Cerita Manis dari Festival Patjarmerah Kecil
Patjarmerah kecil bisa menjadi ruang pertukaran ide dan gagasan untuk meningkatkan kualitas literasi secara lintas generasi sekaligus regenerasi penggerak ekosistem perbukuan
Context.id, JAKARTA - Komunitas yang berfokus pada upaya literasi lewat berbagai festival dan pasar buku, Patjarmerah, kembali menggelar festival literasi dan pameran buku di Jakarta.
Berbeda dengan festival yang digelar sebelum-sebelumnya di berbagai kota di Indonesia, di Jakarta Patjarmerah melakukan terobosan dengan menggelar 'Patjarmerah Kecil' yang berlangsung dari 29 Juni sampai 7 Juli 2024 di Pos Bloc, Jakarta Pusat.
Patjarmerah kecil ini membuka ruang lebih luas bagi kelompok pembaca anak-anak, belia dan keluarga.
Awalnya, festival ini hanya fokus pada buku bacaan untuk orang dewasa, namun penyelenggara melihat semakin meningkatnya kebutuhan akan bacaan bagi anak-anak belia dan keluarga.
Terlebih lagi di tengah masifnya gempuran media sosial dan tontonan yang lebih banyak mengandung konten-konten dewasa, urgensi hadirnya bacaan anak yang berkualitas semakin diperlukan.
BACA JUGA
Mengutip Hypeabis, pemrakarsa Patjar Merah Windy Ariestanty menyebut pihaknya berupaya menjadi tempat pertemuan bagi seluruh pihak yang ingin memberikan sumbangsih dalam mengembangkan literasi anak melalui acara Patjar Merah Kecil.
Ihwal itu terjadi dengan banyaknya relawan, pemerhati, komunitas, hingga penerbit buku anak yang terlibat dalam acara ini, untuk saling terkoneksi dan bersenang-senang melalui beragam kegiatan.
Patjar Kecil hadir untuk menyokong usaha kolektif pengembangan literasi anak yang mencakup regenerasi pembaca, pencipta (kreator), dan narasi.
Menurut Windy, pergantian peran dalam bidang literasi, salah satunya melalui dunia perbukuan, harus tetap diupayakan apabila ingin menghidupi ekosistemnya secara berkelanjutan.
Harapannya, melalui festival ini tingkat literasi dan minat baca terutama di lingkungan keluarga semakin meningkat.
Di patjarmerah kecil, ada hampir satu juta buku anak dan remaja. Mulai dari buku berbahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahkan ada juga yang berbahasa daerah
Deretan buku yang ditampilkan mungkin tidak akan dijumpai di toko buku retail besar.
Namun buku-buku ini dapat menjadi rujukan yang menarik karena telah diboyong dan memenangkan penghargaan di festival-festival berskala nasional maupun internasional
Acara-acara Menarik
Bukan hanya menghadirkan buku atau bacaan berkualitas bagi anak, Patjar Kecil ini juga menyelenggarakan berbagai lokakarya, diskusi hingga jalan-jalan dengan beragam tema yang sangat menarik.
Salah satu acara menarik yang digelar di Patjarmerah Kecil, adalah Festival Nguping: Tukar Cerita Isi Dapur.
Sesi diskusi ini diisi oleh para pembicara yang di antaranya merupakan penulis sekaligus seniman Indonesia.
Mereka adalah perwakilan dari Ayo Dongeng Indonesia dan Festival Gulali, TaCita, Flores Writers Festival, Sorowako Readers and Writers Festival, dan patjarmerah kecil. Para pembicara berbagi segala siasat kreatif, juga segala asa dan kesah di dapur.
Nguping Festival: Tukar Cerita Isi Dapur adalah sebuah ruang temu antarfestival. Audiens diajak untuk mendengar cerita dari dapur yang terus dijaga suluhnya oleh para pegiat festival dari berbagai latar belakang.
Tak terkecuali Ayo Dongeng Indonesia dan Gulali Festival yang membongkar isi dapur mereka soal bagaimana caranya membuat festival menarik yang melibatkan anak-anak.
Ayo Dongeng Indonesia (AyoDI) merupakan sebuah komunitas dongeng berbasis kerelawanan yang didirikan pada 2011.
AyoDI melestarikan dongeng atau cerita rakyat Indonesia serta menghidupkan kembali kegiatan penuturan cerita atau mendongeng di dalam lingkup keluarga, kelas-kelas belajar, dan juga komunitas di Indonesia.
Bicara literasi selain erat dengan buku, juga terkait dengan tayangan atau tontonan baik itu film layar lebar maupun film-film pendek. Saat ini, banyak konten-konten audio visual yang kontennya tidak sesuai dengan anak-anak atau remaja.
Terkait tontonan yang sesuai dengan anak dan remaja, CEO dan Pendiri Miles Film Mira Lesmana mengungkapkan Indonesia memiliki banyak isu yang dapat diangkat menjadi cerita menarik.
