Share

Home Stories

Stories 23 April 2024

Pulau Tenerife Overtourism, Penduduk Lokal Gelar Demo

Pembangunan besar-besaran merugikan masyarakat dan memperburuk masalah seperti ketersediaan air dan kerusakan alam r n

Pulau Tenerife/Pexels

Context.id, JAKARTA - Di Tenerife, masyarakat melakukan demonstrasi yang menuntut Pemerintah Spanyol untuk melakukan pembatasan wisatawan karena dianggap merugikan penduduk lokal. 

Pulau Tenerife, di Kepulauan Canary yang berada di lepas pantai Afrika dan dimiliki pemerintah Spanyol ini memang dikenal memiliki alam yang sangat indah, terutama pemandangan pegunungan dan pantai-pantainya. 

Indahnya Pulau Tenerife membuat banyak turis asing yang berlibur ke tempat ini. Alhasil banyak pembangunan hotel dan juga tingginya biaya hidup serta biaya-biaya lainnya. Hal ini juga berimbas pada penduduk lokal.  

Melansir dari Reuters, industri pariwisata di Kepulauan Canary menyumbang 35% PDB Spanyol sehingga menjadikan sektor ini sebagai ujung tombak pendapatan kepulauan ini. 

Namun kepopuleran Tenerife diprotes mayoritas penduduknya. Mereka percaya bahwa model pariwisata yang digunakan saat ini tidak berkelanjutan sehingga harus diubah. 



Perubahan tersebut bukan bermaksud untuk menolak wisatawan yang datang. Namun menentang model pariwisata yang dianggap tidak memberikan keuntungan yang sepadan bagi lingkungan sekitar. 

Menggandeng 24 organisasi lingkungan hidup, penduduk lokal pun menggelar unjuk rasa yang bukan hanya dilakukan di Kota Tenerife, tapi juga di kota-kota lain di Spanyol lainnya. 

World Wildlife Fund (WWF) dan Greenpeace dua dari organisasi yang ikut mendesak pihak berwenang demi mengurangi tekanan terhadap lingkungan, infrastruktur dan perumahan di kepulauan tersebut, serta pembatasan pembelian properti oleh warga asing. 

Bukan hanya itu saja, korupsi dan pembangunan ugal-ugalan dalam mengelola sumber daya dan perekonomian di kawasan tersebut juga  harus dihentikan. 

“Pihak berwenang harus segera menghentikan model korup dan destruktif yang menghabiskan sumber daya dan membuat perekonomian lebih genting. Kepulauan Canary memiliki batas dan kesabaran masyarakat juga,” ucap Antonio Bullon, salah satu pemimpin demo. 

Berdasarkan data resmi, pada 2023 lalu, wisatawan asing yang mengunjungi pulau itu hampir mencapai 14 juta jiwa dan mengalami kenaikan 13% dari tahun sebelumnya. 

Kabarnya setelah adanya protes dari masyarakat, rancangan undang-undang yang mengatur perizinan jangka pendek tersebut akan disahkan pada tahun ini. 

Sementara itu, Fernando Clavijo, Presiden Kepulauan Canary mengatakan bahwa dirinya merasa bersyukur karena banyak pulau di wilayahnya menjadi tujuan utama wisata Spanyol. 

Kendati begitu, dirinya berharap perlu ada pemantauan yang ketat di industri wisata yang tengah berkembang ini. 

"Kita tidak bisa terus berpaling. Kalau tidak, hotel-hotel akan terus buka tanpa ada kendali apapun," ucapnya pada konferensi pers.

Penulis: Diandra Zahra



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 23 April 2024

Pulau Tenerife Overtourism, Penduduk Lokal Gelar Demo

Pembangunan besar-besaran merugikan masyarakat dan memperburuk masalah seperti ketersediaan air dan kerusakan alam r n

Pulau Tenerife/Pexels

Context.id, JAKARTA - Di Tenerife, masyarakat melakukan demonstrasi yang menuntut Pemerintah Spanyol untuk melakukan pembatasan wisatawan karena dianggap merugikan penduduk lokal. 

