Banyak Konten Manipulatif, OpenAI Tutup Jaringan di Rusia, Iran dan Israel
Sejarah menunjukkan bahwa operasi pengaruh yang bertahun-tahun gagal mencapai tujuan bisa tiba-tiba pecah jika ada yang mencarinya
Context.id, JAKARTA - Baru-baru ini OpenAI mengatakan bahwa pihaknya telah menghentikan lima operasi rahasia dalam tiga bulan terakhir, termasuk jaringan di Rusia,China, Iran dan Israel yang mengakses produk kecerdasan buatan mereka.
Dalam laporan terbarunya, perusahaan pembuat Chat GPT itu menyatakan telah mengidentifikasi segelintir kelompok yang mencoba memanipulasi opini publik atau membentuk hasil politik lewat identitas anonim mereka.
Melansir Bloomberg, laporan OpenAI ini muncul di tengah kekhawatiran yang meluas mengenai peran AI dalam pemilu global tahun ini menggunakan alat buatannya untuk menipu orang lewat serangkaian teks dan gambar yang dihasilkan AI.
“Selama satu setengah tahun terakhir ada banyak pertanyaan seputar apa yang mungkin terjadi jika operasi pengaruh menggunakan AI. Dengan laporan ini, kami benar-benar ingin mulai mengisi beberapa kekosongan.” kata Ben Nimmo, penyelidik utama OpenAI, seperti dikutip, Rabu (5/6).
Nimmo juga menyatakan operasi pengaruh lewat AI ini merupakan upaya untuk memanipulasi opini publik atau mempengaruhi hasil politik tanpa mengungkapkan identitas sebenarnya atau niat dari aktor di belakangnya.
BACA JUGA
Bahkan menurutnya, kelompok-kelompok tersebut berbeda dengan jaringan disinformasi karena “mereka seringkali mempromosikan informasi yang benar secara faktual, namun dengan cara menipu,” imbuhnya.
Meskipun jaringan propaganda telah lama menggunakan platform media sosial, namun penggunaan alat AI generatif untuk menyebarkan propaganda masih relatif baru dan perlu ditinjau untuk menghindari ketegangan.
Tak hanya itu, laporan investigasi OpenAI juga menyatakan beberapa jaringan pengaruh propaganda menggunakan produk startupnya untuk meningkatkan produktivitas mereka dengan meringkas artikel atau mendebug kode untuk sistem bot.
Adapun lima jaringan yang berhasil diidentifikasi oleh OpenAI mencakup kelompok-kelompok seperti ‘Doppelganger’ yang pro-Rusia, jaringan ‘Spamouflage’, yang pro-Beijing, dan operasi pengaruh propaganda Iran yang dikenal IUVM.
Lalu ada ‘Bad Grammar’ dari Rusia yang juga menggunakan media sosial Telegram untuk saluran spam konten yang dapat menghasilkan komentar dalam bahasa Rusia dan Inggris serta kelompok propaganda Israel.
“Sejarah menunjukkan bahwa operasi pengaruh yang bertahun-tahun gagal mencapai tujuan bisa tiba-tiba pecah jika ada yang mencarinya,” tegas Nimmo.
Nimmo juga mengakui kemungkinan ada kelompok yang menggunakan alat AI tetapi tidak disadari oleh perusahaan. "Saya tidak tahu berapa banyak operasi yang masih dilakukan di luar sana dan juga belum tahu apakah ada orang lain yang melihat hal ini,” kata Nimmo.
Penulis: Candra Soemirat
RELATED ARTICLES
Banyak Konten Manipulatif, OpenAI Tutup Jaringan di Rusia, Iran dan Israel
Sejarah menunjukkan bahwa operasi pengaruh yang bertahun-tahun gagal mencapai tujuan bisa tiba-tiba pecah jika ada yang mencarinya
Context.id, JAKARTA - Baru-baru ini OpenAI mengatakan bahwa pihaknya telah menghentikan lima operasi rahasia dalam tiga bulan terakhir, termasuk jaringan di Rusia,China, Iran dan Israel yang mengakses produk kecerdasan buatan mereka.
Dalam laporan terbarunya, perusahaan pembuat Chat GPT itu menyatakan telah mengidentifikasi segelintir kelompok yang mencoba memanipulasi opini publik atau membentuk hasil politik lewat identitas anonim mereka.
Melansir Bloomberg, laporan OpenAI ini muncul di tengah kekhawatiran yang meluas mengenai peran AI dalam pemilu global tahun ini menggunakan alat buatannya untuk menipu orang lewat serangkaian teks dan gambar yang dihasilkan AI.
“Selama satu setengah tahun terakhir ada banyak pertanyaan seputar apa yang mungkin terjadi jika operasi pengaruh menggunakan AI. Dengan laporan ini, kami benar-benar ingin mulai mengisi beberapa kekosongan.” kata Ben Nimmo, penyelidik utama OpenAI, seperti dikutip, Rabu (5/6).
Nimmo juga menyatakan operasi pengaruh lewat AI ini merupakan upaya untuk memanipulasi opini publik atau mempengaruhi hasil politik tanpa mengungkapkan identitas sebenarnya atau niat dari aktor di belakangnya.
BACA JUGA
Bahkan menurutnya, kelompok-kelompok tersebut berbeda dengan jaringan disinformasi karena “mereka seringkali mempromosikan informasi yang benar secara faktual, namun dengan cara menipu,” imbuhnya.
Meskipun jaringan propaganda telah lama menggunakan platform media sosial, namun penggunaan alat AI generatif untuk menyebarkan propaganda masih relatif baru dan perlu ditinjau untuk menghindari ketegangan.
Tak hanya itu, laporan investigasi OpenAI juga menyatakan beberapa jaringan pengaruh propaganda menggunakan produk startupnya untuk meningkatkan produktivitas mereka dengan meringkas artikel atau mendebug kode untuk sistem bot.
Adapun lima jaringan yang berhasil diidentifikasi oleh OpenAI mencakup kelompok-kelompok seperti ‘Doppelganger’ yang pro-Rusia, jaringan ‘Spamouflage’, yang pro-Beijing, dan operasi pengaruh propaganda Iran yang dikenal IUVM.
Lalu ada ‘Bad Grammar’ dari Rusia yang juga menggunakan media sosial Telegram untuk saluran spam konten yang dapat menghasilkan komentar dalam bahasa Rusia dan Inggris serta kelompok propaganda Israel.
“Sejarah menunjukkan bahwa operasi pengaruh yang bertahun-tahun gagal mencapai tujuan bisa tiba-tiba pecah jika ada yang mencarinya,” tegas Nimmo.
Nimmo juga mengakui kemungkinan ada kelompok yang menggunakan alat AI tetapi tidak disadari oleh perusahaan. "Saya tidak tahu berapa banyak operasi yang masih dilakukan di luar sana dan juga belum tahu apakah ada orang lain yang melihat hal ini,” kata Nimmo.
Penulis: Candra Soemirat
POPULAR
RELATED ARTICLES