Miliarder China Sekaligus Anggota PKC Jadi Tuan Tanah di AS
Politisi AS merasa kecolongan karena ada miliarder RRC yang juga anggota Partai Komunis China (PKC) yang berhasil menguasai ratusan ribu hektar lahan di AS
Context.id, JAKARTA - Seorang miliarder pengembang game online asal China sekaligus anggota Partai Komunis China (PKC), Chen Tianqiao sedang disoroti publik karena menjadi pemilik asing terbesar kedua atas tanah di Amerika Serikat (AS).
Chen tercatat memiliki tanah seluas hampir 200 ribu hektar di kawasan hutan Oregon, AS. Selain itu Chen dan istrinya, Chrissy Luo, diketahui juga memiliki Vanderbilt Mansion di East 69th Street, Manhattan seharga US$ 39 juta atau 606,84 miliar sejak 2018.
Kemudian pada 2021, mereka disebut-sebut melakukan pembelian Seeley Mudd Estate senilai US$ 25 juta atau 389 miliar di pinggiran kota Los Angeles.
Melansir dari laporan New York Post, Kamis (11/1/2024), Chen membeli lahan ratusan ribu hektar itu dari Fidelity National Financial Ventures seharga US$ 85 juta atau Rp 1,32 triliun (kurs Rp 15.560/dolar AS) pada 2015 lalu.
Hebatnya, kendati pembeliannya sudah lama atau sekitar 9 tahun lalu, nama Chen tidak pernah muncul. Baru pada awall 2024 ini, Chen tercatat sebagai pemilik tanah terbesar ke-82 di Negeri Paman Sam.
BACA JUGA
Masih dalam laporan New York Post, Chen merupakan seorang pengusaha perusahaan game online Shanda Interactive yang didirikannya pada tahun 1999. Banyak game populer yang lahir dari perusahaan ini di antaranya The Word of Legend, Dungeons & Dragons Online, dan Final Fantasy XIV
Kesuksesan game-game itu mengantarkan Chen menjadi Crazy Rich. Hingga 2004, perusahaan miliknya itu menjadi salah satu perusahaan internet terbesar di China dan bisa melantai di Nasdaq, AS.
Pada kesempatan itu perusahaan berhasil mengumpulkan dana sebesar US$ 152 juta atau Rp 2,46 triliun, yang saat itu merupakan IPO terbesar perusahaan internet asal China di AS.
Namun pada 2012 Chen mengundurkan diri sebagai CEO perusahaan dan memindahkan grup induknya, Shanda Investment Group, dari China ke Singapura. Pada saat pengunduran dirinya itu, Forbes mencatat dirinya masih memiliki kekayaan sebesar US$ 1,5 miliar atau Rp 23.34 triliun.
Walaupun pada 2024 ini Forbes mencatat kekayaan bersih Chen 'hanya tersisa' US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 15,56 triliun. Penurunan harta kekayaan ini diperkirakan karena Chen beserta keluarganya kerap melakukan kegiatan filantropis alias sering beramal.
Kegiatan filantropis yang dilakukan keluarga Chen Tianqiao ini termasuk sumbangan sebesar US$ 115 juta atau Rp 1,78 triliun kepada Institut Ilmu Saraf Tianqiao dan Chrissy Chen di Institut Teknologi California pada tahun 2016.
Anggota PKC
Terungkapnya nama Chen sebagai salah satu orang asing pemilik tanah terbesar di AS memicu protes dan kemarahan politisi negeri Paman Sam tersebut. Para politisi menilai pihak berwenang Amerika kecolongan mengapa pembelian tanah ratusan ribu hektar itu bisa dirahasiakan Chen selama bertahun-tahun.
Namun, menurut laporan Mail Online, pembelian lahan seluas itu tidak tercantum dalam catatan kepemilikan tanah pemerintah oleh investor asing.
Anggota Kongres dari Partai Republik di New York, Elise Stefanik, mengatakan kepada New York Post bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden telah “menghilangkan tanggung jawab” dalam melindungi lahan pertanian AS agar tidak diambil alih oleh “musuh asing".
