Panorama Lebih Indah tapi Pariwisata Indonesia Tertinggal di Asean
Kunjungan Wisman ke Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan Malaysia, Thailand bahkan Vietnam.
Context.id, JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno atau yang dikenal dengan Sandiaga Uno menyatakan bahwa Indonesia mampu menggelar konser-konser bertaraf Internasional.
“Sangat mampu, Indonesia sangat mampu, karena kita memiliki nilai plus dalam penyelenggaraan konser besar dibandingkan negara tetangga lain,” tuturnya melalui akun instagramnya, Senin (26/2/2024).
Menurut Sandi, kelebihan Indonesia itu selain menghadirkan konser internasional, wisatawan bisa sekaligus menikmati destinasi alam atau budaya yang sangat indah dan jarang ditemui di negara lain.
"Wisman (wisatawan mancanegara) yang datang melihat konser besar seperti Coldplay di Stadion GBK tahun lalu. Akhirnya mereka datang dan berwisata ke destinasi lainnya.
Selama di Jakarta mereka juga tidak hanya menonton konser tapi menikmati staycation waktunya lebih lama, hunian hotel juga meningkat dan mereka wisata kuliner dan belanja” tambahnya.
BACA JUGA
Untuk menarik minat wisman berkunjung ke Indonesia, pemerintah menggelontorkan dana sebesar Rp2 Triliun melalui dana khusus pariwisata atau Indonesia Tourism Fund (ITF) dengan tujuan menggerakan event-event bertaraf lokal maupun Internasional.
Dari Januari hingga November 2023 jumlah wisatawan mancanegara mencapai 10,4 juta jiwa, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Dilansir dari laman Kemenparekraf, pada 2024 ini Indonesia akan menggelar konser musik dari berbagai musisi luar negeri mulai IU, Diana Krall, Novo Amor, Niall Horan, Lamb of God, hingga Ed Sheeran
Sandiaga berharap melalui penyelenggaraan konser bertaraf Internasional ini dapat meningkatkan infrastruktur dan konektivitas serta meningkatkan sumber daya manusia pada musik Indonesia.
Kalah dari Vietnam
Kendati ada peningkatan kunjungan wisman, Sandiaga mengatakan kunjungan itu masih kalah jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Pada November 2023, kunjungan wisman ke Malaysia mencapai 26 juta jiwa, lalu Thailand 24,6 juta jiwa dan Vietnam 11,2 juta jiwa.
Kalahnya Indonesia dari ketiga negara itu karena mereka sudah lama menerapkan bebas visa kunjungan.
“Kita juga melihat negara-negara seperti Vietnam, Thailand, Malaysia jor-joran dari segi membebaskan visa kunjungan, India sekarang sudah membebaskan visa kunjungan bagi masyarakat kita,” katanya diacara penghargaan IndoFringe@Sekolah 2023 dan Peluncuran IndoFringe@Sekolah 2024 di Jakarta, Senin (26/2/2024).
Menurutnya saat ini Indonesia belum bisa memberikan keleluasaan pembebasan visa kunjungan bagi para wisatawan mancanegara, dikarenakan masih menggunakan asas resiprositas atau timbal balik.
“Sementara kita kan asasnya resiprocity, sampai sekarang kita belum memberikan secara resiprokal karena masih dalam kajian yang sudah kita ajukan lebih dari tiga bulan yang lalu,” katanya.
Sandiaga menuturkan, alasan lain yang membuat Indonesia kalah dalam kunjungan wisman yakni adanya keterbatasan dalam interkonektivitas.
Ia mengatakan pihaknya sudah memprediksi hal ini sedari awal, dikarenakan jumlah interkonektivitas Indonesia sudah mencapai 80 persen tanpa adanya penambahan penerbangan dan ketersediaan kursi.
“Kita sudah memprediksi ini dari awal karena interkonektivitas kita sudah mencapai angka di atas 80 persen dari segi kapasitas penerbangan dan juga ketersediaan kursi. Tanpa adanya penambahan penerbangan dan persediaan kursi karena kita negara kepulauan,” ujarnya.
Walaupun demikian, menurutnya meski Indonesia memiliki keterbatasan dalam interkonektivitas dan pembebasan visa, namun secara kumulatif angka kunjungan wisman di Indonesia masih cukup baik yakni di angka 11,7 juta.
Sebelumnya Sandiaga mengatakan Indonesia harus hati-hati dalam menerapkan sebuah kebijakan, karena saat ini kunjungan wisman di Thailand dan Vietnam sudah di atas Indonesia.
