Share

Stories 05 Maret 2024

Potensi Hambatan Penggunaan Satelit LEO Perlu Dikaji

Satelit LEO dapat menjadi solusi untuk pembangunan di sektor maritim

Context.id, JAKARTA - Pemerintah perlu mencermati potensi hambatan penggunaan satelit low earth orbit atau LEO. Satelit ini dinilai dapat menjadi solusi untuk pembangunan di sektor maritim.

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, meski rencana tersebut dinilai cukup inovatif, pemerintah harus tetap memperhatikan anggaran dan keterisian satelit yang sudah mengangkasa saat ini.

“Memang untuk keamanan menerbangkan satelit sendiri juga miliki kelebihan, tetapi di sisi lain juga mengeluarkan anggaran yang cukup besar,” ujar Herunya, sebagaimana dikutip dari Bisnis, Selasa (5/3/2024).

Dia menjelaskan, untuk dapat menjangkau wilayah perairain Indonesia yang luas, maka diperlukan tidak cukup hanya satu satelit LEO.

Untuk itu, pengoperasian satelit tersebut tidak hanya sebatas persoalan anggaran, teknologi, dan manfaat, tetapi juga koordinasi slot orbit, pengelolaan satelit jangka panjang, dan pembangunan ekosistem.

Di samping itu,paparnya,  hal krusial lain adalah penentuan pihak yang membuat satelit, peluncuran satelit, dan operator yang akan mengoperasikan.

“Jadi ini bukan cuma menerbangkan satelit, tapi juga mengatur satelit yang ditempatkan pada orbitnya tersebut,” ucapnya.



Dia berpendapat, sebelum direncanakan lebih lanjut, sebaiknya dilakukan uji kelayakan untuk melihat dari segi teknis, bisnis, dan legal dari teknologi baru tersebut.

Lebih lanjut, dia menilai dibanding menerbangkan satelit LEO sendiri dengan anggaran yang besar, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bisa bekerja sama dengan satelit LEO asing yang sebelumnya telah digandeng oleh perusahaan Indonesia, mulai dari One Web yang kini bekerja sama dengan DTP dan Starlink yang masih bekerja sama dengan Telkomsat.  

 “Nah ini yang harus dipertimbangkan apakah menerbangkan satelit sendiri atau layanan lain,” ujar Heru.

Sebelumnya, Menteri Kementerian Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi sudah membahas percepatan filing satelit LEO Cakra-1 dengan Sekretaris Jenderal International Telecommunication Union (ITU).

Satelit tersebut akan diluncurkan untuk mendukung pembangunan sektor maritim nasional. 

“Indonesia negara kepulauan. Laut kita luas, sehingga diperlukan infrastruktur komunikasi berbasis satelit,” ujar Budi, dikutip dari laman Instagramnya. 



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 05 Maret 2024

Potensi Hambatan Penggunaan Satelit LEO Perlu Dikaji

Satelit LEO dapat menjadi solusi untuk pembangunan di sektor maritim

Context.id, JAKARTA - Pemerintah perlu mencermati potensi hambatan penggunaan satelit low earth orbit atau LEO. Satelit ini dinilai dapat menjadi solusi untuk pembangunan di sektor maritim.

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, meski rencana tersebut dinilai cukup inovatif, pemerintah harus tetap memperhatikan anggaran dan keterisian satelit yang sudah mengangkasa saat ini.

“Memang untuk keamanan menerbangkan satelit sendiri juga miliki kelebihan, tetapi di sisi lain juga mengeluarkan anggaran yang cukup besar,” ujar Herunya, sebagaimana dikutip dari Bisnis, Selasa (5/3/2024).

Dia menjelaskan, untuk dapat menjangkau wilayah perairain Indonesia yang luas, maka diperlukan tidak cukup hanya satu satelit LEO.

Untuk itu, pengoperasian satelit tersebut tidak hanya sebatas persoalan anggaran, teknologi, dan manfaat, tetapi juga koordinasi slot orbit, pengelolaan satelit jangka panjang, dan pembangunan ekosistem.

Di samping itu,paparnya,  hal krusial lain adalah penentuan pihak yang membuat satelit, peluncuran satelit, dan operator yang akan mengoperasikan.

“Jadi ini bukan cuma menerbangkan satelit, tapi juga mengatur satelit yang ditempatkan pada orbitnya tersebut,” ucapnya.



Dia berpendapat, sebelum direncanakan lebih lanjut, sebaiknya dilakukan uji kelayakan untuk melihat dari segi teknis, bisnis, dan legal dari teknologi baru tersebut.

Lebih lanjut, dia menilai dibanding menerbangkan satelit LEO sendiri dengan anggaran yang besar, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bisa bekerja sama dengan satelit LEO asing yang sebelumnya telah digandeng oleh perusahaan Indonesia, mulai dari One Web yang kini bekerja sama dengan DTP dan Starlink yang masih bekerja sama dengan Telkomsat.  

 “Nah ini yang harus dipertimbangkan apakah menerbangkan satelit sendiri atau layanan lain,” ujar Heru.

Sebelumnya, Menteri Kementerian Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi sudah membahas percepatan filing satelit LEO Cakra-1 dengan Sekretaris Jenderal International Telecommunication Union (ITU).

Satelit tersebut akan diluncurkan untuk mendukung pembangunan sektor maritim nasional. 

“Indonesia negara kepulauan. Laut kita luas, sehingga diperlukan infrastruktur komunikasi berbasis satelit,” ujar Budi, dikutip dari laman Instagramnya. 



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Inovasi Kesehatan Mental: Mengobati Depresi Melalui Aplikasi Digital

Aplikasi Rejoyn menawarkan solusi inovatif untuk mengobati depresi dengan latihan emosional yang \"mereset \" sirkuit otak

Context.id . 30 October 2024

Lewat Pertukaran Pelajar, Hubungan Indonesia-Kazakhstan Makin Erat

Hubungan Indonesia-Kazakhstan semakin erat melalui acara \"Kazakhstan-Indonesia Friendship Society\" dan program pertukaran pelajar untuk generasi ...

Helen Angelia . 30 October 2024

Jam Kerja Rendah Tapi Produktivitas Tinggi, Berkaca dari Jerman

Data OECD menunjukkan bmeskipun orang Jerman hanya bekerja rata-rata 1.340 jam per tahun, partisipasi perempuan yang tinggi dan regulasi bagus mem ...

Context.id . 29 October 2024

Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih

Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung

Context.id . 29 October 2024