“Komunis China membeli lahan pertanian AS untuk menumbangkan kedaulatan kami, melemahkan industri pertanian kami, melanggar batas instalasi militer kami, dan menjelek-jelekkan komunitas pedesaan Amerika,” kata Stefanik, yang dilansir Minggu (14/1/2024).
Tahun lalu, Stefanik dan anggota Kongres lainnya mengirimkan surat kepada Departemen Pertanian AS, mendesak badan tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kepemilikan asing atas lahan pertanian.
Petani Montana yang juga Senator, Jon Tester, pada hari Jumat memperbarui tuntutan agar Kongres melindungi keamanan lahan AS.
“Meskipun kita mempelajari lebih lanjut mengenai hal-hal spesifik seputar situasi yang sedang terjadi ini, hal ini menyoroti perlunya Kongres untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi keamanan pertanian Amerika,” kata politisi Partai Demokrat itu dalam sebuah pernyataan.
Stefanik termasuk di antara sekelompok legislator bipartisan yang menulis surat kepada Menteri Pertanian Thomas Vilsack untuk memprotes apa yang dia katakan sebagai lemahnya pengawasan pemerintah federal terhadap pembelian tanah oleh asing.
Tidak jelas mengapa pembelian Chen tidak muncul dalam catatan pemerintah AS. Undang-Undang Pengungkapan Investasi Pertanian oleh Asing mewajibkan investor asing untuk melaporkan minat baru apa pun atas lahan pertanian Amerika kepada Departemen Pertanian dalam waktu 90 hari sejak transaksi.
Kepemilikan tanah Chen baru terungkap baru-baru ini setelah negara secara terbuka menyebutkan salah satu perusahaan Chen sebagai pemilik manfaat dari properti tersebut.
Chen diketahui bergabung dengan PKC ketika berusia 18 tahun, namun belum ada informasi lebih jelas jabatan apa yang sekarang diemban Chen di PKC.
RELATED ARTICLES
Miliarder China Sekaligus Anggota PKC Jadi Tuan Tanah di AS
Politisi AS merasa kecolongan karena ada miliarder RRC yang juga anggota Partai Komunis China (PKC) yang berhasil menguasai ratusan ribu hektar lahan di AS
Context.id, JAKARTA - Seorang miliarder pengembang game online asal China sekaligus anggota Partai Komunis China (PKC), Chen Tianqiao sedang disoroti publik karena menjadi pemilik asing terbesar kedua atas tanah di Amerika Serikat (AS).
Chen tercatat memiliki tanah seluas hampir 200 ribu hektar di kawasan hutan Oregon, AS. Selain itu Chen dan istrinya, Chrissy Luo, diketahui juga memiliki Vanderbilt Mansion di East 69th Street, Manhattan seharga US$ 39 juta atau 606,84 miliar sejak 2018.
Kemudian pada 2021, mereka disebut-sebut melakukan pembelian Seeley Mudd Estate senilai US$ 25 juta atau 389 miliar di pinggiran kota Los Angeles.
Melansir dari laporan New York Post, Kamis (11/1/2024), Chen membeli lahan ratusan ribu hektar itu dari Fidelity National Financial Ventures seharga US$ 85 juta atau Rp 1,32 triliun (kurs Rp 15.560/dolar AS) pada 2015 lalu.
Hebatnya, kendati pembeliannya sudah lama atau sekitar 9 tahun lalu, nama Chen tidak pernah muncul. Baru pada awall 2024 ini, Chen tercatat sebagai pemilik tanah terbesar ke-82 di Negeri Paman Sam.
BACA JUGA
Masih dalam laporan New York Post, Chen merupakan seorang pengusaha perusahaan game online Shanda Interactive yang didirikannya pada tahun 1999. Banyak game populer yang lahir dari perusahaan ini di antaranya The Word of Legend, Dungeons & Dragons Online, dan Final Fantasy XIV
Kesuksesan game-game itu mengantarkan Chen menjadi Crazy Rich. Hingga 2004, perusahaan miliknya itu menjadi salah satu perusahaan internet terbesar di China dan bisa melantai di Nasdaq, AS.
