Pandu Sjahrir, Sang Pencari Duit Prabowo-Gibran
Lahir dari keluarga yang melek politik, Pandu Sjahrir mengaku awalnya tidak ingin terjerumus dalam dunia yang serupa.
Context.id, JAKARTAc- Lahir dari keluarga yang melek politik, Pandu Sjahrir mengaku awalnya tidak ingin terjerumus dalam dunia yang serupa.
Publik sempat kaget ketika Pandu Sjahrir merapatkan barisan ke kubu Prabowo-Gibran dan berperan sebagai Wakil Bendahara Umum Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan tersebut.
Pasalnya, Pandu ini jarang beredar dalam radar politik Tanah Air.
“Jujur dulu saya pernah bilang tidak terlalu berpolitik, walaupun keluarga saya berasal dari berlatar belakang politik. Bapak [Sjahrir] kan aktivis dan politikus. Ya, adalah di situ memang dari kecil diajarin soal politik dari kecil. Tapi memang saya berjanji fokus ke bisnis. Membangun institusilah,” ujarnya dalam program Ngeklik di saluran Youtube Bisniscom yang dikutip, Jumat (2/2/2024).
Sebagaimana diketahui, Pandu Sjahrir merupakan putra dari almarhum Sjahrir, yang merupakan seorang ekonom sekaligus aktivis dan juga politikus.
BACA JUGA
Sjahrir diketahui pernah ditangkap dan diadili oleh rezim Soeharto karena dituduh terlibat dalam aksi protes mahasiswa pada 1974 yang diistilahkan sebagai Malapetaka 15 Januari (Malari).
Setelah empat tahun mendekam di balik jeruji besi, Ford Foundation memberinya beasiswa untuk melanjutkan studi ke Universitas Harvard, dan terus berlanjut hingga ke tahap doktoral di bidang ekonomi politik dan pemerintahan.
Ia menuntaskan pendidikannya pada 1983 di perguruan tinggi ternama itu. Sjahrir juga menikahi adik dari Luhut Binsar Pandjaitan, yakni Kartini Pandjaitan.
Pulang ke Indonesia, Sjahrir kemudian mengabdikan diri sebagai pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, serta mendirikan lembaga pengkajian ekonomi.
Setelah reformasi, dia lalu mendirikan Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB) dan ikut dalam pemilihan umum 2004.
Sayang partai itu tidak meraih dukungan yang cukup. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemudian mengangkat Sjahrir sebagai penasehat ekonominya.
Jejak politik ayahnya itu yang kini dituruti oleh Pandu Sjahrir yang mengawalinya dengan menjajdi bagian dari tim kampanye Prabowo-Gibran.
Pandu mengakui memang diminta untuk menjadi anggota tim itu. Akan tetapi, dia justru kaget ketika namanya harus dipublikaskan oleh Ketua Umum TKN, Rosan Roeslani.
“Tapi it’s ok. At the end of the day, saya yakin pasangan 02 yang paling tepat untuk melanjutkan pemerintahan sekarang,” ujarnya.
Sebenarnya bukan pada kali ini saja Pandu turut menjadi bagian dari tim pemenangan calon presiden. Pada 2013-2014, dia juga menduduki jabatan yang sama untuk capres dengan nomor urut 02 juga, yakni Joko Widodo.
Menurutnya yang menarik kali ini adalah timnya lebih banyak mendiskusikan tentang ide dibandingkan dengan upaya menonjolkan sosok personal dari pasangan calon.
Hal itu berbeda dibandingkan 10 tahun silam, tim lebih banyak mendiskusikan tentang personal.
Sebagai wakil bendahara, tugasnya adalah mencari pendanaan. Untuk itu, dia harus menjalin komunikasi ke kalangan pengusaha, baik besar, menengah maupun kecil.
Dalam komunikasi itu, tentu saja dia harus bisa meyakinkan tentang nilai-nilai yang diusung oleh pasangan tersebut yang termaktub dalam platform.
“Tentu berbeda antara pengusaha kelas atas dan menengah serta kecil. Kalau kelas atas mereka ingin lebih detail. Kalau menengah mereka ingin tahu kenapa harus mendukung pasangan ini. Jadi lebih ke komunikasi,” paparnya.
