Stories - 20 February 2023

Miliarder China Hilang Lagi, Kenapa ya?

Bao Fan, seorang miliarder China sekaligus pemimpin dari bank investasi China Renaissance, baru-baru ini menghilang secara misterius.


Bao Fan, seorang miliarder China sekaligus pemimpin dari bank investasi China Renaissance, baru-baru ini menghilang secara misterius. - Bloomberg -

Context.id, JAKARTA - Bao Fan, seorang miliarder China sekaligus pemimpin dari bank investasi China Renaissance, baru-baru ini menghilang secara misterius. 

“Perusahaan tidak bisa menghubungi Tuan Bao,” ujar pihak China Renaissance Holdings kepada para investor saham lewat Bursa Efek Hong Kong, pada Minggu (19/2/2023).

Diketahui, Bao telah hilang kontak dengan perusahaan selama dua hari dan kalau menurut seseorang yang mengetahui masalah tersebut, Bao sedang membantu penyelidikan polisi. 

Sebelumnya sudah ada 5 miliarder ini menghilang secara misterius. Adapun penyebab menghilangnya juga beragam, tetapi kesamaan dari mereka adalah waktu menghilangnya hanya beberapa saat setelah mereka berhubungan dengan pemerintah China.  

Mengutip dari Bloomberg, akhir-akhir ini Presiden China Xi Jinping memang sedang meluncurkan penyelidikan anti korupsi yang menargetkan sektor keuangan. Diketahui, hal ini sudah menyandung sejumlah pejabat dan para bankir investasi, termasuk pejabat dari broker ternama China, Everbright Securities Co. dan Guotai Junan Securities Co.  

Adapun mantan Presiden Renaisans, Cong Lin ternyata juga terlibat dalam penyelidikan oleh pihak berwenang sejak September 2022. 

Kendati demikian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin menyatakan bahwa dirinya tidak tahu menahu mengenai hilangnya Bao. “Tapi saya dapat memberitahu Anda bahwa China adalah negara di bawah supremasi hukum. Pemerintah China melindungi hak-hak sah warganya sesuai dengan hukum,” ujar Wang dikutip dari Bisnis. 



 

Siapa Itu Bao Fan?

Bao Fan merupakan salah satu pemodal paling terkenal di China. Dikutip dari Bisnis, ia memulai karirnya sebagai bankir M&A dengan Morgan Stanley, perusahaan finansial ternama di Amerika Serikat. Lalu, ia juga pernah bekerja untuk Credit Suisse serta penasihat bursa saham di Shanghai dan Shenzhen. 

Lalu, sampai 2005, ia mendirikan China Renaissance Holdings dan mulai melantai di bursa efek Hong Kong pada 2018. Kala itu, ia bermimpi ingin membangun lembaga keuangan yang setara dengan Goldman Sachs, Blackstone, serta BlackRock.

Mimpinya pun terwujud. Di bawah pimpinannnya, China Renaissance berkembang menjadi lembaga keuangan global, dengan lebih dari 700 karyawan dan kantor cabang di Beijing, Shanghai, Hong Kong, Singapura, dan New York. 

Untuk kiprah perusahaannya sendiri, China Renaissance sudah mengawasi IPO dari beberapa perusahaan raksasa teknologi, memfasilitasi merger, hingga berinvestasi pada sejumlah perusahaan kendaraan listrik ternama. 




 

Banyak Konglomerat China Gigit Jari

Seperti yang diketahui, bukan suatu hal yang aneh jika eksekutif di China banyak dipanggil untuk membantu penyidikan pemerintah. Namun, keterlibatan Bao membuat banyak konglomerat negeri tirai bambu itu bergidik ngeri. 

Pasalnya, Bao memiliki banyak koneksi di berbagai sektor serta ia juga pernah menjadi bankir untuk beberapa perusahaan raksasa China. Otomatis, ia memiliki sejumlah “kunci” yang disimpan oleh para pemodal tersebut. 


Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Context.id

MORE  STORIES

Konflik Iran-Israel Bebani Pemerintahan Prabowo

Bagi presiden baru kondisi global yang penuh ketidakpastian bisa menghambat kebijakan ekonominya

Noviarizal Fernandez | 18-04-2024

Lawan Akun Bot, X Berlakukan Biaya Bagi Pengguna Baru

Seluruh akun baru di X diwajibkan untuk membayar ‘biaya kecil’ yang disebut oleh Elon sebagai bentuk verifikasi

Context.id | 18-04-2024

Tren Properti Indonesia, China dan Hongkong dari Selangit hingga Diobral

Harga properti Indonesia, China, dan Hongkong mengalami berbagai sentimen di tengah gejolak ekonomi global

Ririn oktaviani | 18-04-2024

Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Memicu Depresi, Kenapa?

Data Kemenkes RI per Maret 2024 mencatat sebanyak 22,4 % atau sekitar 2.716 calon dokter spesialis mengalami gejala depresi akibat PPDS.

Context.id | 18-04-2024