Ternyata, Mobil Bisa Dijadikan Instrumen Investasi
Sebagai barang yang selalu mengalami depresiasi, ternyata masih banyak orang yang menjadikan mobil sebagai instrumen investasi.
Context, JAKARTA - Investasi adalah salah satu cara untuk mempersiapkan masa depan. Selain reksadana, ada banyak cara lainnya dalam berinvestasi, dan salah satunya yang cukup menarik adalah dengan membeli mobil. Sebagai barang yang selalu mengalami depresiasi, ternyata masih banyak orang yang menjadikan mobil sebagai instrumen investasi.
Investasi sendiri merupakan sebuah kegiatan penanaman modal yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan di waktu akan datang. Sederhananya, investasi adalah cara untuk melipat gandakan uang dengan cara yang legal.
Sekilas Tentang Investasi
Dilansir dari Bisnis, ada dua tujuan dalam berinvestasi. Pertama, yaitu untuk mengamankan keuangan dari inflasi. Sederhananya, inflasi merupakan penurunan nilai mata uang. Misalnya jika saat ini Rp12.000 bisa mendapatkan semangkuk bakso, mungkin 20 tahun mendatang, Rp12.000 saja tidak cukup untuk membeli semangkuk bakso karena adanya kenaikan harga.
Karena itu, investasi bisa menjadi pilihan agar seseorang bisa mempersiapkan keuangannya di masa depan. Jika inflasi terjadi, setidaknya ada uang yang dipersiapkan untuk menopang perekonomian pribadinya.
Kedua, investasi digunakan untuk mencapai tujuan finansial. Setiap orang pasti memiliki tujuan finansialnya masing-masing. Dalam penerapannya, tujuan finansial ini biasanya terbagi menjadi tiga, yaitu tujuan finansial jangka pendek, menengah, dan panjang.
Tujuan finansial jangka pendek biasanya ditargetkan dalam setahun atau bahkan bulan. Misalnya, seseorang akan menginvestasikan uangnya dalam kurun waktu singkat untuk membeli sebuah smartphone, TV, atau alat-alat hobi.
Tujuan finansial jangka menengah bisa dicapai dalam kurun waktu satu hingga lima tahun. Biasanya, tujuannya adalah untuk berangkat umroh, dana pendidikan, uang muka KPR, dan lain sebagainya. Sedangkan tujuan finansial jangka panjang biasanya dicapai dalam waktu lebih dari lima tahun. Investasi yang dilakukan adalah untuk memenuhi dana pensiun atau pun membeli rumah.
Mobil Sebagai Instrumen Investasi?
Dalam berinvestasi, ada banyak pilihan instrumennya. Beberapa di antaranya yang paling populer adalah reksadana, saham, deposito, emas, hingga kripto. Namun, ada beberapa orang yang berinvestasi pada instrumen yang tidak biasa, bahkan cenderung memiliki risiko yang tinggi, instrumen investasi tersebut adalah mobil. Tapi sebenarnya bisa tidak, sih mobil dijadikan instrumen investasi?
Jawabannya adalah iya dan tidak. Pasalnya, pada dasarnya mobil hanyalah sebuah aset. Jika ingin membeli mobil, tentunya kamu akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Saat membeli sebuah mobil, kamu juga harus memikirkan biaya cicilannya, pajak, hingga perawatannya. Selain itu, mobil akan selalu mengalami depresiasi tiap tahunnya.
Dilihat dari nilainya yang selalu terdepresiasi, menjadikan mobil bertolak belakang dengan instrumen investasi yang seharusnya menguntungkan, bukan merugikan. Dikutip dari Lifepal, depresiasi atau penurunan harga mobil bisa mencapai 10-20 persen pada tahun pertama dan 50-60 persen dalam tiga tahun kepemilikan.
Bahkan, saat mobil yang dibeli baru saja keluar dari dealer dan digunakan di jalan raya, nilainya sudah berkurang hingga 10 persen karena keeksklusifannya sudah menghilang. Selain itu, ada beberapa faktor lainnya yang menyebabkan mobil mengalami depresiasi. Seperti menurunnya kondisi mobil, kualitas dan reputasi merek mobil, umur mobil, hingga seberapa besar nilai perawatannya.
Bisa dengan Beberapa Syarat
Siapa sangka, ternyata mobil juga punya potensi untuk dijadikan instrumen investasi. Tetapi untuk mewujudkan hal ini, kamu harus mencari cara untuk “mengakali” depresiasi. Karena itu, tidak semua mobil bisa dijadikan instrumen investasi. Salah satu jenis mobil yang sangat bisa dijadikan instrumen investasi adalah mobil-mobil klasik.
Tapi, lagi-lagi tidak semua mobil klasik bisa dijadikan instrumen investasi. Syaratnya, harus ada nilai tersendiri pada mobil klasik tersebut yang membuat harganya terus naik. Misalnya, seperti adanya nilai historis, sempat trendy pada zamannya, hingga spare partnya yang masih original. Hal ini menjadikan mobil-mobil klasik yang jumlahnya sudah tidak banyak itu memiliki permintaan yang tinggi. Hasilnya, nilainya akan terus meningkat seiring waktu.
