Share

Home Stories

Stories 14 Maret 2024

Banyak Gelang Coldplay Raib di Indonesia

Indonesia jadi negara terendah dalam persentase pengembalian xyloband atau gelang konser Coldplay

Ilustrasi Gelang Coldplay - Puspa Larasati

Context.id, JAKARTA - Indonesia kembali menjadi sorotan dunia sehubungan dengan konser band Coldplay yang berlangsung akhir tahun lalu.

Pasalnya, negeri ini menjadi negara paling rendah dalam persentase pengembalian xyloband atau gelang konser Coldplay, dalam gelaran tur Music of the Spheres November 2023 di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.

Akun X atau Twitter @coldplayaccess melakukan rekapitulasi data pengembalian gelang konser Coldplay dari setiap negara.

Akun tersebut memang tidak mencantumkan data dari seluruh negara, tetapi sebagian besar lokasi sudah terekapitulasi.

Berdasarkan data per Rabu (13/3/2024), tercatat 77% penonton konser di Jakarta mengembalikan xyloband itu kepada pengelola tur Coldplay.



Rupanya, catatan itu membuat Indonesia bercokol di peringkat ke-25 atau urutan terbawah di antara negara-negara lainnya.

Di atas Jakarta, terdapat Los Angeles, Argentina dan Berlin yang masing-masing berada pada urutan ke-23 serta 24 dengan persentase pengembalian 80%.

Skor Indonesia terpaut jauh dari konser di kota negara-negara tetangga seperti Manila, Filipina (87%); Bangkok, Thailand (89%); Kuala Lumpur, Malaysia (90%); dan Singapura (91%).

Di urutan teratas, Tokyo, Copenhagen, dan Buenos Aires menjadi tiga lokasi dengan pengembalian xyloband terbanyak, dengan catatan masing-masing sebesar 97%, 96%, dan 94%.

Xyloband adalah gelang light emitting diode (LED) yang dapat menerima frekuensi radio, sehingga operator dapat mengatur dan menciptakan desain pencahayaan atau efek visual pada konser.

Xyloband menjadi atribut yang selalu dipinjamkan Coldplay kepada para penontonnya saat konser berlangsung guna memeriahkan pertunjukkan.

Namun demikian, gelang tersebut dianjurkan untuk tidak dibawa pulang oleh penonton, sejalan dengan komitmen Coldplay untuk mendukung keberlangsungan lingkungan.

Sejak pertama kali mengumumkan tur dunia yang bertajuk “Music of the Spheres”, Coldplay berharap agar konsernya dapat berdampak bagi lingkungan dengan mengurangi emisi karbon melalui suvenir atau merchandise, perangkat konser, hingga proses pengangkutan kebutuhan konser.

Semangat untuk menciptakan konser yang ramah lingkungan juga diterapkan pada sistem pengembalian xyloband yang nantinya akan didaur ulang sehingga tidak berakhir menjadi sampah jika dibawa pulang penonton.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 14 Maret 2024

Banyak Gelang Coldplay Raib di Indonesia

Indonesia jadi negara terendah dalam persentase pengembalian xyloband atau gelang konser Coldplay

Ilustrasi Gelang Coldplay - Puspa Larasati

Context.id, JAKARTA - Indonesia kembali menjadi sorotan dunia sehubungan dengan konser band Coldplay yang berlangsung akhir tahun lalu.

Pasalnya, negeri ini menjadi negara paling rendah dalam persentase pengembalian xyloband atau gelang konser Coldplay, dalam gelaran tur Music of the Spheres November 2023 di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.

Akun X atau Twitter @coldplayaccess melakukan rekapitulasi data pengembalian gelang konser Coldplay dari setiap negara.

Akun tersebut memang tidak mencantumkan data dari seluruh negara, tetapi sebagian besar lokasi sudah terekapitulasi.

Berdasarkan data per Rabu (13/3/2024), tercatat 77% penonton konser di Jakarta mengembalikan xyloband itu kepada pengelola tur Coldplay.



Rupanya, catatan itu membuat Indonesia bercokol di peringkat ke-25 atau urutan terbawah di antara negara-negara lainnya.

Di atas Jakarta, terdapat Los Angeles, Argentina dan Berlin yang masing-masing berada pada urutan ke-23 serta 24 dengan persentase pengembalian 80%.

Skor Indonesia terpaut jauh dari konser di kota negara-negara tetangga seperti Manila, Filipina (87%); Bangkok, Thailand (89%); Kuala Lumpur, Malaysia (90%); dan Singapura (91%).

Di urutan teratas, Tokyo, Copenhagen, dan Buenos Aires menjadi tiga lokasi dengan pengembalian xyloband terbanyak, dengan catatan masing-masing sebesar 97%, 96%, dan 94%.

Xyloband adalah gelang light emitting diode (LED) yang dapat menerima frekuensi radio, sehingga operator dapat mengatur dan menciptakan desain pencahayaan atau efek visual pada konser.

Xyloband menjadi atribut yang selalu dipinjamkan Coldplay kepada para penontonnya saat konser berlangsung guna memeriahkan pertunjukkan.

Namun demikian, gelang tersebut dianjurkan untuk tidak dibawa pulang oleh penonton, sejalan dengan komitmen Coldplay untuk mendukung keberlangsungan lingkungan.

Sejak pertama kali mengumumkan tur dunia yang bertajuk “Music of the Spheres”, Coldplay berharap agar konsernya dapat berdampak bagi lingkungan dengan mengurangi emisi karbon melalui suvenir atau merchandise, perangkat konser, hingga proses pengangkutan kebutuhan konser.

Semangat untuk menciptakan konser yang ramah lingkungan juga diterapkan pada sistem pengembalian xyloband yang nantinya akan didaur ulang sehingga tidak berakhir menjadi sampah jika dibawa pulang penonton.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025