Penulis: Diandra Zahra
RELATED ARTICLES
Panorama Lebih Indah tapi Pariwisata Indonesia Tertinggal di Asean
Kunjungan Wisman ke Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan Malaysia, Thailand bahkan Vietnam.
Context.id, JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno atau yang dikenal dengan Sandiaga Uno menyatakan bahwa Indonesia mampu menggelar konser-konser bertaraf Internasional.
“Sangat mampu, Indonesia sangat mampu, karena kita memiliki nilai plus dalam penyelenggaraan konser besar dibandingkan negara tetangga lain,” tuturnya melalui akun instagramnya, Senin (26/2/2024).
Menurut Sandi, kelebihan Indonesia itu selain menghadirkan konser internasional, wisatawan bisa sekaligus menikmati destinasi alam atau budaya yang sangat indah dan jarang ditemui di negara lain.
"Wisman (wisatawan mancanegara) yang datang melihat konser besar seperti Coldplay di Stadion GBK tahun lalu. Akhirnya mereka datang dan berwisata ke destinasi lainnya.
Selama di Jakarta mereka juga tidak hanya menonton konser tapi menikmati staycation waktunya lebih lama, hunian hotel juga meningkat dan mereka wisata kuliner dan belanja” tambahnya.
BACA JUGA
Untuk menarik minat wisman berkunjung ke Indonesia, pemerintah menggelontorkan dana sebesar Rp2 Triliun melalui dana khusus pariwisata atau Indonesia Tourism Fund (ITF) dengan tujuan menggerakan event-event bertaraf lokal maupun Internasional.
Dari Januari hingga November 2023 jumlah wisatawan mancanegara mencapai 10,4 juta jiwa, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Dilansir dari laman Kemenparekraf, pada 2024 ini Indonesia akan menggelar konser musik dari berbagai musisi luar negeri mulai IU, Diana Krall, Novo Amor, Niall Horan, Lamb of God, hingga Ed Sheeran
Sandiaga berharap melalui penyelenggaraan konser bertaraf Internasional ini dapat meningkatkan infrastruktur dan konektivitas serta meningkatkan sumber daya manusia pada musik Indonesia.
Kalah dari Vietnam
Kendati ada peningkatan kunjungan wisman, Sandiaga mengatakan kunjungan itu masih kalah jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand dan Vietnam.
Pada November 2023, kunjungan wisman ke Malaysia mencapai 26 juta jiwa, lalu Thailand 24,6 juta jiwa dan Vietnam 11,2 juta jiwa.
Kalahnya Indonesia dari ketiga negara itu karena mereka sudah lama menerapkan bebas visa kunjungan.
“Kita juga melihat negara-negara seperti Vietnam, Thailand, Malaysia jor-joran dari segi membebaskan visa kunjungan, India sekarang sudah membebaskan visa kunjungan bagi masyarakat kita,” katanya diacara penghargaan IndoFringe@Sekolah 2023 dan Peluncuran IndoFringe@Sekolah 2024 di Jakarta, Senin (26/2/2024).
Menurutnya saat ini Indonesia belum bisa memberikan keleluasaan pembebasan visa kunjungan bagi para wisatawan mancanegara, dikarenakan masih menggunakan asas resiprositas atau timbal balik.
“Sementara kita kan asasnya resiprocity, sampai sekarang kita belum memberikan secara resiprokal karena masih dalam kajian yang sudah kita ajukan lebih dari tiga bulan yang lalu,” katanya.
Sandiaga menuturkan, alasan lain yang membuat Indonesia kalah dalam kunjungan wisman yakni adanya keterbatasan dalam interkonektivitas.
Ia mengatakan pihaknya sudah memprediksi hal ini sedari awal, dikarenakan jumlah interkonektivitas Indonesia sudah mencapai 80 persen tanpa adanya penambahan penerbangan dan ketersediaan kursi.
“Kita sudah memprediksi ini dari awal karena interkonektivitas kita sudah mencapai angka di atas 80 persen dari segi kapasitas penerbangan dan juga ketersediaan kursi. Tanpa adanya penambahan penerbangan dan persediaan kursi karena kita negara kepulauan,” ujarnya.
Walaupun demikian, menurutnya meski Indonesia memiliki keterbatasan dalam interkonektivitas dan pembebasan visa, namun secara kumulatif angka kunjungan wisman di Indonesia masih cukup baik yakni di angka 11,7 juta.
Sebelumnya Sandiaga mengatakan Indonesia harus hati-hati dalam menerapkan sebuah kebijakan, karena saat ini kunjungan wisman di Thailand dan Vietnam sudah di atas Indonesia.
Penulis: Diandra Zahra
POPULAR
RELATED ARTICLES