Stories - 06 March 2024

Harta Prajogo Pangestu Menguap?

Penyebab menguapnya harta Prajogo karena saham BREN, BRPT, TPIA dan CUAN miliknya longsor berjamaah

Context.id, JAKARTA - Harta kekayaan konglomerat Prajogo Pangestu menguap sebesar US$1,8 miliar atau sekitar Rp28,36 triliun (kurs jisdor Rp15.756 per dolar AS).

Salah satu penyebab menguapnya harta Prajogo yakni penurunan saham BREN, BRPT, TPIA dan CUAN yang longsor berjamaah pada Selasa (5/3/2024).

Berdasarkan data Forbes Real Time Billionaires, harta Prajogo Pangestu raib US$1,8 miliar atau turun 4,20%. Alhasil, Prajogo Pangestu masuk dalam 5 besar tokoh dunia dengan penurunan harta kekayaan terdalam (top losers) pada Selasa.

Berturut-turut, tokoh dunia hartanya menguap paling banyak hari ini yaitu Elon Musk turun US$8,2 miliar, Bernard Arnault turun US$3,7 miliar, Larry Page turun US$3 miliar, dan Sergey Brin turun US$2,8 miliar.

Adapun, saat ini Prajogo Pangestu menempati urutan ke-30 orang terkaya di dunia versi Forbes dengan total kekayaan US$40,6 miliar atau setara Rp639,69 triliun.

Sementara itu, di Indonesia Prajogo Pangestu masih bertengger di posisi orang terkaya nomor 1. Posisi itu di atas bos PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) Low Tuck Kwong dengan harta US$27,1 miliar, serta bos Djarum dan BBCA Robert Budi Hartono sebesar US$25,5 miliar dan Michael Hartono sebesar US$24,5 miliar.

Sebagaimana diketahui, Prajogo Pangestu merupakan pemilik Grup Barito, dengan beberapa emiten di pasar modal yakni PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN), PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA).

Prajogo lahir di Bengkayang, Kalimantan Barat pada 13 Mei 1944. Meskipun hanya lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), keberaniannya untuk berusaha tak terbendung.

Pada awalnya, ia bekerja sebagai sopir angkot sebelum bertemu dengan pengusaha kayu Malaysia bernama Bong Sun On alias Burhan Uray pada tahun 1960-an.

Berkat perkenalannya dengan Uray, Prajogo bergabung dengan PT Djajanti Group pada tahun 1969. Dia diberi kepercayaan untuk mengelola Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di Kalimantan Tengah.

Melalui pengalamannya dalam industri kayu, Prajogo kemudian memutuskan untuk mendirikan bisnisnya sendiri. Pada akhir tahun 1980, CV Pacific Lumber Coy didirikan olehnya. Tidak butuh waktu lama bagi perusahaan kayu ini untuk berkembang pesat.

Dalam tiga belas tahun, namanya berubah menjadi Barito Pacific Timber. Prajogo menjadi salah satu pengusaha kayu terkemuka di Indonesia, sebelum krisis ekonomi pada1997.

Pada 2007, Prajogo memperluas sayapnya ke sektor lain di luar kayu. Barito Pacific bertransisi menjadi pemain utama di sektor petrokimia dengan mengakuisisi perusahaan Chandra Asri.

Perusahaan ini menjadi produsen petrokimia terbesar di Indonesia setelah bergabung dengan Tri Polyta Indonesia.

Konglomerat ini juga memperluas bisnisnya ke industri batu bara melalui Petrindo Jaya Kreasi, yang berhasil melakukan penawaran umum perdana (IPO) di bursa pada 2023.


Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

MORE  STORIES

Hotel Sultan dan Jejak Kontroversi Klan Sutowo

Catatan kiprah kontroversial Ibnu dan Adiguna Sutowo

Noviarizal Fernandez | 08-05-2024

Intip Nilai Pasar Terbaru Pemain U23

Secara keseluruhan, nilai pasar skuad Garuda Muda mencapai Rp83,43 miliar terhitung sejak akhir April 2024

Noviarizal Fernandez | 08-05-2024

Ketika Masyarakat Sipil Gelar Mahkamah Rakyat Luar Biasa

Mahkamah Rakyat menjadi alternatif menyelesaikan masalah hukum saat negara tidak memberikan ruang demokrasi

Noviarizal Fernandez | 08-05-2024

Syahrul Yasin Limpo dan Jejak Politik Keluarga

Langkah politik SYL kemudian diikuti oleh kerabatnya

Noviarizal Fernandez | 08-05-2024