Kudeta Militer yang Gagal, dari Kenya sampai Bolivia
Dalam catatan sejarah modern, ada beberapa negara yang pernah mengalami kudeta militer, namun mengalami kegagalan
Context.id, JAKARTA - Pekan lalu, tepatnya Rabu (26/6/2024), Bolivia, salah satu negara di kawasan Amerika Latin dilanda situasi mencekam.
Salah satu pimpinan Angkatan Darat Bolivia, Jenderal Juan Jose Zuniga melancarkan upaya kudeta ke pemerintahan Presiden Luis Arce.
Upaya kudeta oleh Zuniga karena tensi politik di Bolivia yang memburuk selama bertahun-tahun. Zuniga juga mengungkap tujuan aksi kudeta ke Pemerintah Bolivia, yakni ingin merestrukturisasi demokrasi.
"Angkatan bersenjata bermaksud untuk merestrukturisasi demokrasi, menjadikan demokrasi sesungguhnya yang bukan dijalankan beberapa orang yang sama selama 30-40 tahun," ucap Zuniga seperti dikutip AFP, Sabtu (29/6/2024).
Sebagai informasi, situasi di Bolivia dalam beberapa bulan terakhir tengah memanas akibat perseteruan antara Presiden Arce dan sekutunya, mantan presiden sayap kiri Evo Morales.
BACA JUGA
Namun, upaya kudeta Zuniga hanya bertahan tiga jam. Pemerintah Bolivia segera bertindak dan berhasil memukul mundur pasukan dan tank yang dibawa Zuniga dan menangkap pimpinan tertinggi kudeta itu.
Terlepas apakah benar-benar kudeta itu benar terjadi atau hanya settingan, hingga kini masih belum bisa dipastikan.
Namun, sebenarnya tak hanya Bolivia, ternyata beberapa negara berikut juga pernah mengalami kudeta militer, namun mengalami kegagalan
Kudeta Kenya 1982
Kenya di penghujung era 70-an dipimpin oleh Daniel Arap Moi, presiden yang berjanji melakukan reformasi ekonomi pada rakyat. Rupanya janji tinggal janji, Moi menjadi sangat otoriter setelah berkuasa. Kenya diubah menjadi negara satu partai.
Pada 1982, sekelompok tentara sepakat menggulingkan sang diktator Kenya. Upaya kudeta ini terutama didukung oleh tentara dari Angkatan Udara. Masalahnya, walau niat mereka sejalan dengan ketidakpuasan rakyat, ternyata pasukan pemberontak tidak disiplin saat beraksi.
Tentara itu bertindak serampangan, mabuk, bahkan menjarah toko ketika menyerbu Ibu Kota Nairobi. Simpati rakyat pun gagal terbangun.
Alhasil, Moi berhasil mengonsolidasikan kekuatan dengan milisi sipil serta tentara lain yang masih loyal yang akhirnya memukul balik pasukan kudeta. Total korban tewas mencapai 600-an orang.
Kudeta Filipina 1989
Corazon Aquino, akrab disapa Cory, awalnya cuma ibu rumah tangga biasa di Filipina. Kebetulan, suaminya adalah Benigno Aquino, senator yang populer di kalangan rakyat kecil.
Peruntungan Cory berubah setelah sang suami ditembak mati oleh orang suruhan Presiden Ferdinand Marcos di Bandara Manila sepulang dari pengasingan pada 1983. Cory mengambil alih kepemimpinan oposisi menentang Marcos yang menghasilkan people power dalam sejarah Filipina.
Ketika berkuasa, Cory mengalami tujuh kali upaya kudeta oleh militer dari Juli 1986 sampai Desember 1989. Salah satu pelakunya Kolonel Gregorio Honasan yang pernah membantunya menggulingkan Marcos.
Namun Cory yang disandera di Istana Malacanang meminta bantuan militer Amerika Serikat. Dalam perang bersaudara ini, lebih dari 99 orang tewas dam 570 lainnya luka-luka dalam pertempuran lima hari. Kudeta 1989 berakhir setelah tujuh hari perlawanan.
Kudeta Soviet 1991
Uni Soviet pada 19 Agustus 1991 tiba-tiba mengalami krisis politik yang akan mengubah nasib bangsa itu selama-lamanya. Sang pemimpin republik unitaris komunis, Mikahil Gorbachev, tiba-tiba ditahan oleh beberapa pejabat partai serta tentara berhaluan garis keras. Sejumlah menteri serta pejabat keamanan negara ikut terlibat dalam kudeta ini.
Gorbachev dibawa paksa dari Istana Kremlin, menuju rumah peristirahatan di Semenanjung Crimea. Dia dijadikan tahanan rumah.
Para penculik menganggap Ketua Partai Komunis Rusia itu berkhianat terhadap cita-cita sosialisme, karena hendak melakukan reformasi ekonomi, membuka arus informasi, serta memberi otonomi yang lebih besar bagi negara bagian Soviet.