Salah satu di antaranya adalah tentang keluarga yang akan selalu dekat dan relatable dengan para penonton di dalam negeri.
Mira mengatakan bahwa persoalan tentang keluarga yang dapat diangkat menjadi cerita sebuah film tidak sekadar tentang ibu dan anak atau bapak dan anak.
Namun, isu itu bisa seperti suami dan istri, anak remaja yang sedang tumbuh atau persaingan antara saudara.
“Setiap film, menurut kami, apa pun itu filmnya, jika kita masukkan persoalan keluarga akan menjadi menarik. Baik itu drama, aksi, atau komedi. Isu keluarga selalu relatable,” katanya dalam acara diskusi bertajuk Dari Ruang Keluarga ke Lembar Skenario di ajang Pameran Patjar Merah.
Acara lain yang juga menarik adalah kegiatan Seni Utama Sama Sama: Olah Rasa, Eksplorasi, dan Refleksi yang diisi oleh psikolog Adi Chandra dari Rupaswarajiwa.
Adi Chandra memulai acara dengan membagikan kartu refleksi untuk semua peserta yang hadir. Setiap orang akan diberi beberapa pertanyaan yang mengajak kita untuk menyelami kembali memori masa kecil.
Menurut Adi, sambil mendengarkan cerita orang lain, diharapkan kita bisa menumbuhkan rasa empati dan mengenal setiap orang secara mendalam.
Sesi kedua dalam olah rasa, eksplorasi, dan refleksi dilakukan melalui art therapy.
Adapun art therapy atau terapi seni adalah salah satu jenis psikoterapi yang menggunakan seni sebagai media utamanya.
Terapi ini sudah digunakan sejak lama sebagai cara untuk menenangkan dan meningkatkan kesadaran diri bagi seseorang yang memiliki tekanan psikologis atau gangguan mental.
"Kali ini art therapy yang kita lakukan adalah dengan metode menggambar," ujar Adi.
Tema festival Patjar Merah Kecil 2024 kali ini adalah Sayap. Sayap dipilih sebagai tema pembuka yang menandai Patjar Kecil siap terbang bersama teman-teman kecil untuk mengeksplorasi tanah-tanah baru, awan-awan impian, dan luasnya samudera imajinasi.
Sayap-sayap juga jadi lambang rasa ingin tahu yang melambung, keberanian mencoba, dan kegigihan untuk meraih cita-cita yang digantung setinggi langit.
Kontributor: Fadlan Priatna
RELATED ARTICLES
Cerita Manis dari Festival Patjarmerah Kecil
Patjarmerah kecil bisa menjadi ruang pertukaran ide dan gagasan untuk meningkatkan kualitas literasi secara lintas generasi sekaligus regenerasi penggerak ekosistem perbukuan
Context.id, JAKARTA - Komunitas yang berfokus pada upaya literasi lewat berbagai festival dan pasar buku, Patjarmerah, kembali menggelar festival literasi dan pameran buku di Jakarta.
Berbeda dengan festival yang digelar sebelum-sebelumnya di berbagai kota di Indonesia, di Jakarta Patjarmerah melakukan terobosan dengan menggelar 'Patjarmerah Kecil' yang berlangsung dari 29 Juni sampai 7 Juli 2024 di Pos Bloc, Jakarta Pusat.
Patjarmerah kecil ini membuka ruang lebih luas bagi kelompok pembaca anak-anak, belia dan keluarga.
Awalnya, festival ini hanya fokus pada buku bacaan untuk orang dewasa, namun penyelenggara melihat semakin meningkatnya kebutuhan akan bacaan bagi anak-anak belia dan keluarga.
Terlebih lagi di tengah masifnya gempuran media sosial dan tontonan yang lebih banyak mengandung konten-konten dewasa, urgensi hadirnya bacaan anak yang berkualitas semakin diperlukan.
BACA JUGA
Mengutip Hypeabis, pemrakarsa Patjar Merah Windy Ariestanty menyebut pihaknya berupaya menjadi tempat pertemuan bagi seluruh pihak yang ingin memberikan sumbangsih dalam mengembangkan literasi anak melalui acara Patjar Merah Kecil.
Ihwal itu terjadi dengan banyaknya relawan, pemerhati, komunitas, hingga penerbit buku anak yang terlibat dalam acara ini, untuk saling terkoneksi dan bersenang-senang melalui beragam kegiatan.
Patjar Kecil hadir untuk menyokong usaha kolektif pengembangan literasi anak yang mencakup regenerasi pembaca, pencipta (kreator), dan narasi.
Menurut Windy, pergantian peran dalam bidang literasi, salah satunya melalui dunia perbukuan, harus tetap diupayakan apabila ingin menghidupi ekosistemnya secara berkelanjutan.
Harapannya, melalui festival ini tingkat literasi dan minat baca terutama di lingkungan keluarga semakin meningkat.
