Share

Home Stories

Stories 26 April 2024

Perpusnas Prancis Karantina Buku Terkontaminasi Racun Arsenik

Ratusan sampul buku telah diteliti dan diduga ada kandungan logam berat

Salah satu sudut ruang baca perpustakaan nasional Prancis/mymodernmet

Context.id, JAKARTA - Perpustakaan Nasional Prancis memindahkan empat buah buku abad ke-19 bersampul hijau zamrud ke laboratorium karantina, Kamis (25/4). 

Pihak perpustakaan mengatakan buku-buku yang dikarantina itu diyakini mengandung racun arsenik. Kandungan arsenik di buku tua itu ditemukan setelah para peneliti Amerika Serikat melakukan sejumlah pemeriksaan. 

Melansir The Guardian, mereka menemukan kandungan bahan kimia pada penjilidan buku yang diterbitkan di zaman Victoria tersebut. Kandungan arsenik tersebut ada pada pigmen hijau yang disebut sebagai hijau Paris, hijau zamrud, atau hijau Scheele. 

“Kami telah mengkarantina karya-karya ini dan laboratorium eksternal akan menganalisisnya untuk mengevaluasi berapa banyak arsenik yang ada di setiap volume,” katanya pengelola perpustakaan.  

Penelitian telah dilakukan sejak 2019 oleh para peneliti dari Universitas Delaware, AS. Ratusan sampul buku telah diteliti dan diduga mengandung logam berat. 



Bahkan, sebanyak 16 juta sampul buku dimasukkan pada daftar volume yang kemungkinan besar mengandung bahan berbahaya yaitu di Poison Book Project

Rencananya Perpustakaan Nasional Perancis juga akan melakukan penelitian mendalam pada buku-buku bersampul hijau lainnya. 

Sementara itu, World Health Organization (WHO) memberikan peringatan pada arsenik anorganik yang biasanya ditemukan di tanah, tembaga, bijih timah, dan air yang dapat terpapar jangka panjang terutama melalui air dan makanan. 

Arsenik merupakan logam berat yang secara umum tidak berbau namun sangat berbahaya. Racun arsenik dapat ditemukan pada air, udara dan makanan. Dimana paparannya dapat menyebabkan lesi dan kanker pada kulit. 

Tak hanya itu racun arsenik juga dapat meningkatkan resiko kanker, gangguan hormon, hingga diabetes. Bahkan, kadar arsenik yang tinggi di dalam tubuh manusia bisa mengakibatkan kematian. 

Hal itu terjadi kepada aktivis HAM Munir yang meninggal di atas pesawat udara  saat perjalanan ke Amsterdam akibat sejumlah racun arsenik yang kadarnya cukup banyak ditemukan dalam darahnya. 

Poison Book Project menjelaskan bahwa sampul berwarna hijau tersebut sangat beresiko pada pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan buku-buku tersebut seperti pustakawan, penjual buku, kolektor, dan peneliti sehingga buku-buku tersebut harus diperhatikan penyimpanannya. 

Penulis: Diandra Zahra



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 26 April 2024

Perpusnas Prancis Karantina Buku Terkontaminasi Racun Arsenik

Ratusan sampul buku telah diteliti dan diduga ada kandungan logam berat

Salah satu sudut ruang baca perpustakaan nasional Prancis/mymodernmet

Context.id, JAKARTA - Perpustakaan Nasional Prancis memindahkan empat buah buku abad ke-19 bersampul hijau zamrud ke laboratorium karantina, Kamis (25/4). 

Pihak perpustakaan mengatakan buku-buku yang dikarantina itu diyakini mengandung racun arsenik. Kandungan arsenik di buku tua itu ditemukan setelah para peneliti Amerika Serikat melakukan sejumlah pemeriksaan. 

Melansir The Guardian, mereka menemukan kandungan bahan kimia pada penjilidan buku yang diterbitkan di zaman Victoria tersebut. Kandungan arsenik tersebut ada pada pigmen hijau yang disebut sebagai hijau Paris, hijau zamrud, atau hijau Scheele. 

“Kami telah mengkarantina karya-karya ini dan laboratorium eksternal akan menganalisisnya untuk mengevaluasi berapa banyak arsenik yang ada di setiap volume,” katanya pengelola perpustakaan.  

Penelitian telah dilakukan sejak 2019 oleh para peneliti dari Universitas Delaware, AS. Ratusan sampul buku telah diteliti dan diduga mengandung logam berat. 



Bahkan, sebanyak 16 juta sampul buku dimasukkan pada daftar volume yang kemungkinan besar mengandung bahan berbahaya yaitu di Poison Book Project

Rencananya Perpustakaan Nasional Perancis juga akan melakukan penelitian mendalam pada buku-buku bersampul hijau lainnya. 

Sementara itu, World Health Organization (WHO) memberikan peringatan pada arsenik anorganik yang biasanya ditemukan di tanah, tembaga, bijih timah, dan air yang dapat terpapar jangka panjang terutama melalui air dan makanan. 

Arsenik merupakan logam berat yang secara umum tidak berbau namun sangat berbahaya. Racun arsenik dapat ditemukan pada air, udara dan makanan. Dimana paparannya dapat menyebabkan lesi dan kanker pada kulit. 

Tak hanya itu racun arsenik juga dapat meningkatkan resiko kanker, gangguan hormon, hingga diabetes. Bahkan, kadar arsenik yang tinggi di dalam tubuh manusia bisa mengakibatkan kematian. 

Hal itu terjadi kepada aktivis HAM Munir yang meninggal di atas pesawat udara  saat perjalanan ke Amsterdam akibat sejumlah racun arsenik yang kadarnya cukup banyak ditemukan dalam darahnya. 

Poison Book Project menjelaskan bahwa sampul berwarna hijau tersebut sangat beresiko pada pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan buku-buku tersebut seperti pustakawan, penjual buku, kolektor, dan peneliti sehingga buku-buku tersebut harus diperhatikan penyimpanannya. 

Penulis: Diandra Zahra



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Ketika Google AI Jadi Penata Gaya Kostum Pribadi

Bosan menebak-nebak apakah jaket baru itu bakal cocok dengan bentuk badanmu? Google punya jawabannya dan jawabannya bukan coba-coba, tapi algoritma.

Renita Sukma . 22 May 2025

Bioskop Tua dan Jejak Politik yang Tak Pernah Usai

Bagi Yosep Anggi Noen, gedung bioskop bukan sekadar tempat memutar film, tapi ruang yang menjadi saksi propaganda rezim dan ruang tarik ulur suara ...

Renita Sukma . 21 May 2025

Netflix, Iklan dan Ilusi Tanpa Jeda

Netflix punya visi untuk membuat iklan tidak terlihat seperti pariwara melainkan berbaur dalam serial atau film yang sedang ditonton

Noviarizal Fernandez . 20 May 2025

Gen Z Lawan Krisis Iklim, Suara Nina dari Gresik

Aktivis muda Aeshnina Azzahra atau Nina lantang mengkritik produsen dan pemerintah soal krisis iklim dan sampah plastik di Indonesia

Renita Sukma . 20 May 2025