Kudeta itu justru digagalkan oleh Boris Yeltsin, seteru abadi Gorbachev. Yeltsin menaiki tank menuju Kremlin dan didukung rakyat. Setelah tiga hari, kudeta ini gagal total. Yeltsin, yang membela musuh politiknya pada saat genting, populer di mata rakyat. Dia menjadi presiden pertama Rusia setelah Soviet bubar.
Kudeta Venezuela 2002
Hugo Chavez adalah pemimpin Venezuela yang berangkat dari latar militer. Pada Februari 1992, Chavez pernah memimpin usaha untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Carlos Andres Perez yang dianggap tak becus mengurus ekonomi.
Gerakan kudeta para perwira muda itu ditumpas dalam waktu singkat. Namun Chavez justru menjadi sosok yang lebih populer di mata rakyat. Pada 1998, Chavez berhasil memenangkan pemilu. Dia mengubah Venezuela menjadi negara sosialis yang mengedepankan program populis bagi rakyat.
Kebijakan sosialis membuat Chavez dimusuhi pengusaha dan kelompok sayap kanan. Pada 11 April 2002, tentara pembangkang yang didukung korporasi memaksa sang presiden keluar Istana Negara. Mereka menyerang ibu kota, serta mencanangkan status darurat sipil.
Kudeta ini sempat didukung oleh pemerintah Amerika Serikat dan Spanyol. Namun, kelompok pengkudeta cuma bertahan di istana selama 47 jam. Pasukan Pengawal Presiden merebut Istana Miraflores tanpa melepaskan satu butir peluru.
Kudeta Turki 2016
Tak ada angin dan hujan, militer Turki tiba-tiba melakukan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Reccep Tayyip Erdogan. Pergerakan militer keluar dari barak terjadi pada Jumat malam, 15 Juli di Ibu Kota Ankara dan Istanbul.
Ribuan rakyat Turki turun ke jalan pada Sabtu (16/7) dini hari, memprotes penggulingan Erdogan. Beberapa polisi yang loyal pada Erdogan ikut berusaha menangkap tentara. Tembak menembak, ledakan, serta bentrok terjadi di Ankara, menewaskan 60 orang.
Angkatan Bersenjata Turki ternyata punya sejarah khusus terkait upaya perebutan kekuasaan lewat cara kekerasan. Kudeta pertama terjadi pada 1961. Sementara kudeta 2016 itu adalah upaya kelima dalam sejarah, dan satu-satunya yang gagal karena aksi dramatis rakyat Turki membela Erdogan.
Kontributor: Fadlan Priatna
RELATED ARTICLES
Kudeta Militer yang Gagal, dari Kenya sampai Bolivia
Dalam catatan sejarah modern, ada beberapa negara yang pernah mengalami kudeta militer, namun mengalami kegagalan
Context.id, JAKARTA - Pekan lalu, tepatnya Rabu (26/6/2024), Bolivia, salah satu negara di kawasan Amerika Latin dilanda situasi mencekam.
Salah satu pimpinan Angkatan Darat Bolivia, Jenderal Juan Jose Zuniga melancarkan upaya kudeta ke pemerintahan Presiden Luis Arce.
Upaya kudeta oleh Zuniga karena tensi politik di Bolivia yang memburuk selama bertahun-tahun. Zuniga juga mengungkap tujuan aksi kudeta ke Pemerintah Bolivia, yakni ingin merestrukturisasi demokrasi.
"Angkatan bersenjata bermaksud untuk merestrukturisasi demokrasi, menjadikan demokrasi sesungguhnya yang bukan dijalankan beberapa orang yang sama selama 30-40 tahun," ucap Zuniga seperti dikutip AFP, Sabtu (29/6/2024).
Sebagai informasi, situasi di Bolivia dalam beberapa bulan terakhir tengah memanas akibat perseteruan antara Presiden Arce dan sekutunya, mantan presiden sayap kiri Evo Morales.
BACA JUGA
Namun, upaya kudeta Zuniga hanya bertahan tiga jam. Pemerintah Bolivia segera bertindak dan berhasil memukul mundur pasukan dan tank yang dibawa Zuniga dan menangkap pimpinan tertinggi kudeta itu.
Terlepas apakah benar-benar kudeta itu benar terjadi atau hanya settingan, hingga kini masih belum bisa dipastikan.
Namun, sebenarnya tak hanya Bolivia, ternyata beberapa negara berikut juga pernah mengalami kudeta militer, namun mengalami kegagalan
Kudeta Kenya 1982
Kenya di penghujung era 70-an dipimpin oleh Daniel Arap Moi, presiden yang berjanji melakukan reformasi ekonomi pada rakyat. Rupanya janji tinggal janji, Moi menjadi sangat otoriter setelah berkuasa. Kenya diubah menjadi negara satu partai.
Pada 1982, sekelompok tentara sepakat menggulingkan sang diktator Kenya. Upaya kudeta ini terutama didukung oleh tentara dari Angkatan Udara. Masalahnya, walau niat mereka sejalan dengan ketidakpuasan rakyat, ternyata pasukan pemberontak tidak disiplin saat beraksi.