Di patjarmerah kecil, ada hampir satu juta buku anak dan remaja. Mulai dari buku berbahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahkan ada juga yang berbahasa daerah
Deretan buku yang ditampilkan mungkin tidak akan dijumpai di toko buku retail besar.
Namun buku-buku ini dapat menjadi rujukan yang menarik karena telah diboyong dan memenangkan penghargaan di festival-festival berskala nasional maupun internasional
Acara-acara Menarik
Bukan hanya menghadirkan buku atau bacaan berkualitas bagi anak, Patjar Kecil ini juga menyelenggarakan berbagai lokakarya, diskusi hingga jalan-jalan dengan beragam tema yang sangat menarik.
Salah satu acara menarik yang digelar di Patjarmerah Kecil, adalah Festival Nguping: Tukar Cerita Isi Dapur.
Sesi diskusi ini diisi oleh para pembicara yang di antaranya merupakan penulis sekaligus seniman Indonesia.
Mereka adalah perwakilan dari Ayo Dongeng Indonesia dan Festival Gulali, TaCita, Flores Writers Festival, Sorowako Readers and Writers Festival, dan patjarmerah kecil. Para pembicara berbagi segala siasat kreatif, juga segala asa dan kesah di dapur.
Nguping Festival: Tukar Cerita Isi Dapur adalah sebuah ruang temu antarfestival. Audiens diajak untuk mendengar cerita dari dapur yang terus dijaga suluhnya oleh para pegiat festival dari berbagai latar belakang.
Tak terkecuali Ayo Dongeng Indonesia dan Gulali Festival yang membongkar isi dapur mereka soal bagaimana caranya membuat festival menarik yang melibatkan anak-anak.
Ayo Dongeng Indonesia (AyoDI) merupakan sebuah komunitas dongeng berbasis kerelawanan yang didirikan pada 2011.
AyoDI melestarikan dongeng atau cerita rakyat Indonesia serta menghidupkan kembali kegiatan penuturan cerita atau mendongeng di dalam lingkup keluarga, kelas-kelas belajar, dan juga komunitas di Indonesia.
Bicara literasi selain erat dengan buku, juga terkait dengan tayangan atau tontonan baik itu film layar lebar maupun film-film pendek. Saat ini, banyak konten-konten audio visual yang kontennya tidak sesuai dengan anak-anak atau remaja.
Terkait tontonan yang sesuai dengan anak dan remaja, CEO dan Pendiri Miles Film Mira Lesmana mengungkapkan Indonesia memiliki banyak isu yang dapat diangkat menjadi cerita menarik.
Salah satu di antaranya adalah tentang keluarga yang akan selalu dekat dan relatable dengan para penonton di dalam negeri.
Mira mengatakan bahwa persoalan tentang keluarga yang dapat diangkat menjadi cerita sebuah film tidak sekadar tentang ibu dan anak atau bapak dan anak.
Namun, isu itu bisa seperti suami dan istri, anak remaja yang sedang tumbuh atau persaingan antara saudara.
“Setiap film, menurut kami, apa pun itu filmnya, jika kita masukkan persoalan keluarga akan menjadi menarik. Baik itu drama, aksi, atau komedi. Isu keluarga selalu relatable,” katanya dalam acara diskusi bertajuk Dari Ruang Keluarga ke Lembar Skenario di ajang Pameran Patjar Merah.
Acara lain yang juga menarik adalah kegiatan Seni Utama Sama Sama: Olah Rasa, Eksplorasi, dan Refleksi yang diisi oleh psikolog Adi Chandra dari Rupaswarajiwa.
Adi Chandra memulai acara dengan membagikan kartu refleksi untuk semua peserta yang hadir. Setiap orang akan diberi beberapa pertanyaan yang mengajak kita untuk menyelami kembali memori masa kecil.
Menurut Adi, sambil mendengarkan cerita orang lain, diharapkan kita bisa menumbuhkan rasa empati dan mengenal setiap orang secara mendalam.
Sesi kedua dalam olah rasa, eksplorasi, dan refleksi dilakukan melalui art therapy.
Adapun art therapy atau terapi seni adalah salah satu jenis psikoterapi yang menggunakan seni sebagai media utamanya.
Terapi ini sudah digunakan sejak lama sebagai cara untuk menenangkan dan meningkatkan kesadaran diri bagi seseorang yang memiliki tekanan psikologis atau gangguan mental.
"Kali ini art therapy yang kita lakukan adalah dengan metode menggambar," ujar Adi.
Tema festival Patjar Merah Kecil 2024 kali ini adalah Sayap. Sayap dipilih sebagai tema pembuka yang menandai Patjar Kecil siap terbang bersama teman-teman kecil untuk mengeksplorasi tanah-tanah baru, awan-awan impian, dan luasnya samudera imajinasi.
Sayap-sayap juga jadi lambang rasa ingin tahu yang melambung, keberanian mencoba, dan kegigihan untuk meraih cita-cita yang digantung setinggi langit.
Kontributor: Fadlan Priatna
POPULAR
RELATED ARTICLES