Stories - 04 July 2024

SBY si Presiden Musisi, Bagaimana Presiden Indonesia yang Lain?

Beberapa presiden di republik ini memang mempunyai persinggungan terhadap musik saat masih menjabat


SBY bernyanyi sambil bermain gitar/Istimewa

Context.id, JAKARTA - Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan tampil sebagai musisi dalam sebuah perhelatan musik kekinian, Pestapora 2024 yang berlangsung 20–22 September 2024 di Jakarta

SBY akan bersanding bersama 162 musisi beken lainnya seperti D’Masiv, Ari Lasso, Ungu, Mocca, The Sigit, JKT48, dan sederet musisi lainnya. 

Musikalitas seorang SBY memang sudah teruji sejak dari dulu. Jenderal purnawirawan dan yang juga pendiri Partai Demokrat itu pernah menjadi anak band semasa remajanya.

Melansir Bisnis, SBY mempunyai band bernama Teruna saat menginjak bangku SMA, periode awal tahun 60-an di Pacitan, Jawa Timur.  Kiprah bermusiknya juga ia tuangkan ke dalam lima album yang sudah dilahirkannya. 

Pada tahun 2007, SBY merilis sebuah album bertajuk Rinduku Padamu dengan isian 10 lagu. Diskografinya pun terus berlanjut. 

Dua tahun kemudian, dia merilis album Evolusi dengan menggandeng musisi legendaris Yockie Suryo Prayogo. 

Berselang setahun, pada 2010, SBY meluncurkan album ketiganya yang berjudul Ku Yakin Sampai di Sana. 

Tidak puas dengan tiga album saja, dahaga bermusik SBY pun dituntaskannya melalui album keempat Harmoni yang dirilis pada 2013. 

Keran dahaga itu akhirnya terputus lewat album kompilasi 2014 yang sekaligus menjadi penutup masa jabatannya sebagai presiden. 

Selepas menjadi presiden, gairahnya akan musik tidak pernah padam. Saat dunia sedang dihantam pandemi Covid-19, SBY menulis sebuah lagu bertajuk Cahaya dalam Kegelapan. 

Lagu itu dibuat sebagai simbol semangat dalam menghadapi wabah corona. 

SBY menggaet delapan musisi untuk mendonasikan suaranya dalam lagu ini seperti Sandhy Sondoro, Yuni Shara, Ariyo Wahab, Ita Purnamasari, Lala Karmela, Andy Rif, Joy Tobing, dan Ireng Perdana. 

Cahaya dalam Kegelapan sendiri diaransemen oleh Tohpati, musisi instrumental kawakan Indonesia. 

Presiden RI dan Musik
Beberapa presiden di republik ini memang mempunyai singgungan terhadap musik saat masih menjabat. 

Seperti Proklamator sekaligus presiden RI pertama, Soekarno. Melansir penelitian di jurnal sejarah Avatara, dalam rangka mewujudkan salah satu program manifesto politik–perjuangan untuk menentang kolonialisme dan imperialisme di Indonesia– Soekarno melarang peredaran musik barat di tahun 1959–1967. 

Pemerintahan Soekarno memberikan imbauan keras kepada band yang memainkan musik rock n’roll yang dianggap sebagai musik gila-gilaan. 

Menurutnya, lagu pop dan rock harus “digunduli” habis untuk menumbuhkan semangat berdikari di atas kebudayaan nasional yang berkepribadian. 

Pada era rezim orde baru pimpinan Soeharto, masyarakat disuguhi semangat pembangunan yang berbalut pelestarian warisan budaya, khususnya musik. 

Mengutip dari Museum Kepresidenan RI, kegemaran Soeharto pada gamelan dan keroncong, berdampak pada institusi pemerintah yang menambah kegiatan berbagai musik daerah di Indonesia. 

Soeharto menjagokan beberapa lagu dari musisi Indonesia seperti Waldjinah – Ditinggal Kekasih dan Lilis Suryani – Gang Kelinci. 

Selain itu, beberapa musisi juga menjadikan Soeharto sebagai inspirasi dalam membuat lagu, contohnya adalah Titiek Puspa – Bapak Kami Soeharto dan Tuti Kanta – Bapak Pembangunan. 

Berbeda dengan Soekarno, Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) justru malah menggemari musik metal nan cadas. 

Hal itu terungkap saat ia ikut menonton konser Metallica di Jakarta pada 2013 silam. Mengutip Bisnis, beberapa lagu Metallica favoritnya adalah The House Jack Built, One, dan The Day That Never Comes. 

Bahkan saat kampanyenya sebagai calon presiden edisi 2014, Jokowi terlihat sering mengacungkan salam metal. 

Terlebih, ia pun terlihat acap memakai kaus dari band-band metal kesukaannya seperti Napalm Death, Lamb of God, dan Megadeth.

Sementara untuk presiden ke-3 dan ke-4, yakni BJ Habibie dan Gus Dur, masing-masing menyukai musik yang cukup unik. 

Jika BJ Habibie suka lagu lawas lokal seperti Widuri, Gus Dur seperti dilansir dari NU Online, Gus Dur begitu menggemari musik-musik Janis Joplin yang psikedelik dan juga musik klasik. 

Orang-orang menganggap hal ini istimewa barangkali lantaran musik klasik kadung dikira musik elitis yang hanya dinikmati oleh kalangan borjuis, sementara Gus Dur dikenal sebagai seorang santri dan anak kiai.

Kontributor: Fadlan Priatna   


Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

MORE  STORIES

Biaya Tinggal yang Tinggi di Kota-Kota Kampus Terbaik Amerika

Kota-kota yang menjadi lokasi kampus terbaik di Amerika mengenakan biaya tinggal yang tinggi bagi mahasiswa dan penghuni

Context.id | 04-10-2024

Soal Keuangan Generasi Z Tidak Jauh Lebih Baik dari Milenial

Generasi Z menghadapi tantangan keuangan yang serupa dengan milenial, menunjukkan kondisi finansial mereka tidak jauh lebih baik.

Context.id | 04-10-2024

NotebookLM, dari Alat Riset ke Platform Podcast AI

NotebookLM kini memungkinkan pengguna mengonversi dokumen menjadi podcast atau siniar AI atau kecerdasan buatan yang menarik

Context.id | 04-10-2024

Masihkah Penting Penghargaan Nobel?

Hadiah Nobel dianggap puncak pencapaian terkait penemuan sains, budaya dan perdamaian. Tapi Apakah penghargaan ini masih relevan?

Context.id | 03-10-2024