Stories - 15 March 2024

Jimmy Cherezier, Mantan Polisi yang Jadi Pemimpin Gangster Haiti

Kelompok bersenjata membakar istana presiden dan menyerang markas polisi serta menjarah pertokoan juga perkantoran.

Context.id, JAKARTA - Sudah sepekan lebih kerusuhan akibat kerusuhan geng bersenjata melanda Republik Haiti, negara yang berada di Kepulauan Karibia.  

Kelompok kriminal yang menguasai sebagian besar ibu kota Port-au-Prince dan jalan-jalan menuju seluruh negeri telah menyerang infrastruktur penting dalam beberapa hari terakhir, termasuk dua penjara, sehingga sebagian besar dari 3.800 narapidana bisa melarikan diri.

Bukan hanya itu saja, kelompok bersenjata membakar istana presiden dan menyerang markas polisi. Polisi berhasil menghalau serangan tersebut dan beberapa "bandit" terbunuh. 

Geng-geng tersebut, bersama dengan sejumlah warga sipil Haiti, menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Ariel Henry yang dianggap tidak bisa menyelesaikan persoalan mendasar di Haiti. 

Henry sedianya akan meninggalkan jabatannya pada Februari, tetapi malah menyetujui kesepakatan pembagian kekuasaan dengan oposisi sampai pemilu baru diadakan.

Pada Kamis (7/3), Pemerintah Haiti mengeluarkan keadaan darurat selama sebulan untuk wilayah barat, termasuk ibu kota. 

Pemerintah Haiti juga menetapkan jam malam hingga Senin (11/3), meskipun sulit untuk melihat bagaimana polisi yang sudah kewalahan dapat menegakkannya.

Kini, Perdana Menteri Haiti Ariel Henry menyatakan mengundurkan diri setelah berminggu-minggu tekanan dan meningkatnya kekerasan di negara tersebut. Henry mundur usai para pemimpin regional bertemu di Jamaika untuk membahas transisi politik di Haiti.

Dilansir BBC, Selasa (12/3/2024), Henry saat ini terdampar di Puerto Rico setelah dicegah oleh geng bersenjata untuk kembali ke Haiti. Dalam video pengunduran dirinya, Henry meminta masyarakat Haiti untuk tetap tenang.

"Pemerintahan yang saya pimpin akan segera mengundurkan diri setelah pelantikan dewan (transisi)," kata Henry.

"Saya ingin berterima kasih kepada rakyat Haiti atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya. Saya meminta seluruh warga Haiti untuk tetap tenang dan melakukan segala yang mereka bisa agar perdamaian dan stabilitas dapat kembali secepat mungkin," sambungnya.

Henry, yang seharusnya memimpin negara itu untuk sementara waktu sejak Juli 2021 setelah pembunuhan mantan Presiden Jovenel Moïse, telah berulang kali menunda pemilu dengan mengatakan keamanan harus dipulihkan terlebih dahulu. 

Banyak warga Haiti mempertanyakan mengapa dia memerintah selama ini tanpa presiden terpilih.

Pemimpin Geng
Kerusuhan yang diinisiasi oleh kelompok geng atau bersenjata ini semakin membuat kondisi negara tersebut kian mencekam dan sedang menunggu bantuan kemanusiaan serta keamanan internasional. 

Jimmy Chezier, salah satu pemimpin geng bersenjata di Haiti yang lebih dikenal dengan Barbeque bahkan mengumumkan telah mengirimkan pesan ancaman kepada para pemimpin politik yang diprediksi ikut bergabung dalam rencana dewan transisi. 

Barbeque yang memimpin aliansi geng bersenjata G9, telah mengambil alih sebagian besar wilayah kota. Laporan penculikan, kekerasan seksual, dan pembunuhan terus dilaporkan oleh kelompok hak asasi manusia.

Lalu, siapa sebenarnya Barbeque?

Barbeque merupakan mantan petugas polisi yang diberhentikan pada 2018 lalu karena terlibat dengan pembunuhan di luar hukum. 

Sebagai seorang petugas polisi, ia dituduh oleh PBB berperan dalam berbagai pembantaian, termasuk pembunuhan lebih dari 70 orang pada tahun 2018. Ketika itu, lebih dari 400 rumah di lingkungan La Saline di ibu kota dibakar.

Cherizier, yang berasal dari daerah Delmas di Port-au-Prince, kemudian mengumumkan pembentukan aliansi geng pada tahun 2020. Dipimpin olehnya, kelompok itu menyatukan sembilan geng wilayah ibu kota, yang disebut Keluarga G9.

Presiden Haiti, Jovenel Moise dianggap memiliki hubungan dengan Barbeque. Ketua kelompok bersenjata tersebut dulunya berperan sebagai penegak hukum, menertibkan jalanan, dan memastikan dukungan bagi Moise. 

Pada tahun 2021, Presiden Jovenel Moise, tewas dalam sebuah serangan. Cherizier menyerukan protes dan menuduh para pemimpin oposisi dan polisi mendalangi pembunuhannya.

Di Haiti, selain G9 ada juga aliansi geng lain yang dikenal dengan nama G-Pep. G-Pep bahkan dicurigai bagian dari kejahatan terorganisir yang memiliki hubungan dengan partai-partai oposisi Haiti.

Meskipun ada laporan tentang gencatan senjata G9 dan G-Pep pada bulan Juli lalu, pertempuran terus berlanjut antara keduanya tanpa ada ketegasan dari negara. Kondisi ini pun memaksa ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka.

Perang wilayah antara keduanya sendiri telah meluas dari ibu kota ke wilayah Artibonite yang merupakan sumber pangan Haiti. Hal ini pun memberikan tekanan pada pasokan makanan negara Karibia itu.

Analis telah memperingatkan bahwa geng-geng di Haiti semakin mandiri secara ekonomi. Sehingga memungkinkan mereka untuk mengumpulkan senjata api dalam jumlah besar dari Amerika Serikat (AS).

Mereka juga menjalankan beberapa infrastruktur. Mulai dari sekolah, klinik dan pos pemeriksaan.

Penulis: Diandra Zahra


Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

MORE  STORIES

Hotel Sultan dan Jejak Kontroversi Klan Sutowo

Catatan kiprah kontroversial Ibnu dan Adiguna Sutowo

Noviarizal Fernandez | 08-05-2024

Intip Nilai Pasar Terbaru Pemain U23

Secara keseluruhan, nilai pasar skuad Garuda Muda mencapai Rp83,43 miliar terhitung sejak akhir April 2024

Noviarizal Fernandez | 08-05-2024

Ketika Masyarakat Sipil Gelar Mahkamah Rakyat Luar Biasa

Mahkamah Rakyat menjadi alternatif menyelesaikan masalah hukum saat negara tidak memberikan ruang demokrasi

Noviarizal Fernandez | 08-05-2024

Syahrul Yasin Limpo dan Jejak Politik Keluarga

Langkah politik SYL kemudian diikuti oleh kerabatnya

Noviarizal Fernandez | 08-05-2024