Stories - 15 July 2024

Sejarah Kenaikan Harga BBM di Era Orde Lama dan Baru

Kenaikan harga BBM memicu kenaikan harga bahan pokok yang memantik protes kalangan mahasiswa


Potongan HL kenaikan BBM di majalah mahasiswa UII Yogyakarta, Himmah/Himmahonline

Context.id, JAKARTA - Soe Hok Gie alias Gie, seorang mahasiswa pemikir dan demonstran era 60an pernah menulis tentang perjuangan mahasiswa melawan kediktatoran Orde Lama.

Berikut ini kutipannya seperti tertulis dalam buku Catatan Seorang Demonstran:

Kadang-kadang terdengar sindiran dan teriakan Gani bersahutan dengan massa.

Gani: Siapa yang tidak pernah naik bus?

Siapa yang naikin harga bensin?



Harga bensin yang naik, mendorong kenaikan tarif bus dan harga-harga lainnya termasuk harga makanan. 

Saat itu, di periode 1960an, para mahasiswa, dan juga rakyat yang sehari-hari berpergian menggunakan transportasi massal merasa keberatan. 

Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, selama menjadi Presiden pada 18 Agustus 1945-Maret 1967, Sukarno  mengerek naik harga bahan bakar minyak (BBM) alias bensin sebanyak dua kali.

Rinciannya,  pada pada 22 November 1965, ketika harga BBM Premium menjadi Rp0,3 per liter dan Solar Rp0,2 per liter.

Tidak lama kemudian, pada 3 Januari 1966, harga BBM premium naik menjadi Rp1,00 per liter dan solar Rp0,80 per liter.

Lalu selang beberapa minggu kemudian, tepatnya pada 27 Januari 1966, harga BBM premium diturunkan menjadi Rp0,5 per liter dan solar menjadi Rp0,4 per liter.

Belasan tahun kemudian, penyanyi Iwan Fals yang kerap melontarkan kritik sosial lewat lagu, melantunkan srebuah tembang dengna lirik seperti ini:

Galang rambu anarki anakku

Lahir awal januari menjelang pemilu

Galang rambu anarki dengarlah

Terompet tahun baru menyambutmu

Galang rambu anarki ingatlah

Tangisan pertamamu ditandai bbm

Membumbung tinggi

Ketika itu, pada 1982, ketika itu pada 4 Januari, Presiden kedua Indonesia, Suharto mengikuti jejak Soekarno dengan menaikkan harga BBM menjadi Rp240/liter untuk premium dan Rp85/liter untuk solar.

Selama 32 tahun berkuasa, Suharto tercatat pernah menaikkan harga BBM sebanyak 22 kali menaikkan harga BBM.

Periode paling parah tentu saja ketika krisis ekonomi mulai menghantam Indonesia sejak 1997. Pada 1998, tepatnya 5 Mei 1998, harga BBM naik tinggi.

Sebelumnya bensin dilego dengan harga Rp700/liter, naik menjadi Rp1200/liter. Sementara solar dari Rp380/liter menjadi Rp600/liter.

Hal itu memicu inflasi kian menggila dan gelombang protes mahasiswa makin meningkat serta meluas.  Untuk meredakan gelombang protes itu, Suharto sempat menurunkan harga BBM. 

Akan tetapi hal itu tidak mampu menyelamatkan kekuasaan Suharto. Dirinya lengser pada 21 Mei 1998 setelah 32 tahun memerintah dengan tangan besi.


Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

MORE  STORIES

Jam Kerja Rendah Tapi Produktivitas Tinggi, Berkaca dari Jerman

Data OECD menunjukkan bmeskipun orang Jerman hanya bekerja rata-rata 1.340 jam per tahun, partisipasi perempuan yang tinggi dan regulasi bagus mem ...

Context.id | 29-10-2024

Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih

Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung

Context.id | 29-10-2024

Dari Pengusaha Menjadi Sosok Dermawan; Tren Filantropis Pendiri Big Tech

Banyak yang meragukan mengapa para taipan Big Tech menjadi filantropi, salah satunya tudingan menghindari pajak

Context.id | 28-10-2024

Dari Barak ke Ruang Rapat: Sepak Terjang Lulusan Akmil dan Akpol

Para perwira lulusan Akmil dan Akpol memiliki keterampilan kepemimpinan yang berharga untuk dunia bisnis dan pemerintahan.

Context.id | 28-10-2024