Share

Home Stories

Stories 28 September 2022

Rusia Pulangkan Diplomat Jepang Akibat Dugaan Spionase

Rusia menahan diplomat Jepang yang berbasis di kota timur Vladivostok karena dianggap melakukan spionase.

Rusia menahan diplomat Jepang yang berbasis di kota timur Vladivostok karena dianggap melakukan spionase. - Kremlin RS-

Context.id, JAKARTA - Rusia menahan diplomat Jepang yang berbasis di kota timur Vladivostok karena dianggap melakukan spionase.

“Seorang diplomat Jepang ditahan tangan merah saat menerima informasi rahasia, dengan imbalan uang, tentang kerja sama Rusia dengan negara lain di wilayah Asia-Pasifik,” ujar Layanan Keamanan FSB dalam sebuah pernyataan, dikutip dari sebuah kantor berita Rusia dan CNA.

Akibat tindakannya, Rusia mengusir pejabat tersebut dengan status non grata. Selain itu, diplomat Jepang tersebut juga disebut meminta informasi tentang dampak dari sanksi negara barat di wilayah Primorsky Timur.

Maka dari itu, FSB pun menyebarkan sebuah video pendek yang memperlihatkan diplomat melanggar Undang-undang Rusia.

Diplomat itupun diminta untuk meninggalkan negara beruang merah ini dalam waktu 48 jam setelah ditangkap. Hal itupun disampaikan langsung oleh Kementerian Luar Negeri Rusia kepada Minister Konselor Kedutaan Besar Jepang. 

Kementerian Luar Negeri Rusia pun melayangkan protes keras atas insiden tersebut pada pihak Jepang.


Apa Itu Status Non Gatra?

Istilah status non gatra atau persona non gatra sebenarnya sudah cukup lumrah dilakukan dalam hubungan diplomatik antarnegara. Pasalnya, hal ini sudah diatur dalam Pasal 9 Konvensi Wina 1961 yang telah diratifikasi melalui UU No. 1 tahun 1982.

Pasal tersebut menyatakan bahwa negara penerima boleh setiap saat dan tanpa harus menerangkan keputusannya, memberitahu negara pengirim bahwa kepala misinya atau seseorang anggota staff diplomatiknya adalah persona non grata atau bahwa anggota lainnya dari staff misi tidak dapat diterima. 

Persona non gatra ini juga pernah terjadi pada pejabat publik Indonesia, seperti Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang ditolak Amerika Serikat.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 28 September 2022

Rusia Pulangkan Diplomat Jepang Akibat Dugaan Spionase

Rusia menahan diplomat Jepang yang berbasis di kota timur Vladivostok karena dianggap melakukan spionase.

Rusia menahan diplomat Jepang yang berbasis di kota timur Vladivostok karena dianggap melakukan spionase. - Kremlin RS-

Context.id, JAKARTA - Rusia menahan diplomat Jepang yang berbasis di kota timur Vladivostok karena dianggap melakukan spionase.

“Seorang diplomat Jepang ditahan tangan merah saat menerima informasi rahasia, dengan imbalan uang, tentang kerja sama Rusia dengan negara lain di wilayah Asia-Pasifik,” ujar Layanan Keamanan FSB dalam sebuah pernyataan, dikutip dari sebuah kantor berita Rusia dan CNA.

Akibat tindakannya, Rusia mengusir pejabat tersebut dengan status non grata. Selain itu, diplomat Jepang tersebut juga disebut meminta informasi tentang dampak dari sanksi negara barat di wilayah Primorsky Timur.

Maka dari itu, FSB pun menyebarkan sebuah video pendek yang memperlihatkan diplomat melanggar Undang-undang Rusia.

Diplomat itupun diminta untuk meninggalkan negara beruang merah ini dalam waktu 48 jam setelah ditangkap. Hal itupun disampaikan langsung oleh Kementerian Luar Negeri Rusia kepada Minister Konselor Kedutaan Besar Jepang. 

Kementerian Luar Negeri Rusia pun melayangkan protes keras atas insiden tersebut pada pihak Jepang.


Apa Itu Status Non Gatra?

Istilah status non gatra atau persona non gatra sebenarnya sudah cukup lumrah dilakukan dalam hubungan diplomatik antarnegara. Pasalnya, hal ini sudah diatur dalam Pasal 9 Konvensi Wina 1961 yang telah diratifikasi melalui UU No. 1 tahun 1982.

Pasal tersebut menyatakan bahwa negara penerima boleh setiap saat dan tanpa harus menerangkan keputusannya, memberitahu negara pengirim bahwa kepala misinya atau seseorang anggota staff diplomatiknya adalah persona non grata atau bahwa anggota lainnya dari staff misi tidak dapat diterima. 

Persona non gatra ini juga pernah terjadi pada pejabat publik Indonesia, seperti Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang ditolak Amerika Serikat.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Sushila Karki, Perdana Menteri Perempuan Pertama di Nepal

Setelah meredanya gelombang protes di Nepal, Sushila Karki ditunjuk sebagai Perdana Menteri Sementara dan disebut menandakan tumbuhnya kepercayaan ...

Renita Sukma . 16 September 2025

Penembak Aktivis Charlie Kirk Ditangkap Setelah 33 Jam Diburu

Tyler Robinson, pria 22 tahun dari Utah, berhasil ditangkap setelah buron 33 jam atas tuduhan membunuh aktivis konservatif Charlie Kirk

Renita Sukma . 14 September 2025

Setelah Penggerebekan Imigrasi AS, Pekerja Korea Selatan Dipulangkan

Sekitar 300 pekerja Korea Selatan akhirnya kembali ke negara setelah sempat ditahan oleh imigrasi AS.

Renita Sukma . 14 September 2025

Ada Tuntutan Bubarkan DPR, Secara Hukum Indonesia Bisa?

Tuntutan pembubaran DPR menggaung saat aksi demonstrasi 25 Agustus 2025. Pakar Hukum Tata Negara Bivitri Susanti menyebut hal itu secara hukum tid ...

Renita Sukma . 14 September 2025