Share

Home Stories

Stories 05 Maret 2024

Harga Beras di Singapura Lebih Murah? Ini Alasannya

Tingginya harga beras di Indonesia disebabkan oleh biaya produksi yang mahal.

Context.id, JAKARTA - Harga beras di Singapura masih lebih murah dibandingkan dengan harga beras di Indonesia. Padahal, Singapura bukanlah negara agraris dan tidak punya lahan untuk menanam beras ataupun tanaman pangan lainnya.

Pengamat pertanian sekaligus pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menyatakan Indonesia merupakan produsen beras namun tingginya harga beras di Indonesia disebabkan oleh biaya produksi yang mahal.

“Jika dilihat lebih detail, biaya produksi terbesar berasal dari sewa lahan dan tenaga kerja. Dua komponen itu lebih dari 75% dari seluruh ongkos produksi,” ungkapnya, melansir Bisnis,Selasa (5/3/2024).

Di sisi lain, dia melihat harga beras di Singapura yang saat ini jauh lebih murah dari Indonesia bisa saja melonjak tinggi jika harga beras di pasar dunia tengah melambung. Pasalnya, Singapura sangat bergantung terhadap impor.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian sebelumnya membandingkan harga beras Indonesia dengan Singapura. Meski memproduksi beras, harga di Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan Singapura. 



“Beda mungkin sebagai bandingan seperti Singapura. Singapura adalah negara yang bukan produsen tapi negara konsumsi. Dia nggak punya pangan, nggak menghasilkan pangan apapun, semuanya impor, jadi strateginya beda,” kata Tito dalam Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Puasa dan Idulfitri, Senin (4/3/2024).

Mantan Kapolri itu menuturkan, pemerintah Singapura berupaya agar harga pangan di negaranya mudah dijangkau oleh masyarakat. Inilah yang membuat harga di Negeri Singa lebih murah dibandingkan Indonesia.

Sayangnya, strategi tersebut tidak dapat diterapkan di Indonesia. Sebab, kata dia, hal tersebut dapat merugikan petani dan produsen pangan lainnya. Sebaliknya, jika harga dibiarkan terlalu tinggi, kondisi tersebut dapat membuat masyarakat menjerit.

“Oleh karena itu kita harus mem-balance angka inflasi kita terkendali, menyenangkan kedua-duanya, tersenyum kedua-duanya,” ujarnya.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 05 Maret 2024

Harga Beras di Singapura Lebih Murah? Ini Alasannya

Tingginya harga beras di Indonesia disebabkan oleh biaya produksi yang mahal.

Context.id, JAKARTA - Harga beras di Singapura masih lebih murah dibandingkan dengan harga beras di Indonesia. Padahal, Singapura bukanlah negara agraris dan tidak punya lahan untuk menanam beras ataupun tanaman pangan lainnya.

Pengamat pertanian sekaligus pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menyatakan Indonesia merupakan produsen beras namun tingginya harga beras di Indonesia disebabkan oleh biaya produksi yang mahal.

“Jika dilihat lebih detail, biaya produksi terbesar berasal dari sewa lahan dan tenaga kerja. Dua komponen itu lebih dari 75% dari seluruh ongkos produksi,” ungkapnya, melansir Bisnis,Selasa (5/3/2024).

Di sisi lain, dia melihat harga beras di Singapura yang saat ini jauh lebih murah dari Indonesia bisa saja melonjak tinggi jika harga beras di pasar dunia tengah melambung. Pasalnya, Singapura sangat bergantung terhadap impor.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian sebelumnya membandingkan harga beras Indonesia dengan Singapura. Meski memproduksi beras, harga di Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan Singapura. 



“Beda mungkin sebagai bandingan seperti Singapura. Singapura adalah negara yang bukan produsen tapi negara konsumsi. Dia nggak punya pangan, nggak menghasilkan pangan apapun, semuanya impor, jadi strateginya beda,” kata Tito dalam Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Puasa dan Idulfitri, Senin (4/3/2024).

Mantan Kapolri itu menuturkan, pemerintah Singapura berupaya agar harga pangan di negaranya mudah dijangkau oleh masyarakat. Inilah yang membuat harga di Negeri Singa lebih murah dibandingkan Indonesia.

Sayangnya, strategi tersebut tidak dapat diterapkan di Indonesia. Sebab, kata dia, hal tersebut dapat merugikan petani dan produsen pangan lainnya. Sebaliknya, jika harga dibiarkan terlalu tinggi, kondisi tersebut dapat membuat masyarakat menjerit.

“Oleh karena itu kita harus mem-balance angka inflasi kita terkendali, menyenangkan kedua-duanya, tersenyum kedua-duanya,” ujarnya.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025