Share

Home Stories

Stories 05 Januari 2024

Ketika Militer Meksiko Ikuti Jejak Tentara Indonesia Era Orba

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez memberikan izin kepada militer untuk masuk dalam dunia bisnis dan mengelola layanan publik.

Ilustrasi militer Meksiko. (Wikimedia Commons/Tomascastelazo)

Context.id, JAKARTA - Militer Meksiko mengikuti jejak Indonesia di bawah orde baru yang memberikan akses bagi militer untuk menguasai perekonomian.

Ya, pada masa lama serta orde baru di bawah kepemimpinan Soeharto, militer Indonesia juga berkiprah di dunia bisnis maupun layanan publik melalui doktrin dwifungsi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).

Umumnya para petinggi militer itu memimpin perusahaan negara seperti Ibnu Sutowo di Pertamina atau menjadi gubernur suatu provinsi.

Pada masa reformasi, doktrin dwifungsi dicabut dengan harapan militer bisa lebih profesional. Istilah beken saat itu adalah saatnya militer kembali ke barak. Selain itu, bisnis-bisnis yang ditangani oleh pihak militer pun diserahkan kepada negara.

Apa yang sudah ditinggalkan tentara Indonesia kini malah dijalankan oleh Meksiko. Bisnis yang dikendalikan oleh kaum berbaju loreng kian menggurita.

Di penghujung 2023, militer Meksiko meluncurkan maskapai penerbangan komersial Mexicana.

Maskapai ini sebelumnya merupakan perusahaan milik negara namun kemudian diprivatisasikan yang pada akhirnya mengalami kebangkrutan. Sekarang, perusahaan ini kembali dibangkitkan dan berada di bawah kendali militer.

Seperti dilansir South China Morning Post, perusahaan induk maskapai penerbangan yang dikelola militer ini kini juga mengoperasikan sekitar selusin bandara, hotel, kereta api, layanan bea cukai negara, dan taman wisata.

Jenderal Luís Cresencio Sandoval, Sekretaris Militer Meksiko bahkan mengatakan bahwa militer turut berbisnis adalah hal yang lumrah di negara-negara maju.

Eksistensi militer dalam berbagai aspek dunia usaha serta kehidupan masyarakat Meksiko mendapat kritik dari berbagai pihak.

Salah satunya adalah aktivis suku Maya, Sara Lopez. Pada September tahun lalu, dia mengkritisi Mayan Train, proyek infrastruktur terbesar di Meksiko yang melintasi Tanjung Yucatan.

“Ini adalah hal-hal yang menyebabkan kerusakan. Di masyarakat, baik Garda Nasional [pasukan keamanan sipil, namun sebagian besar terdiri dari personel militer] dan tentara hadir. Masyarakat mengatakan kepada kami bahwa mereka telah kehilangan kedamaian yang dulu mereka miliki. Di sana adalah komunitas yang diserbu, dampaknya sangat kuat,” ujarnya seperti yang dilansir globalissues.org.

Geliat aparat militer dalam dunia bisnis Meksikko terjadi setelah Presiden Andrés Manuel López Obrador, mengalihkan administrasi pelabuhan, bandara, dan transportasi kereta api ke Sekretariat Pertahanan Nasional.

Aleida Azamar, peneliti Autonomous Metropolitan University, berpendapat bahwa personel berseragam loreng tidak siap untuk tugas-tugas bisnis ini.

“Militer tidak dilatih untuk melakukan banyak fungsi. Pemerintah prihatin dengan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, dan untuk mempertahankan model tersebut, mereka menempatkan militer sebagai penanggung jawabnya. Mereka pikir hal itu akan dicapai melalui proyek infrastruktur dan ekstraktif,”kata Azamar.

Azamar melihat, dalam pandangan pemerintah, cara tercepat untuk menyelesaikannya segala masalah adalah dengan pendekatan militeristik. 

"Karena lebih sulit bagi masyarakat untuk melakukan perlawanan ketika mereka melihat seseorang membawa senjata. Ini bukanlah solusi yang paling memadai,” ujar Azamar



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 05 Januari 2024

Ketika Militer Meksiko Ikuti Jejak Tentara Indonesia Era Orba

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez memberikan izin kepada militer untuk masuk dalam dunia bisnis dan mengelola layanan publik.

Ilustrasi militer Meksiko. (Wikimedia Commons/Tomascastelazo)

Context.id, JAKARTA - Militer Meksiko mengikuti jejak Indonesia di bawah orde baru yang memberikan akses bagi militer untuk menguasai perekonomian.