Perencana Keuangan Andy Nugroho menyebutkan bahwa pilihan lainnya adalah dengan berinvestasi pada mobil yang dijual dengan skema inden (waktu tunggu). Inden sendiri merupakan cara pembelian dengan memesan dan membayar uang tanda jadi terlebih dahulu. Skema ini biasanya diterapkan pada mobil yang dijual dengan stok terbatas, namun permintaannya tinggi.
Contoh mobil yang dijual dengan skema ini adalah Suzuki Jimny. Dilansir dari Bisnis, inden untuk membeli Suzuki Jimny ini bisa mencapai 4 hingga 10 tahun.
“Itu (Suzuki Jimny) harga secondnya akan lebih tinggi dibandingkan dengan harga keluar dari dealer. Kenapa? Karena demandnya sangat tinggi indennya sangat panjang. Orang kemudian yang malas inden sampai bertahun-tahun, mereka pilih beli secondnya dengan harga mahal,” ujar Andy Nugroho.
Karena itu, mobil yang dijual dengan inden bisa dipertimbangkan untuk dijadikan instrumen investasi. Meskipun begitu, kamu harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dan menunggu beberapa tahun untuk mendapatkan mobil tersebut sebelum dijual kembali ke pihak ketiga.
Kemudian, Andy juga menyebutkan bahwa cara lainnya untuk menjadikan mobil sebagai instrumen investasi adalah dengan menghasilkan uang dari mobil tersebut. Jika mobil yang dibeli hanya dijadikan sebagai kendaraan pribadi, maka mobil tersebut akan menjadi barang konsumtif. Namun berbeda halnya jika mobil tersebut dimanfaatkan untuk mencari uang.
Mobil bisa dijadikan alat untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan disewakan setiap bulannya, dijadikan taksi online, dan lain sebagainya. Jika dimanfaatkan seperti ini, Andy mengatakan bahwa mobil tersebut bisa dijadikan instrumen investasi.
Meskipun begitu, sebagaimana instrumen investasi lainnya, berinvestasi pada mobil juga memiliki risiko yang cukup tinggi. Risiko yang ada bukan lah fluktuasi harga seperti pada instrumen investasi yang lain. Namun, risiko pada mobil lebih kepada biaya yang dikeluarkan pada waktu-waktu tertentu untuk perawatan, bayar pajak, asuransi, dan pengeluaran-pengeluaran lainnya.
RELATED ARTICLES
Ternyata, Mobil Bisa Dijadikan Instrumen Investasi
Sebagai barang yang selalu mengalami depresiasi, ternyata masih banyak orang yang menjadikan mobil sebagai instrumen investasi.
Context, JAKARTA - Investasi adalah salah satu cara untuk mempersiapkan masa depan. Selain reksadana, ada banyak cara lainnya dalam berinvestasi, dan salah satunya yang cukup menarik adalah dengan membeli mobil. Sebagai barang yang selalu mengalami depresiasi, ternyata masih banyak orang yang menjadikan mobil sebagai instrumen investasi.
Investasi sendiri merupakan sebuah kegiatan penanaman modal yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan di waktu akan datang. Sederhananya, investasi adalah cara untuk melipat gandakan uang dengan cara yang legal.
Sekilas Tentang Investasi
Dilansir dari Bisnis, ada dua tujuan dalam berinvestasi. Pertama, yaitu untuk mengamankan keuangan dari inflasi. Sederhananya, inflasi merupakan penurunan nilai mata uang. Misalnya jika saat ini Rp12.000 bisa mendapatkan semangkuk bakso, mungkin 20 tahun mendatang, Rp12.000 saja tidak cukup untuk membeli semangkuk bakso karena adanya kenaikan harga.
Karena itu, investasi bisa menjadi pilihan agar seseorang bisa mempersiapkan keuangannya di masa depan. Jika inflasi terjadi, setidaknya ada uang yang dipersiapkan untuk menopang perekonomian pribadinya.
Kedua, investasi digunakan untuk mencapai tujuan finansial. Setiap orang pasti memiliki tujuan finansialnya masing-masing. Dalam penerapannya, tujuan finansial ini biasanya terbagi menjadi tiga, yaitu tujuan finansial jangka pendek, menengah, dan panjang.
Tujuan finansial jangka pendek biasanya ditargetkan dalam setahun atau bahkan bulan. Misalnya, seseorang akan menginvestasikan uangnya dalam kurun waktu singkat untuk membeli sebuah smartphone, TV, atau alat-alat hobi.
Tujuan finansial jangka menengah bisa dicapai dalam kurun waktu satu hingga lima tahun. Biasanya, tujuannya adalah untuk berangkat umroh, dana pendidikan, uang muka KPR, dan lain sebagainya. Sedangkan tujuan finansial jangka panjang biasanya dicapai dalam waktu lebih dari lima tahun. Investasi yang dilakukan adalah untuk memenuhi dana pensiun atau pun membeli rumah.
