Anak Muda Jepang Ogah Beli Mobil, Kenapa?
Tren penurunan pembelian mobil oleh anak muda disebut Wakamono no Kuruma Banare atau pemisahan generasi muda dari mobil.
Context.id, JAKARTA - Fenomena penurunan penjualan mobil di Negeri Sakura sebagai salah satu warehouse otomotif terkemuka nomor 4 dunia setelah India nampaknya tengah menyita perhatian publik.
Pasalnya, jenama terkenal asal Jepang seperti Toyota, Honda, Nissan dan Mitsubishi yang sebelumnya merajai otomotif dunia kini tergelincir posisinya di bawah produsen asal Negeri Tirai Bambu.
Terlihat dari fluktuasi tren pembelian mobil yang cenderung turun dari tahun ke tahun, bahkan pada 2022 penjualan kendaraan bermotor di Jepang berada pada nilai terendah selama 17 tahun terakhir.
Melansir jurnal Transportation Research: Traffic Psychology and Behaviour, banyak penelitian yang menunjukkan jika generasi muda di negara-negara maju telah kehilangan minat untuk memiliki mobil termasuk Jepang.
BACA JUGA
Sumber: Automotive Sales Data (Good Car Bad Car).
Penelitian tersebut menggambarkan jika tren penurunan pembelian mobil oleh anak muda disebut Wakamono no Kuruma Banare atau pemisahan generasi muda dari mobil.
Tren Kuruma Banare ini adalah sebuah gerakan demotorisasi yang dilakukan oleh anak muda Jepang karena mereka beranggapan jika mobil tidak dapat lagi dijadikan sebagai simbol dari status seseorang.
Bahkan Asosiasi Otomotif Jepang (JAMA) juga menyatakan jika semakin muda usia seseorang, maka semakin sedikit minat mereka terhadap mobil dan jenis mobil tertentu termasuk pembelian mobil baru.
Tak hanya itu, dalam studi 2017 lalu tren Kuruma Banare mampu mengurangi kecenderungan konsumsi generasi muda yang berusia 18-25 lebih rendah dibandingkan pada generasi sebelumnya.
Tren tersebut juga menyebabkan anak muda Negeri Sakura itu cenderung lebih memilih konsumsi yang berorientasi pada situasi, bukan konsumsi yang berorientasi pada entitas seperti generasi sebelumnya.
Selain Kuruma Banare, penelitian yang dilakukan JR East Move Lab tahun 2020 lalu mengungkapkan jika frekuensi aktivitas orang Jepang di luar rumah menurun di semua generasi, terutama di kalangan generasi muda yang lebih sering melakukan aktivitas di rumah.
Penurunan ini terjadi akibat generasi muda Jepang saat ini sering disebut sebagai generasi Smartphone Native, yang lebih banyak menghabiskan uangnya untuk kebutuhan telepon seluler dan internet.
Selain itu, penelitian tersebut juga menjelaskan jika efisiensi transportasi publik di Jepang terutama di kota-kota besar seperti Tokyo dan Kyoto juga meningkatkan keengganan anak muda untuk membeli mobil pribadi.
Pasalnya, Jepang merupakan salah satu negara dengan penyedia layanan transportasi paling tepat waktu di dunia, sehingga anak muda merasa jika menggunakan kendaraan pribadi estimasi waktu yang diberikan akan berubah sesuai situasi di jalanan.
Tak hanya itu, persentase pajak yang tinggi, asuransi, bensin dan biaya parkir yang mahal membuat anak muda Jepang semakin enggan memiliki mobil pribadi.
Penulis: Candra Soemirat
RELATED ARTICLES
Anak Muda Jepang Ogah Beli Mobil, Kenapa?
Tren penurunan pembelian mobil oleh anak muda disebut Wakamono no Kuruma Banare atau pemisahan generasi muda dari mobil.
Context.id, JAKARTA - Fenomena penurunan penjualan mobil di Negeri Sakura sebagai salah satu warehouse otomotif terkemuka nomor 4 dunia setelah India nampaknya tengah menyita perhatian publik.
Pasalnya, jenama terkenal asal Jepang seperti Toyota, Honda, Nissan dan Mitsubishi yang sebelumnya merajai otomotif dunia kini tergelincir posisinya di bawah produsen asal Negeri Tirai Bambu.
Terlihat dari fluktuasi tren pembelian mobil yang cenderung turun dari tahun ke tahun, bahkan pada 2022 penjualan kendaraan bermotor di Jepang berada pada nilai terendah selama 17 tahun terakhir.
Melansir jurnal Transportation Research: Traffic Psychology and Behaviour, banyak penelitian yang menunjukkan jika generasi muda di negara-negara maju telah kehilangan minat untuk memiliki mobil termasuk Jepang.
BACA JUGA
Sumber: Automotive Sales Data (Good Car Bad Car).
Penelitian tersebut menggambarkan jika tren penurunan pembelian mobil oleh anak muda disebut Wakamono no Kuruma Banare atau pemisahan generasi muda dari mobil.
Tren Kuruma Banare ini adalah sebuah gerakan demotorisasi yang dilakukan oleh anak muda Jepang karena mereka beranggapan jika mobil tidak dapat lagi dijadikan sebagai simbol dari status seseorang.
Bahkan Asosiasi Otomotif Jepang (JAMA) juga menyatakan jika semakin muda usia seseorang, maka semakin sedikit minat mereka terhadap mobil dan jenis mobil tertentu termasuk pembelian mobil baru.
Tak hanya itu, dalam studi 2017 lalu tren Kuruma Banare mampu mengurangi kecenderungan konsumsi generasi muda yang berusia 18-25 lebih rendah dibandingkan pada generasi sebelumnya.
Tren tersebut juga menyebabkan anak muda Negeri Sakura itu cenderung lebih memilih konsumsi yang berorientasi pada situasi, bukan konsumsi yang berorientasi pada entitas seperti generasi sebelumnya.
Selain Kuruma Banare, penelitian yang dilakukan JR East Move Lab tahun 2020 lalu mengungkapkan jika frekuensi aktivitas orang Jepang di luar rumah menurun di semua generasi, terutama di kalangan generasi muda yang lebih sering melakukan aktivitas di rumah.
Penurunan ini terjadi akibat generasi muda Jepang saat ini sering disebut sebagai generasi Smartphone Native, yang lebih banyak menghabiskan uangnya untuk kebutuhan telepon seluler dan internet.
Selain itu, penelitian tersebut juga menjelaskan jika efisiensi transportasi publik di Jepang terutama di kota-kota besar seperti Tokyo dan Kyoto juga meningkatkan keengganan anak muda untuk membeli mobil pribadi.
Pasalnya, Jepang merupakan salah satu negara dengan penyedia layanan transportasi paling tepat waktu di dunia, sehingga anak muda merasa jika menggunakan kendaraan pribadi estimasi waktu yang diberikan akan berubah sesuai situasi di jalanan.
Tak hanya itu, persentase pajak yang tinggi, asuransi, bensin dan biaya parkir yang mahal membuat anak muda Jepang semakin enggan memiliki mobil pribadi.
Penulis: Candra Soemirat
POPULAR
RELATED ARTICLES