Share

Home Stories

Stories 05 Juni 2024

Banyak Konten Manipulatif, OpenAI Tutup Jaringan di Rusia, Iran dan Israel

Sejarah menunjukkan bahwa operasi pengaruh yang bertahun-tahun gagal mencapai tujuan bisa tiba-tiba pecah jika ada yang mencarinya

Context.id, JAKARTA - Baru-baru ini OpenAI mengatakan bahwa pihaknya telah menghentikan lima operasi rahasia dalam tiga bulan terakhir, termasuk jaringan di Rusia,China, Iran dan Israel yang mengakses produk kecerdasan buatan mereka.

Dalam laporan terbarunya, perusahaan pembuat Chat GPT itu menyatakan telah mengidentifikasi segelintir kelompok yang mencoba memanipulasi opini publik atau membentuk hasil politik lewat identitas anonim mereka.

Melansir Bloomberg, laporan OpenAI ini muncul di tengah kekhawatiran yang meluas mengenai peran AI dalam pemilu global tahun ini menggunakan alat buatannya untuk menipu orang lewat serangkaian teks dan gambar yang dihasilkan AI.

“Selama satu setengah tahun terakhir ada banyak pertanyaan seputar apa yang mungkin terjadi jika operasi pengaruh menggunakan AI. Dengan laporan ini, kami benar-benar ingin mulai mengisi beberapa kekosongan.” kata Ben Nimmo, penyelidik utama OpenAI, seperti dikutip, Rabu (5/6).

Nimmo juga menyatakan operasi pengaruh lewat AI ini merupakan upaya untuk memanipulasi opini publik atau mempengaruhi hasil politik tanpa mengungkapkan identitas sebenarnya atau niat dari aktor di belakangnya.



Bahkan menurutnya, kelompok-kelompok tersebut berbeda dengan jaringan disinformasi karena “mereka seringkali mempromosikan informasi yang benar secara faktual, namun dengan cara menipu,” imbuhnya.

Meskipun jaringan propaganda telah lama menggunakan platform media sosial, namun penggunaan alat AI generatif untuk menyebarkan propaganda masih relatif baru dan perlu ditinjau untuk menghindari ketegangan.

Tak hanya itu, laporan investigasi OpenAI juga menyatakan beberapa jaringan pengaruh propaganda menggunakan produk startupnya untuk meningkatkan produktivitas mereka dengan meringkas artikel atau mendebug kode untuk sistem bot.

Adapun lima jaringan yang berhasil diidentifikasi oleh OpenAI mencakup kelompok-kelompok seperti ‘Doppelganger’ yang pro-Rusia, jaringan ‘Spamouflage’, yang pro-Beijing, dan operasi pengaruh propaganda Iran yang dikenal IUVM. 

Lalu ada ‘Bad Grammar’ dari Rusia yang juga menggunakan media sosial Telegram untuk saluran spam konten yang dapat menghasilkan komentar dalam bahasa Rusia dan Inggris serta kelompok propaganda Israel.

“Sejarah menunjukkan bahwa operasi pengaruh yang bertahun-tahun gagal mencapai tujuan bisa tiba-tiba pecah jika ada yang mencarinya,” tegas Nimmo.

Nimmo juga mengakui kemungkinan ada kelompok yang menggunakan alat AI tetapi tidak disadari oleh perusahaan. "Saya tidak tahu berapa banyak operasi yang masih dilakukan di luar sana dan juga belum tahu apakah ada orang lain yang melihat hal ini,” kata Nimmo. 

Penulis: Candra Soemirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 05 Juni 2024

Banyak Konten Manipulatif, OpenAI Tutup Jaringan di Rusia, Iran dan Israel

Sejarah menunjukkan bahwa operasi pengaruh yang bertahun-tahun gagal mencapai tujuan bisa tiba-tiba pecah jika ada yang mencarinya

Context.id, JAKARTA - Baru-baru ini OpenAI mengatakan bahwa pihaknya telah menghentikan lima operasi rahasia dalam tiga bulan terakhir, termasuk jaringan di Rusia,China, Iran dan Israel yang mengakses produk kecerdasan buatan mereka.

Dalam laporan terbarunya, perusahaan pembuat Chat GPT itu menyatakan telah mengidentifikasi segelintir kelompok yang mencoba memanipulasi opini publik atau membentuk hasil politik lewat identitas anonim mereka.

Melansir Bloomberg, laporan OpenAI ini muncul di tengah kekhawatiran yang meluas mengenai peran AI dalam pemilu global tahun ini menggunakan alat buatannya untuk menipu orang lewat serangkaian teks dan gambar yang dihasilkan AI.

“Selama satu setengah tahun terakhir ada banyak pertanyaan seputar apa yang mungkin terjadi jika operasi pengaruh menggunakan AI. Dengan laporan ini, kami benar-benar ingin mulai mengisi beberapa kekosongan.” kata Ben Nimmo, penyelidik utama OpenAI, seperti dikutip, Rabu (5/6).

Nimmo juga menyatakan operasi pengaruh lewat AI ini merupakan upaya untuk memanipulasi opini publik atau mempengaruhi hasil politik tanpa mengungkapkan identitas sebenarnya atau niat dari aktor di belakangnya.



Bahkan menurutnya, kelompok-kelompok tersebut berbeda dengan jaringan disinformasi karena “mereka seringkali mempromosikan informasi yang benar secara faktual, namun dengan cara menipu,” imbuhnya.

Meskipun jaringan propaganda telah lama menggunakan platform media sosial, namun penggunaan alat AI generatif untuk menyebarkan propaganda masih relatif baru dan perlu ditinjau untuk menghindari ketegangan.

Tak hanya itu, laporan investigasi OpenAI juga menyatakan beberapa jaringan pengaruh propaganda menggunakan produk startupnya untuk meningkatkan produktivitas mereka dengan meringkas artikel atau mendebug kode untuk sistem bot.

Adapun lima jaringan yang berhasil diidentifikasi oleh OpenAI mencakup kelompok-kelompok seperti ‘Doppelganger’ yang pro-Rusia, jaringan ‘Spamouflage’, yang pro-Beijing, dan operasi pengaruh propaganda Iran yang dikenal IUVM. 

Lalu ada ‘Bad Grammar’ dari Rusia yang juga menggunakan media sosial Telegram untuk saluran spam konten yang dapat menghasilkan komentar dalam bahasa Rusia dan Inggris serta kelompok propaganda Israel.

“Sejarah menunjukkan bahwa operasi pengaruh yang bertahun-tahun gagal mencapai tujuan bisa tiba-tiba pecah jika ada yang mencarinya,” tegas Nimmo.

Nimmo juga mengakui kemungkinan ada kelompok yang menggunakan alat AI tetapi tidak disadari oleh perusahaan. "Saya tidak tahu berapa banyak operasi yang masih dilakukan di luar sana dan juga belum tahu apakah ada orang lain yang melihat hal ini,” kata Nimmo. 

Penulis: Candra Soemirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025

China Terus Mencoba Menyaingi Teknologi Cip AS

China terus memperkuat industri cipnya untuk menghadapi tekanan dari Amerika Serikat yang memboikot pengiriman cip ke Negeri Tirai Bambu itu

Renita Sukma . 06 October 2025

Sushila Karki, Perdana Menteri Perempuan Pertama di Nepal

Setelah meredanya gelombang protes di Nepal, Sushila Karki ditunjuk sebagai Perdana Menteri Sementara dan disebut menandakan tumbuhnya kepercayaan ...

Renita Sukma . 16 September 2025