Tentara itu bertindak serampangan, mabuk, bahkan menjarah toko ketika menyerbu Ibu Kota Nairobi. Simpati rakyat pun gagal terbangun.
Alhasil, Moi berhasil mengonsolidasikan kekuatan dengan milisi sipil serta tentara lain yang masih loyal yang akhirnya memukul balik pasukan kudeta. Total korban tewas mencapai 600-an orang.
Kudeta Filipina 1989
Corazon Aquino, akrab disapa Cory, awalnya cuma ibu rumah tangga biasa di Filipina. Kebetulan, suaminya adalah Benigno Aquino, senator yang populer di kalangan rakyat kecil.
Peruntungan Cory berubah setelah sang suami ditembak mati oleh orang suruhan Presiden Ferdinand Marcos di Bandara Manila sepulang dari pengasingan pada 1983. Cory mengambil alih kepemimpinan oposisi menentang Marcos yang menghasilkan people power dalam sejarah Filipina.
Ketika berkuasa, Cory mengalami tujuh kali upaya kudeta oleh militer dari Juli 1986 sampai Desember 1989. Salah satu pelakunya Kolonel Gregorio Honasan yang pernah membantunya menggulingkan Marcos.
Namun Cory yang disandera di Istana Malacanang meminta bantuan militer Amerika Serikat. Dalam perang bersaudara ini, lebih dari 99 orang tewas dam 570 lainnya luka-luka dalam pertempuran lima hari. Kudeta 1989 berakhir setelah tujuh hari perlawanan.
Kudeta Soviet 1991
Uni Soviet pada 19 Agustus 1991 tiba-tiba mengalami krisis politik yang akan mengubah nasib bangsa itu selama-lamanya. Sang pemimpin republik unitaris komunis, Mikahil Gorbachev, tiba-tiba ditahan oleh beberapa pejabat partai serta tentara berhaluan garis keras. Sejumlah menteri serta pejabat keamanan negara ikut terlibat dalam kudeta ini.
Gorbachev dibawa paksa dari Istana Kremlin, menuju rumah peristirahatan di Semenanjung Crimea. Dia dijadikan tahanan rumah.
Para penculik menganggap Ketua Partai Komunis Rusia itu berkhianat terhadap cita-cita sosialisme, karena hendak melakukan reformasi ekonomi, membuka arus informasi, serta memberi otonomi yang lebih besar bagi negara bagian Soviet.
Kudeta itu justru digagalkan oleh Boris Yeltsin, seteru abadi Gorbachev. Yeltsin menaiki tank menuju Kremlin dan didukung rakyat. Setelah tiga hari, kudeta ini gagal total. Yeltsin, yang membela musuh politiknya pada saat genting, populer di mata rakyat. Dia menjadi presiden pertama Rusia setelah Soviet bubar.
Kudeta Venezuela 2002
Hugo Chavez adalah pemimpin Venezuela yang berangkat dari latar militer. Pada Februari 1992, Chavez pernah memimpin usaha untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Carlos Andres Perez yang dianggap tak becus mengurus ekonomi.
Gerakan kudeta para perwira muda itu ditumpas dalam waktu singkat. Namun Chavez justru menjadi sosok yang lebih populer di mata rakyat. Pada 1998, Chavez berhasil memenangkan pemilu. Dia mengubah Venezuela menjadi negara sosialis yang mengedepankan program populis bagi rakyat.
Kebijakan sosialis membuat Chavez dimusuhi pengusaha dan kelompok sayap kanan. Pada 11 April 2002, tentara pembangkang yang didukung korporasi memaksa sang presiden keluar Istana Negara. Mereka menyerang ibu kota, serta mencanangkan status darurat sipil.
Kudeta ini sempat didukung oleh pemerintah Amerika Serikat dan Spanyol. Namun, kelompok pengkudeta cuma bertahan di istana selama 47 jam. Pasukan Pengawal Presiden merebut Istana Miraflores tanpa melepaskan satu butir peluru.
Kudeta Turki 2016
Tak ada angin dan hujan, militer Turki tiba-tiba melakukan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Reccep Tayyip Erdogan. Pergerakan militer keluar dari barak terjadi pada Jumat malam, 15 Juli di Ibu Kota Ankara dan Istanbul.
Ribuan rakyat Turki turun ke jalan pada Sabtu (16/7) dini hari, memprotes penggulingan Erdogan. Beberapa polisi yang loyal pada Erdogan ikut berusaha menangkap tentara. Tembak menembak, ledakan, serta bentrok terjadi di Ankara, menewaskan 60 orang.
Angkatan Bersenjata Turki ternyata punya sejarah khusus terkait upaya perebutan kekuasaan lewat cara kekerasan. Kudeta pertama terjadi pada 1961. Sementara kudeta 2016 itu adalah upaya kelima dalam sejarah, dan satu-satunya yang gagal karena aksi dramatis rakyat Turki membela Erdogan.
Kontributor: Fadlan Priatna
POPULAR
RELATED ARTICLES