Mobil Sebagai Instrumen Investasi?
Dalam berinvestasi, ada banyak pilihan instrumennya. Beberapa di antaranya yang paling populer adalah reksadana, saham, deposito, emas, hingga kripto. Namun, ada beberapa orang yang berinvestasi pada instrumen yang tidak biasa, bahkan cenderung memiliki risiko yang tinggi, instrumen investasi tersebut adalah mobil. Tapi sebenarnya bisa tidak, sih mobil dijadikan instrumen investasi?
Jawabannya adalah iya dan tidak. Pasalnya, pada dasarnya mobil hanyalah sebuah aset. Jika ingin membeli mobil, tentunya kamu akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Saat membeli sebuah mobil, kamu juga harus memikirkan biaya cicilannya, pajak, hingga perawatannya. Selain itu, mobil akan selalu mengalami depresiasi tiap tahunnya.
Dilihat dari nilainya yang selalu terdepresiasi, menjadikan mobil bertolak belakang dengan instrumen investasi yang seharusnya menguntungkan, bukan merugikan. Dikutip dari Lifepal, depresiasi atau penurunan harga mobil bisa mencapai 10-20 persen pada tahun pertama dan 50-60 persen dalam tiga tahun kepemilikan.
Bahkan, saat mobil yang dibeli baru saja keluar dari dealer dan digunakan di jalan raya, nilainya sudah berkurang hingga 10 persen karena keeksklusifannya sudah menghilang. Selain itu, ada beberapa faktor lainnya yang menyebabkan mobil mengalami depresiasi. Seperti menurunnya kondisi mobil, kualitas dan reputasi merek mobil, umur mobil, hingga seberapa besar nilai perawatannya.
Bisa dengan Beberapa Syarat
Siapa sangka, ternyata mobil juga punya potensi untuk dijadikan instrumen investasi. Tetapi untuk mewujudkan hal ini, kamu harus mencari cara untuk “mengakali” depresiasi. Karena itu, tidak semua mobil bisa dijadikan instrumen investasi. Salah satu jenis mobil yang sangat bisa dijadikan instrumen investasi adalah mobil-mobil klasik.
Tapi, lagi-lagi tidak semua mobil klasik bisa dijadikan instrumen investasi. Syaratnya, harus ada nilai tersendiri pada mobil klasik tersebut yang membuat harganya terus naik. Misalnya, seperti adanya nilai historis, sempat trendy pada zamannya, hingga spare partnya yang masih original. Hal ini menjadikan mobil-mobil klasik yang jumlahnya sudah tidak banyak itu memiliki permintaan yang tinggi. Hasilnya, nilainya akan terus meningkat seiring waktu.
Perencana Keuangan Andy Nugroho menyebutkan bahwa pilihan lainnya adalah dengan berinvestasi pada mobil yang dijual dengan skema inden (waktu tunggu). Inden sendiri merupakan cara pembelian dengan memesan dan membayar uang tanda jadi terlebih dahulu. Skema ini biasanya diterapkan pada mobil yang dijual dengan stok terbatas, namun permintaannya tinggi.
Contoh mobil yang dijual dengan skema ini adalah Suzuki Jimny. Dilansir dari Bisnis, inden untuk membeli Suzuki Jimny ini bisa mencapai 4 hingga 10 tahun.
“Itu (Suzuki Jimny) harga secondnya akan lebih tinggi dibandingkan dengan harga keluar dari dealer. Kenapa? Karena demandnya sangat tinggi indennya sangat panjang. Orang kemudian yang malas inden sampai bertahun-tahun, mereka pilih beli secondnya dengan harga mahal,” ujar Andy Nugroho.
Karena itu, mobil yang dijual dengan inden bisa dipertimbangkan untuk dijadikan instrumen investasi. Meskipun begitu, kamu harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dan menunggu beberapa tahun untuk mendapatkan mobil tersebut sebelum dijual kembali ke pihak ketiga.
Kemudian, Andy juga menyebutkan bahwa cara lainnya untuk menjadikan mobil sebagai instrumen investasi adalah dengan menghasilkan uang dari mobil tersebut. Jika mobil yang dibeli hanya dijadikan sebagai kendaraan pribadi, maka mobil tersebut akan menjadi barang konsumtif. Namun berbeda halnya jika mobil tersebut dimanfaatkan untuk mencari uang.
Mobil bisa dijadikan alat untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan disewakan setiap bulannya, dijadikan taksi online, dan lain sebagainya. Jika dimanfaatkan seperti ini, Andy mengatakan bahwa mobil tersebut bisa dijadikan instrumen investasi.
Meskipun begitu, sebagaimana instrumen investasi lainnya, berinvestasi pada mobil juga memiliki risiko yang cukup tinggi. Risiko yang ada bukan lah fluktuasi harga seperti pada instrumen investasi yang lain. Namun, risiko pada mobil lebih kepada biaya yang dikeluarkan pada waktu-waktu tertentu untuk perawatan, bayar pajak, asuransi, dan pengeluaran-pengeluaran lainnya.
POPULAR
RELATED ARTICLES