Share

Stories 14 Juni 2024

Banyak Konsumsi Garam Bikin Umur Pendek?

Universitas Tulane menemukan mereka yang sering menambahkan garam ke makanan mereka memiliki tingkat 28% lebih tinggi mengenai risiko kematian dini

Ilustrasi komposisi garam dalam makanan/ Rizki Al Ghazali

Context.id, JAKARTA - Garam atau natrium klorida mungkin adalah bumbu tertua yang digunakan manusia. Pasalnya ekstraksi, distribusi, dan kepemilikannya menyebabkan perdagangan komersial dan perang, sampai-sampai dikenal sebagai ‘emas putih’.

Hal ini dapat terjadi mengingat garam dalam sejarahnya memiliki beragam fungsi seperti untuk kebutuhan industri, mengeringkan makanan ataupun menyembuhkan luka, seperti dikutip dari Jurnal Does salt addiction exist?, Jumat, (14/6).

Namun untuk saat ini, penggunaan garam lebih banyak digunakan untuk menyedapkan rasa dalam makanan, mengontrol fermentasi adonan, melunakkan daging, hingga membantu fermentasi susu dan meningkatkan tekstur serta rasanya.

Meskipun demikian, konsumsi garam tidak hanya untuk memberikan rasa dalam makanan saja, tetapi juga untuk mencukupi kebutuhan nutrisi seperti natrium dan klorida yang dapat membantu mendukung fungsi organ dalam tubuh dan penyeimbang cairan tubuh.

Walaupun dianggap memiliki banyak manfaat, tetapi di sisi lain mengonsumsi terlalu banyak garam juga dapat membahayakan kesehatan karena memiliki banyak dampak negatif, termasuk kematian dini.



Melansir Sciencedaily, penelitian yang dilakukan oleh Universitas Tulane menemukan mereka yang sering menambahkan garam ke makanan mereka memiliki tingkat 28% lebih tinggi mengenai risiko kematian dini daripada yang tidak.

Selain itu, dalam populasi umum sekitar tiga dari setiap seratus orang yang berusia antara 40 dan 69 meninggal sebelum waktunya, karena terdapat pengurangan angka harapan hidup sekitar 1,5 tahun untuk perempuan dan 2,2 tahun untuk laki-laki.

“Selalu menambahkan garam ke makanan berkaitan dengan risiko kematian dini yang lebih tinggi dari semua penyebab dan pengurangan harapan hidup,” kata Profesor Lu Qi, seperti dikutip dari Sciencedaily, Jumat, (14/6).

Selain itu, dalam penelitian juga ditemukan bahwa asupan natrium yang tinggi dapat meningkatkan 10% penyakit kardiovaskular, salah satu penyebab utama peningkatan tekanan darah yang menyebabkan lebih banyak kematian daripada konsumsi makanan lainnya. 

Tak hanya itu, penggunaan garam yang tinggi dalam makanan juga dapat menyebabkan ekskresi kalsium urin dan penanda resorpsi tulang yang terkait dengan keropos tulang, serta peningkatan jumlah konsumsi garam dapat berpotensi terkena penyakit ginjal.

Lebih dari itu, penggunaan asupan natrium yang tinggi ini juga sering dikaitkan dengan para pengguna obat-obatan, karena mengkonsumsi garam dapat melepaskan senyawa dopamin dalam otak yang dapat merasakan efek senang dan menimbulkan ketergantungan.

Banyak peneliti yang menyarankan untuk mengganti bahan tersebut dan mulai dengan mengkonsumsi buah dan sayuran dalam jumlah tinggi, karena dapat meminimalisir resiko terserang penyakit dan kematian dini.

“Kami tidak terkejut dengan temuan ini karena buah-buahan dan sayuran adalah sumber utama kalium, yang memiliki efek perlindungan dan dikaitkan dengan risiko kematian dini yang lebih rendah,” kata Qi.

Penulis: Candra Soemirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 14 Juni 2024

Banyak Konsumsi Garam Bikin Umur Pendek?

Universitas Tulane menemukan mereka yang sering menambahkan garam ke makanan mereka memiliki tingkat 28% lebih tinggi mengenai risiko kematian dini

Ilustrasi komposisi garam dalam makanan/ Rizki Al Ghazali

Context.id, JAKARTA - Garam atau natrium klorida mungkin adalah bumbu tertua yang digunakan manusia. Pasalnya ekstraksi, distribusi, dan kepemilikannya menyebabkan perdagangan komersial dan perang, sampai-sampai dikenal sebagai ‘emas putih’.