Ya, pada masa lama serta orde baru di bawah kepemimpinan Soeharto, militer Indonesia juga berkiprah di dunia bisnis maupun layanan publik melalui doktrin dwifungsi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).

Umumnya para petinggi militer itu memimpin perusahaan negara seperti Ibnu Sutowo di Pertamina atau menjadi gubernur suatu provinsi.

Pada masa reformasi, doktrin dwifungsi dicabut dengan harapan militer bisa lebih profesional. Istilah beken saat itu adalah saatnya militer kembali ke barak. Selain itu, bisnis-bisnis yang ditangani oleh pihak militer pun diserahkan kepada negara.

Apa yang sudah ditinggalkan tentara Indonesia kini malah dijalankan oleh Meksiko. Bisnis yang dikendalikan oleh kaum berbaju loreng kian menggurita.

Di penghujung 2023, militer Meksiko meluncurkan maskapai penerbangan komersial Mexicana.

Maskapai ini sebelumnya merupakan perusahaan milik negara namun kemudian diprivatisasikan yang pada akhirnya mengalami kebangkrutan. Sekarang, perusahaan ini kembali dibangkitkan dan berada di bawah kendali militer.

Seperti dilansir South China Morning Post, perusahaan induk maskapai penerbangan yang dikelola militer ini kini juga mengoperasikan sekitar selusin bandara, hotel, kereta api, layanan bea cukai negara, dan taman wisata.

Jenderal Luís Cresencio Sandoval, Sekretaris Militer Meksiko bahkan mengatakan bahwa militer turut berbisnis adalah hal yang lumrah di negara-negara maju.

Eksistensi militer dalam berbagai aspek dunia usaha serta kehidupan masyarakat Meksiko mendapat kritik dari berbagai pihak.

Salah satunya adalah aktivis suku Maya, Sara Lopez. Pada September tahun lalu, dia mengkritisi Mayan Train, proyek infrastruktur terbesar di Meksiko yang melintasi Tanjung Yucatan.

“Ini adalah hal-hal yang menyebabkan kerusakan. Di masyarakat, baik Garda Nasional [pasukan keamanan sipil, namun sebagian besar terdiri dari personel militer] dan tentara hadir. Masyarakat mengatakan kepada kami bahwa mereka telah kehilangan kedamaian yang dulu mereka miliki. Di sana adalah komunitas yang diserbu, dampaknya sangat kuat,” ujarnya seperti yang dilansir globalissues.org.

Geliat aparat militer dalam dunia bisnis Meksikko terjadi setelah Presiden Andrés Manuel López Obrador, mengalihkan administrasi pelabuhan, bandara, dan transportasi kereta api ke Sekretariat Pertahanan Nasional.

Aleida Azamar, peneliti Autonomous Metropolitan University, berpendapat bahwa personel berseragam loreng tidak siap untuk tugas-tugas bisnis ini.

“Militer tidak dilatih untuk melakukan banyak fungsi. Pemerintah prihatin dengan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, dan untuk mempertahankan model tersebut, mereka menempatkan militer sebagai penanggung jawabnya. Mereka pikir hal itu akan dicapai melalui proyek infrastruktur dan ekstraktif,”kata Azamar.

Azamar melihat, dalam pandangan pemerintah, cara tercepat untuk menyelesaikannya segala masalah adalah dengan pendekatan militeristik. 

"Karena lebih sulit bagi masyarakat untuk melakukan perlawanan ketika mereka melihat seseorang membawa senjata. Ini bukanlah solusi yang paling memadai,” ujar Azamar



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Bioskop Tua dan Jejak Politik yang Tak Pernah Usai

Bagi Yosep Anggi Noen, gedung bioskop bukan sekadar tempat memutar film, tapi ruang yang menjadi saksi propaganda rezim dan ruang tarik ulur suara ...

Renita Sukma . 21 May 2025

Netflix, Iklan dan Ilusi Tanpa Jeda

Netflix punya visi untuk membuat iklan tidak terlihat seperti pariwara melainkan berbaur dalam serial atau film yang sedang ditonton

Noviarizal Fernandez . 20 May 2025

Gen Z Lawan Krisis Iklim, Suara Nina dari Gresik

Aktivis muda Aeshnina Azzahra atau Nina lantang mengkritik produsen dan pemerintah soal krisis iklim dan sampah plastik di Indonesia

Renita Sukma . 20 May 2025

Wiji Thukul dan Gen Z, Ketika Kata-Kata Tak Beristirahat

Sudah lebih dari seperempat abad sejak Wiji Thukul menghilang, namun suaranya masih terdengar kencang di telinga generasi muda

Renita Sukma . 15 May 2025