Stories - 06 June 2023
Kaesang, Magnet Besar untuk Adang Dominasi PKS di Depok
Kaesang Pangarep dinilai sebagai magnet yang menyatukan koalisi besar nasionalis-religus di Depok untuk meruntuhkan dominasi PKS.
Context.id, JAKARTA - Kaesang Pangarep dinilai sebagai magnet yang menyatukan koalisi besar nasionalis-religus di Depok untuk meruntuhkan dominasi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
PKS sudah hampir 20 tahun menjadi jawara dalam pemilihan kepala daerah Kota Depok. Diawali oleh Nurmahmudi Ismail, kader PKS yang memimpin selama dua periode (2006-2016), Kota Depok pada periode 2016-2021 dan 2021-2026 juga dinakhodai kader PKS yakni Mohammad Idris.
Peneliti dari Charta Politica, Dadang Nurjaman, pernah menyatakan bahwa PKS memang memiliki basis pendukung yang kuat di Depok. Selain itu, kemampuan partai dalam mengelola akar rumput menjadi salah satu kekuatannya.
BACA JUGA Tadashi Yanai dan Transformasi Toko Warisan Jadi Uniqlo
Untuk meruntuhkan dominasi itu, Karyono Wibowo, Direktur Indonesian Public Institute (IPI) mengatakan bahwa Kaesang Pangarep adalah tokoh yang tepat. Pasalnya, putra bungsu Preiden Joko Widodo itu sudah memiliki beberapa modal termasuk popularitas yang tinggi karena aktif bersosial media sehingga menarik perhatian media secara masif.
"Serta predikat sebagai anak Presiden Joko Widodo kian melambungkan namanya," tuturnya, Selasa (6/6/2023).
Dengan modal popularitas itu, nama Kaesang dinilai bisa menjadi magnet bagi partai-partai nasionalis dan religius untuk berdiri dalam suatu koalisi besar guna menumbangkan dominasi PKS. Akhir-akhir ini banyak partai dari kalangan nasionalis mulai memberikan pernyataan tentang figur Kaesang dalam pilkada Depok.
“Yang perlu dilihat lebih lanjut adalah tingkat kesukaannya seperti apa. Karena itu perlu disurvei untuk melihat potensi Kaesang,” jelasnya.
BACA JUGA Profil Low Tuck Kwong, Orang Terkaya ke-3 di Indonesia
Menurutnya, Kans Kaesang untuk menang tetap ada meski berat lantaran akan berhadapan dengan petahana yang didukung oleh partai yang telah menancapkan kekuatannya hampir 20 tahun. Berdasarkan catatan Karyono, kurang dari 10 persen petahana yang berhasil dijungkalkan dalam kontestasi.
“Peluang menang ada tapi tidak mudah dalam menghadapi petahana. Kalau memang pun selisihnya tipis seperti di Kota Medan di mana Bobby Nasution [ipar Kaesang] memang atas petahana wakil wali kota,” tambahnya.
Karena itu, jika Kaesang terus melaju sebagai calon walikota, menurutnya, perlu adanya strategi yang tepat untuk memenangkan dukungan dari publik. Jika salah memilih strategi, tentu saja akan bermuara pada kegagalan.
Politik Baliho
Silvanus Alvin, pengamat komunikasi politik, memotret gebrakan Kaesang dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dalam pilkada Kota Depok, dengan memasang baliho di titik strategis. Menurutnya, di tengah era digital saat ini, efektivitas baliho sebagai alat komunikasi politik bisa menjadi subjek perdebatan.
“Baliho adalah media luar ruang tradisional yang digunakan oleh kandidat politik untuk memperkenalkan diri, menyampaikan pesan, dan mempengaruhi pemilih. Namun, dalam konteks era digital, efektivitas baliho bisa terpengaruh oleh perubahan perilaku konsumen dan munculnya media baru,” ujar akademisi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) ini.
