Stories - 01 March 2024

Ketika Raksasa OTT Saling Klaim Istilah Local Pride

Platform over the top (OTT) konten video streaming saling bersaing menguasai pasar Indonesia, salah satunya dengan embel-embel konten lokal.

Context.id,JAKARTA- Tema local pride menjadi bahan perdebatan antara para raksasa platform over the top (OTT) konten video streaming.

Vidio, layanan streaming service milik PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) mendorong penguatan konten lokal pada layanan OTT yang beroperasi di Tanah Air, termasuk platform asing. 

Melansir Bisnis, CEO Vidio Sutanto Hartono menyebut istilah local pride tidak bisa diklaim hanya dengan satu konten Indonesia yang berhasil meraih banyak penonton. Termasuk saat disiarkan oleh OTT asing.

“Ada beberapa perusahaan asing yang dengan gampangnya mengklaim bahwa mereka adalah local pride. Bagi kami, local pride tidak bisa diklaim dengan prestasi membeli satu konten Indonesia dan meraih banyak pelanggan,” katanya di acara konferensi pers Vidio Original Series 2024, Kamis (29/2/2024). 

Dia mengatakan, yang dapat dikatakan local pride merupakan sebuah usaha yang melibatkan berbagai elemen masyarakat untuk membangun sebuah ekosistem ekonomi konten kreatif

Menurutnya setelah ekosistem tersebut terbangun, konten Indonesia bisa makin besar secara skala, dan akhirnya bisa menembus pasar dunia.

"Jadi yang disebut local pride butuh komitmen yang sangat besar, bukan hanya membeli sebuah karya anak bangsa semata,” ujar Sutanto.

Pernyataan dari Bos Vidio itu tampaknya menyindir Netflix, OTT asing yang memang banyak membeli karya konten lokal, salah satunya Gadis Kretek yang sempat booming.

Pasar Legit 

Lebh lanjut, Sutanto mengatakan saat ini Indonesia menjadi pasar utama para pemain OTT global karena menjadi salah satu negara dengan pengguna digital yang terbesar di dunia. 

“Indonesia, sebagai negara yang mempunyai pengguna digital salah satu terbesar di dunia, tentu saja bagi pemain ini kalau ingin mendominasi Asia Tenggara, ya harus menguasai pasar Indonesia," terangnya. 

Terlebih lagi saat ini banyak gergasi digital dan hiburan seperti Disney, HBO, Amazon yang ikut terjun di bisnis ini. 

Alhasil, persaingan bisnis OTT semakin ketat dan semua perusahaan ini berlomba-lomba untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas film yang dihasilkan sehingga mendapatkan pelanggan. 

Riset dari Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) melaporkan pengguna internet Indonesia pada 2024 mencapai 221 juta jiwa, dari total populasi sebesar 278 juta jiwa.

Ini memperlihatkan penetrasi internet di Indonesia sudah mencapai 79,5%. 

Sementara berdasarkan riset dari tSurvey.id pada 2022, aplikasi yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah Disney+ Hotstar (70%), diikuti Netflix (46%), kemudian Vidio (40%). 

Lalu, di posisi selanjutnya adalah Vio (22%) serta WeTV dengan 15%. Adapun, hampir seluruh responden mengatakan bahwa konten eksklusif yang ditawarkan merupakan alasan utama mereka berlangganan.  

Setiap aplikasi memiliki berbagai kelebihan yang menarik bagi masing-masing pelanggannya, seperti Disney+ Hotstar yang memiliki film dan Series ‘Marvel’ sebagai konten favoritnya dan Netflix dengan series ‘Stranger Things’ dan konten eksklusifnya.   

Sementara Vidio dengan serial lokalnya, Viu dengan drama Korea, dan We TV yang menjadi pilihan penikmat serial drama China. 


Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

MORE  STORIES

Pengguna Mobil Apa yang Paling Pintar di Jalanan?

Pernah kesal dengan perilaku berkendara sebagian pengemudi mobil dengan brand tertentu? Ini riset yang mengkorelasikan brand mobil yang dikendarai ...

Fahri N. Muharom | 07-09-2024

Bagaimana Sepak Bola Tunanetra Dimainkan?

Atlet sepak bola tunanetra sangat hebat dalam menggunakan kesadaran ruang dan mampu memadukan kecepatan serta teknik bermain

Context.id | 06-09-2024

Nyetir Lebih dari Dua Jam Bisa Bikin Makin Bodoh?

Sebuah studi di Inggris menemukan bahwa mengemudi lebih dari dua jam sehari bisa menurunkan daya otak seseorang.

Naufal Jauhar Nazhif | 06-09-2024

Saat Hewan Ditugaskan Menjadi James Bond

Penggunaan hewan dalam kegiatan militer telah berlangsung selama bertahun-tahun baik itu untuk kegiatan mata-mata atau untuk penyerangan.

Context.id | 05-09-2024