RELATED ARTICLES
Pandu Sjahrir, Sang Pencari Duit Prabowo-Gibran
Lahir dari keluarga yang melek politik, Pandu Sjahrir mengaku awalnya tidak ingin terjerumus dalam dunia yang serupa.
Context.id, JAKARTAc- Lahir dari keluarga yang melek politik, Pandu Sjahrir mengaku awalnya tidak ingin terjerumus dalam dunia yang serupa.
Publik sempat kaget ketika Pandu Sjahrir merapatkan barisan ke kubu Prabowo-Gibran dan berperan sebagai Wakil Bendahara Umum Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan tersebut.
Pasalnya, Pandu ini jarang beredar dalam radar politik Tanah Air.
“Jujur dulu saya pernah bilang tidak terlalu berpolitik, walaupun keluarga saya berasal dari berlatar belakang politik. Bapak [Sjahrir] kan aktivis dan politikus. Ya, adalah di situ memang dari kecil diajarin soal politik dari kecil. Tapi memang saya berjanji fokus ke bisnis. Membangun institusilah,” ujarnya dalam program Ngeklik di saluran Youtube Bisniscom yang dikutip, Jumat (2/2/2024).
Sebagaimana diketahui, Pandu Sjahrir merupakan putra dari almarhum Sjahrir, yang merupakan seorang ekonom sekaligus aktivis dan juga politikus.
BACA JUGA
Sjahrir diketahui pernah ditangkap dan diadili oleh rezim Soeharto karena dituduh terlibat dalam aksi protes mahasiswa pada 1974 yang diistilahkan sebagai Malapetaka 15 Januari (Malari).
Setelah empat tahun mendekam di balik jeruji besi, Ford Foundation memberinya beasiswa untuk melanjutkan studi ke Universitas Harvard, dan terus berlanjut hingga ke tahap doktoral di bidang ekonomi politik dan pemerintahan.
Ia menuntaskan pendidikannya pada 1983 di perguruan tinggi ternama itu. Sjahrir juga menikahi adik dari Luhut Binsar Pandjaitan, yakni Kartini Pandjaitan.
Pulang ke Indonesia, Sjahrir kemudian mengabdikan diri sebagai pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, serta mendirikan lembaga pengkajian ekonomi.
Setelah reformasi, dia lalu mendirikan Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB) dan ikut dalam pemilihan umum 2004.
Sayang partai itu tidak meraih dukungan yang cukup. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemudian mengangkat Sjahrir sebagai penasehat ekonominya.
Jejak politik ayahnya itu yang kini dituruti oleh Pandu Sjahrir yang mengawalinya dengan menjajdi bagian dari tim kampanye Prabowo-Gibran.
Pandu mengakui memang diminta untuk menjadi anggota tim itu. Akan tetapi, dia justru kaget ketika namanya harus dipublikaskan oleh Ketua Umum TKN, Rosan Roeslani.
“Tapi it’s ok. At the end of the day, saya yakin pasangan 02 yang paling tepat untuk melanjutkan pemerintahan sekarang,” ujarnya.
Sebenarnya bukan pada kali ini saja Pandu turut menjadi bagian dari tim pemenangan calon presiden. Pada 2013-2014, dia juga menduduki jabatan yang sama untuk capres dengan nomor urut 02 juga, yakni Joko Widodo.
Menurutnya yang menarik kali ini adalah timnya lebih banyak mendiskusikan tentang ide dibandingkan dengan upaya menonjolkan sosok personal dari pasangan calon.
Hal itu berbeda dibandingkan 10 tahun silam, tim lebih banyak mendiskusikan tentang personal.
Sebagai wakil bendahara, tugasnya adalah mencari pendanaan. Untuk itu, dia harus menjalin komunikasi ke kalangan pengusaha, baik besar, menengah maupun kecil.
Dalam komunikasi itu, tentu saja dia harus bisa meyakinkan tentang nilai-nilai yang diusung oleh pasangan tersebut yang termaktub dalam platform.
“Tentu berbeda antara pengusaha kelas atas dan menengah serta kecil. Kalau kelas atas mereka ingin lebih detail. Kalau menengah mereka ingin tahu kenapa harus mendukung pasangan ini. Jadi lebih ke komunikasi,” paparnya.
POPULAR
RELATED ARTICLES