Pulau Tenerife, di Kepulauan Canary yang berada di lepas pantai Afrika dan dimiliki pemerintah Spanyol ini memang dikenal memiliki alam yang sangat indah, terutama pemandangan pegunungan dan pantai-pantainya. 

Indahnya Pulau Tenerife membuat banyak turis asing yang berlibur ke tempat ini. Alhasil banyak pembangunan hotel dan juga tingginya biaya hidup serta biaya-biaya lainnya. Hal ini juga berimbas pada penduduk lokal.  

Melansir dari Reuters, industri pariwisata di Kepulauan Canary menyumbang 35% PDB Spanyol sehingga menjadikan sektor ini sebagai ujung tombak pendapatan kepulauan ini. 

Namun kepopuleran Tenerife diprotes mayoritas penduduknya. Mereka percaya bahwa model pariwisata yang digunakan saat ini tidak berkelanjutan sehingga harus diubah. 



Perubahan tersebut bukan bermaksud untuk menolak wisatawan yang datang. Namun menentang model pariwisata yang dianggap tidak memberikan keuntungan yang sepadan bagi lingkungan sekitar. 

Menggandeng 24 organisasi lingkungan hidup, penduduk lokal pun menggelar unjuk rasa yang bukan hanya dilakukan di Kota Tenerife, tapi juga di kota-kota lain di Spanyol lainnya. 

World Wildlife Fund (WWF) dan Greenpeace dua dari organisasi yang ikut mendesak pihak berwenang demi mengurangi tekanan terhadap lingkungan, infrastruktur dan perumahan di kepulauan tersebut, serta pembatasan pembelian properti oleh warga asing. 

Bukan hanya itu saja, korupsi dan pembangunan ugal-ugalan dalam mengelola sumber daya dan perekonomian di kawasan tersebut juga  harus dihentikan. 

“Pihak berwenang harus segera menghentikan model korup dan destruktif yang menghabiskan sumber daya dan membuat perekonomian lebih genting. Kepulauan Canary memiliki batas dan kesabaran masyarakat juga,” ucap Antonio Bullon, salah satu pemimpin demo. 

Berdasarkan data resmi, pada 2023 lalu, wisatawan asing yang mengunjungi pulau itu hampir mencapai 14 juta jiwa dan mengalami kenaikan 13% dari tahun sebelumnya. 

Kabarnya setelah adanya protes dari masyarakat, rancangan undang-undang yang mengatur perizinan jangka pendek tersebut akan disahkan pada tahun ini. 

Sementara itu, Fernando Clavijo, Presiden Kepulauan Canary mengatakan bahwa dirinya merasa bersyukur karena banyak pulau di wilayahnya menjadi tujuan utama wisata Spanyol. 

Kendati begitu, dirinya berharap perlu ada pemantauan yang ketat di industri wisata yang tengah berkembang ini. 

"Kita tidak bisa terus berpaling. Kalau tidak, hotel-hotel akan terus buka tanpa ada kendali apapun," ucapnya pada konferensi pers.

Penulis: Diandra Zahra



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Rahasia Jenius di Balik Tidur Siang, Bukan Cuma Mimpi Indah!

Tidur siang bisa jadi kunci membuka pintu kreativitas yang tersembunyi!

Renita Sukma . 09 July 2025

Perumusan Gagasan Sejarah: Pemerintah Sekarang Vs 1957, Apa Bedanya?

Pemerintah kembali menulis sejarah Indonesia, tapi tanpa riuh debat publik seperti era 1957. Proyek senyap miliaran rupiah dianggap jadi alat legi ...

Renita Sukma . 09 July 2025

Ketika Perang Dagang Mempercepat Eksploitasi Mode

Tarif yang dimaksudkan untuk membela pekerja AS justru memperburuk nasib pekerja di tempat lain

Noviarizal Fernandez . 07 July 2025

Festival Film AI dan Masa Depan Ekspresi Manusia

Festival Film AIFF 2025 mencoba menjembatani antara teknologi AI dan orisinalitas karya seni dalam industri hiburan

Renita Sukma . 07 July 2025