Menurutnya, efektivitas baliho juga tergantung pada segmentasi dan pemahaman target audiens. Baliho yang ditempatkan di lokasi strategis dengan lalu lintas tinggi atau di daerah yang didominasi oleh pemilih yang diinginkan dapat memberikan dampak yang signifikan.
BACA JUGA Inflasi Mei 2023 Melandai, Cek Penyebab dan Dampaknya
Namun, jika pemilih target lebih cenderung berada di platform media digital, maka pemanfaatan baliho harus dikombinasikan dengan strategi digital yang lebih luas.
Dia juga melihat Depok belakangan kerap viral dengan peristiwa politik yang melibatkan baliho, sehingga penggunaan baliho menjadi langkah tepat dan menunjukkan keseriusan Kaesang untuk terjun ke politik.
“Dengan demikian, trah Jokowi baik dua putra dan satu menantu pria sudah menyelam ke politik praktis di Indonesia. Kehadiran Kaesang terlepas dari dia anak presiden menunjukkan adanya transisi wajah politik di Indonesia. Wajah geenerasi milenial mulai muncul untuk masuk di pusaran politik nasional,” terangnya.
Senada dengan Karyono Wibowo, Silvanus Alvin juga menilai Kaesang memiliki kans untuk menang. Pasalnya, bila bicara mengenai pola pemilih, maka ada fakta bahwa mayoirtas pemilih adalah gen milenial dan gen-z.
BACA JUGA RI Kebut Ekosistem Kendaraan Listrik Demi NZE 2060
Salah satu kriteria utama yang menjadi penentu bagi dua generasi tersebut adalah ketokohan yang mampu merepresentasikan diri mereka. Kemudian, soal antikorupsi dan kemampuan yang bagus. Dua hal itu sudah menjadi kualitas dari Kaesang.
“Ia pun kerap membuat konten yang menerima kritik dari para komika Indonesia soal berbagai peristiwa politik. Hal ini juga mengimplikasi kesan Kaesang tidak antikritik,” tuturnya.
Tidak kalah penting adalah dominasi narasi positif dari Kaesang. Hal ini penting untuk bisa mengungguli dominasi PKS. Namun, tambahnya, yang jadi fokus utama ialah program kerja apa yang hendak dibawa untuk memberikan kesejahteraan di Depok.
“Jadi ini bukan soal siapa yang pantas berkuasa saja, tapi siapa yang mampu memberi perbaikan-perbaikan untuk rakyat,” pungkasnya.
Penulis : Noviarizal Fernandez
Editor : Oktaviano Donald
MORE STORIES
Di Tengah Perang dan Pengungsian: Mengapa Warga Palestina Tak Mau Pergi?
Warga Palestina tetap bertahan di tengah perang karena keterikatan emosional terhadap tanah, identitas budaya, serta harapan akan masa depan yang ...
Context.id | 09-10-2024
Dua Pelopor Kecerdasan Buatan (AI) Raih Nobel Fisika 2024
Dua pelopor kecerdasan buatan (AI) menerima Nobel Fisika 2024 sebagai pengakuan atas kontribusi inovatif mereka dalam mengubah pemahaman kita tent ...
Context.id | 09-10-2024
Kembalinya Pedagang Maut Viktor Bout ke Perdagangan Senjata Global
Kembalinya Viktor Bout menggambarkan perjalanan kontroversialnya dari penjara menuju kembali terlibat dalam perdagangan senjata global yang komple ...
Context.id | 09-10-2024
Krisis Air Global, Tahun-tahun Terkering dalam Tiga Dekade
Krisis air global selama tiga dekade terakhir disebabkan oleh perubahan iklim dan pengelolaan yang buruk, berdampak pada lingkungan, sosial, dan e ...
Naufal Jauhar Nazhif | 09-10-2024
A modern exploration of business, societies, and ideas.
Powered by Bisnis Indonesia.
Copyright © 2024 - Context
Copyright © 2024 - Context