Interpol, dan lain-lain.
Laporan pertama yang disampaikan pada September 2014 menyatakan bahwa pesawat dalam kondisi kerja yang baik.
Meski demikian, investigasi tersebut tak ada satupun yang menyebut masalah rudal. Menurut laporan awal, kehancuran bagian depan pesawat Malaysia Airlines disebabkan oleh benturan berbagai benda kecil yang bergerak dengan kecepatan tinggi.
Saat terjadi tabrakan, bagian hidung pesawat hancur terlebih dahulu, sedangkan bagian tengah dan belakang badan pesawat terus bergerak maju saat turun.
Tapi pada Oktober 2015, Dewan Keamanan Belanda mengumumkan bahwa pesawat tersebut ditembak jatuh oleh sistem rudal Buk, dengan rudal tersebut mencapai ketinggian 10.000 meter.
Sistem ini dioperasikan oleh Brigade Rudal Antipesawat ke-53, sebuah unit Angkatan Bersenjata Rusia. Tapi pihak Rusia mengatakan bahwa Buk rudal tersebut adalah milik Ukraina.
Kemudian penyelidikan yang dilakukan oleh Bellingcat dan Tim Investigasi Gabungan (JIT) mengungkapkan bahwa sistem rudal diangkut ke bagian pendudukan wilayah Donetsk dari wilayah Kursk.
Menurut versi awal, Rusia menembak jatuh penerbangan MH17 secara tidak sengaja. Mereka mengeluarkan upaya dan misil yang signifikan dalam upaya menghancurkan pesawat militer Ukraina.
Saat itu, untuk memastikan keamanan pesawat sipil, Ukraina menutup wilayah udara di atas zona konflik, membatasinya hingga ketinggian 9.750 meter.
Namun, Boeing 777 terbang lebih tinggi, dan Rusia keliru mengidentifikasinya sebagai pesawat musuh, yang mengarah ke serangan yang ditargetkan.
Pada Juni 2019, Kejaksaan Negeri Belanda menyebutkan empat orang yang terlibat dalam kecelakaan MH17.
Tiga di antaranya adalah warga negara Rusia yakni Igor Girkin juga dikenal sebagai Strelkov, Sergey Dubinsky (Khmury), Oleg Pulatov (Gyurza); yang lainnya adalah warga negara Ukraina, Leonid Kharchenko (Krut), yang mengkhianati negaranya dan memihak Rusia.
Dua orang pertama dan Kharchenko dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh Pengadilan Distrik Den Haag pada 2022, sementara Pulatov dinyatakan tidak bersalah.
POPULAR
RELATED ARTICLES