Pada kesempatan itu perusahaan berhasil mengumpulkan dana sebesar US$ 152 juta atau Rp 2,46 triliun, yang saat itu merupakan IPO terbesar perusahaan internet asal China di AS.
Namun pada 2012 Chen mengundurkan diri sebagai CEO perusahaan dan memindahkan grup induknya, Shanda Investment Group, dari China ke Singapura. Pada saat pengunduran dirinya itu, Forbes mencatat dirinya masih memiliki kekayaan sebesar US$ 1,5 miliar atau Rp 23.34 triliun.
Walaupun pada 2024 ini Forbes mencatat kekayaan bersih Chen 'hanya tersisa' US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 15,56 triliun. Penurunan harta kekayaan ini diperkirakan karena Chen beserta keluarganya kerap melakukan kegiatan filantropis alias sering beramal.
Kegiatan filantropis yang dilakukan keluarga Chen Tianqiao ini termasuk sumbangan sebesar US$ 115 juta atau Rp 1,78 triliun kepada Institut Ilmu Saraf Tianqiao dan Chrissy Chen di Institut Teknologi California pada tahun 2016.
Anggota PKC
Terungkapnya nama Chen sebagai salah satu orang asing pemilik tanah terbesar di AS memicu protes dan kemarahan politisi negeri Paman Sam tersebut. Para politisi menilai pihak berwenang Amerika kecolongan mengapa pembelian tanah ratusan ribu hektar itu bisa dirahasiakan Chen selama bertahun-tahun.
Namun, menurut laporan Mail Online, pembelian lahan seluas itu tidak tercantum dalam catatan kepemilikan tanah pemerintah oleh investor asing.
Anggota Kongres dari Partai Republik di New York, Elise Stefanik, mengatakan kepada New York Post bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden telah “menghilangkan tanggung jawab” dalam melindungi lahan pertanian AS agar tidak diambil alih oleh “musuh asing".
“Komunis China membeli lahan pertanian AS untuk menumbangkan kedaulatan kami, melemahkan industri pertanian kami, melanggar batas instalasi militer kami, dan menjelek-jelekkan komunitas pedesaan Amerika,” kata Stefanik, yang dilansir Minggu (14/1/2024).
Tahun lalu, Stefanik dan anggota Kongres lainnya mengirimkan surat kepada Departemen Pertanian AS, mendesak badan tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kepemilikan asing atas lahan pertanian.
Petani Montana yang juga Senator, Jon Tester, pada hari Jumat memperbarui tuntutan agar Kongres melindungi keamanan lahan AS.
“Meskipun kita mempelajari lebih lanjut mengenai hal-hal spesifik seputar situasi yang sedang terjadi ini, hal ini menyoroti perlunya Kongres untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi keamanan pertanian Amerika,” kata politisi Partai Demokrat itu dalam sebuah pernyataan.
Stefanik termasuk di antara sekelompok legislator bipartisan yang menulis surat kepada Menteri Pertanian Thomas Vilsack untuk memprotes apa yang dia katakan sebagai lemahnya pengawasan pemerintah federal terhadap pembelian tanah oleh asing.
Tidak jelas mengapa pembelian Chen tidak muncul dalam catatan pemerintah AS. Undang-Undang Pengungkapan Investasi Pertanian oleh Asing mewajibkan investor asing untuk melaporkan minat baru apa pun atas lahan pertanian Amerika kepada Departemen Pertanian dalam waktu 90 hari sejak transaksi.
Kepemilikan tanah Chen baru terungkap baru-baru ini setelah negara secara terbuka menyebutkan salah satu perusahaan Chen sebagai pemilik manfaat dari properti tersebut.
Chen diketahui bergabung dengan PKC ketika berusia 18 tahun, namun belum ada informasi lebih jelas jabatan apa yang sekarang diemban Chen di PKC.
POPULAR
RELATED ARTICLES