Hal ini dapat terjadi mengingat garam dalam sejarahnya memiliki beragam fungsi seperti untuk kebutuhan industri, mengeringkan makanan ataupun menyembuhkan luka, seperti dikutip dari Jurnal Does salt addiction exist?, Jumat, (14/6).

Namun untuk saat ini, penggunaan garam lebih banyak digunakan untuk menyedapkan rasa dalam makanan, mengontrol fermentasi adonan, melunakkan daging, hingga membantu fermentasi susu dan meningkatkan tekstur serta rasanya.

Meskipun demikian, konsumsi garam tidak hanya untuk memberikan rasa dalam makanan saja, tetapi juga untuk mencukupi kebutuhan nutrisi seperti natrium dan klorida yang dapat membantu mendukung fungsi organ dalam tubuh dan penyeimbang cairan tubuh.

Walaupun dianggap memiliki banyak manfaat, tetapi di sisi lain mengonsumsi terlalu banyak garam juga dapat membahayakan kesehatan karena memiliki banyak dampak negatif, termasuk kematian dini.



Melansir Sciencedaily, penelitian yang dilakukan oleh Universitas Tulane menemukan mereka yang sering menambahkan garam ke makanan mereka memiliki tingkat 28% lebih tinggi mengenai risiko kematian dini daripada yang tidak.

Selain itu, dalam populasi umum sekitar tiga dari setiap seratus orang yang berusia antara 40 dan 69 meninggal sebelum waktunya, karena terdapat pengurangan angka harapan hidup sekitar 1,5 tahun untuk perempuan dan 2,2 tahun untuk laki-laki.

“Selalu menambahkan garam ke makanan berkaitan dengan risiko kematian dini yang lebih tinggi dari semua penyebab dan pengurangan harapan hidup,” kata Profesor Lu Qi, seperti dikutip dari Sciencedaily, Jumat, (14/6).

Selain itu, dalam penelitian juga ditemukan bahwa asupan natrium yang tinggi dapat meningkatkan 10% penyakit kardiovaskular, salah satu penyebab utama peningkatan tekanan darah yang menyebabkan lebih banyak kematian daripada konsumsi makanan lainnya. 

Tak hanya itu, penggunaan garam yang tinggi dalam makanan juga dapat menyebabkan ekskresi kalsium urin dan penanda resorpsi tulang yang terkait dengan keropos tulang, serta peningkatan jumlah konsumsi garam dapat berpotensi terkena penyakit ginjal.

Lebih dari itu, penggunaan asupan natrium yang tinggi ini juga sering dikaitkan dengan para pengguna obat-obatan, karena mengkonsumsi garam dapat melepaskan senyawa dopamin dalam otak yang dapat merasakan efek senang dan menimbulkan ketergantungan.

Banyak peneliti yang menyarankan untuk mengganti bahan tersebut dan mulai dengan mengkonsumsi buah dan sayuran dalam jumlah tinggi, karena dapat meminimalisir resiko terserang penyakit dan kematian dini.

“Kami tidak terkejut dengan temuan ini karena buah-buahan dan sayuran adalah sumber utama kalium, yang memiliki efek perlindungan dan dikaitkan dengan risiko kematian dini yang lebih rendah,” kata Qi.

Penulis: Candra Soemirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Inovasi Kesehatan Mental: Mengobati Depresi Melalui Aplikasi Digital

Aplikasi Rejoyn menawarkan solusi inovatif untuk mengobati depresi dengan latihan emosional yang \"mereset \" sirkuit otak

Context.id . 30 October 2024

Lewat Pertukaran Pelajar, Hubungan Indonesia-Kazakhstan Makin Erat

Hubungan Indonesia-Kazakhstan semakin erat melalui acara \"Kazakhstan-Indonesia Friendship Society\" dan program pertukaran pelajar untuk generasi ...

Helen Angelia . 30 October 2024

Jam Kerja Rendah Tapi Produktivitas Tinggi, Berkaca dari Jerman

Data OECD menunjukkan bmeskipun orang Jerman hanya bekerja rata-rata 1.340 jam per tahun, partisipasi perempuan yang tinggi dan regulasi bagus mem ...

Context.id . 29 October 2024

Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih

Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung

Context.id . 29 October 2024