Share

Home Stories

Stories 03 Juli 2024

Bahaya AI dalam Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO)

Profesional yang sering ikut andil dalam aktivitas publik seperti aktivis, jurnalis, peneliti, musisi dan aktor rentan mengalami KBGO

Ilustrasi kekerasan gender berbasis online/genderinitiativeug.org

Context.id, JAKARTA - Masifnya arus teknologi informasi nyatanya memunculkan modus atau cara-cara baru kekerasan seksual alias kekerasan gender berbasis online (KGBO). Serupa dengan tindakan di dunia nyata, KGBO dijembatani oleh perangkat teknologi dengan niatan melecehkan korban. 

Dikutip dari Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFENet), beberapa kegiatan dapat diasosiasikan dengan kekerasan gender berbasis online seperti pelanggaran privasi (doxing dan memanipulasi data pribadi), pengawasan dan pemantauan (menguntit atau stalking, memantau pergerakkan secara offline atau online, menggunakan spyware tanpa persetujuan). 

Selain itu ada pula perusakan reputasi atau kredibilitas (mencuri identitas, membuat konten palsu, membuat dan berbagi data pribadi yang salah), pelecehan (online harassment) ancaman langsung kekerasan seksual atau fisik, konten online yang menggambarkan perempuan sebagai objek seksual). 

Ada juga ancaman dan kekerasan langsung (pemerasan seksual, perdagangan perempuan melalui teknologi, peniruan yang mengakibatkan serangan fisik), dan serta serangan yang ditargetkan ke komunitas tertentu.

Menurut riset Association for Progressive Communications (APC), terdapat tiga orang yang berisiko mengalami KBGO. 



Pertama, seseorang yang terikat dalam hubungan intim. Kedua, profesional yang sering ikut andil dalam aktivitas publik (aktivis, jurnalis, penulis, peneliti, musisi, aktor, dan lain-lain). Ketiga, korban penyerangan fisik. 

Terlebih, masifnya teknologi saat ini termasuk hadirnya artificial intelligence atau AI, membuat peluang terjadinya KBGO semakin terbuka. Salah satu penyalahgunaan AI adalah penggunaan teknologi pengganti wajah atau deep fake. 

Deep fake adalah salah satu bentuk manipulasi digital yang dapat menempel wajah seseorang ke dalam foto atau video asli.

Penggunaan deep fake ini seringkali disalahgunakan dengan tujuan bejat. Sebagai contoh adalah foto manipulasi penyanyi terkenal Taylor Swift dengan unsur pornografi yang tersebar di platform X Januari lalu. 

Data SAFEnet menemukan per September 2023, terdapat sekitar 647 aduan terkait KBGO. Terbanyak adalah ancaman penyebaran konten intim non-konsensual (NCII) dengan 236 kasus. 

Sementara menurut Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2023, selama 2022, jumlah aduan yang diterima terhadap kasus KBGO di ranah personal sebanyak 821 kasus. Untuk di ranah publik, jumlah aduannya sebanyak 876 kasus.

Dampak yang dialami oleh masing-masing korban KBGO ini pun berbeda-beda. Dilansir dari hypeabis, terdapat beberapa dampak yang serius seperti kerugian psikologis, keterasingan sosial, kerugian ekonomi, mobilitas terbatas, dan sensor diri. 

Selain itu, akibat utama dari KBGO adalah adanya masyarakat yang memposisikan perempuan tidak lagi merasa aman secara online atau offline.

Kontributor: Fadlan Priatna



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 03 Juli 2024

Bahaya AI dalam Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO)

Profesional yang sering ikut andil dalam aktivitas publik seperti aktivis, jurnalis, peneliti, musisi dan aktor rentan mengalami KBGO

Ilustrasi kekerasan gender berbasis online/genderinitiativeug.org

Context.id, JAKARTA - Masifnya arus teknologi informasi nyatanya memunculkan modus atau cara-cara baru kekerasan seksual alias kekerasan gender berbasis online (KGBO). Serupa dengan tindakan di dunia nyata, KGBO dijembatani oleh perangkat teknologi dengan niatan melecehkan korban. 

Dikutip dari Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFENet), beberapa kegiatan dapat diasosiasikan dengan kekerasan gender berbasis online seperti pelanggaran privasi (doxing dan memanipulasi data pribadi), pengawasan dan pemantauan (menguntit atau stalking, memantau pergerakkan secara offline atau online, menggunakan spyware tanpa persetujuan). 

Selain itu ada pula perusakan reputasi atau kredibilitas (mencuri identitas, membuat konten palsu, membuat dan berbagi data pribadi yang salah), pelecehan (online harassment) ancaman langsung kekerasan seksual atau fisik, konten online yang menggambarkan perempuan sebagai objek seksual). 

Ada juga ancaman dan kekerasan langsung (pemerasan seksual, perdagangan perempuan melalui teknologi, peniruan yang mengakibatkan serangan fisik), dan serta serangan yang ditargetkan ke komunitas tertentu.

Menurut riset Association for Progressive Communications (APC), terdapat tiga orang yang berisiko mengalami KBGO. 



Pertama, seseorang yang terikat dalam hubungan intim. Kedua, profesional yang sering ikut andil dalam aktivitas publik (aktivis, jurnalis, penulis, peneliti, musisi, aktor, dan lain-lain). Ketiga, korban penyerangan fisik. 

Terlebih, masifnya teknologi saat ini termasuk hadirnya artificial intelligence atau AI, membuat peluang terjadinya KBGO semakin terbuka. Salah satu penyalahgunaan AI adalah penggunaan teknologi pengganti wajah atau deep fake. 

Deep fake adalah salah satu bentuk manipulasi digital yang dapat menempel wajah seseorang ke dalam foto atau video asli.

Penggunaan deep fake ini seringkali disalahgunakan dengan tujuan bejat. Sebagai contoh adalah foto manipulasi penyanyi terkenal Taylor Swift dengan unsur pornografi yang tersebar di platform X Januari lalu. 

Data SAFEnet menemukan per September 2023, terdapat sekitar 647 aduan terkait KBGO. Terbanyak adalah ancaman penyebaran konten intim non-konsensual (NCII) dengan 236 kasus. 

Sementara menurut Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2023, selama 2022, jumlah aduan yang diterima terhadap kasus KBGO di ranah personal sebanyak 821 kasus. Untuk di ranah publik, jumlah aduannya sebanyak 876 kasus.

Dampak yang dialami oleh masing-masing korban KBGO ini pun berbeda-beda. Dilansir dari hypeabis, terdapat beberapa dampak yang serius seperti kerugian psikologis, keterasingan sosial, kerugian ekonomi, mobilitas terbatas, dan sensor diri. 

Selain itu, akibat utama dari KBGO adalah adanya masyarakat yang memposisikan perempuan tidak lagi merasa aman secara online atau offline.

Kontributor: Fadlan Priatna



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025