Share

Home Stories

Stories 03 Februari 2025

Elon Musk Kehilangan Rp178 Triliun di Awal 2025, Apa Penyebabnya?

Penurunan kekayaan Musk karena turunnya harga saham Tesla yang menjadi sumber utama pendapatannya

Ilustrasi Elon Musk/getimg.ai

Context.id, JAKARTA – Kekayaan bersih Elon Musk merosot tajam sejak awal tahun, dengan total kerugian mencapai US$11,3 miliar (sekitar Rp178 triliun). 

Menurut Indeks Miliarder Bloomberg, angka ini menjadi yang terbesar dibandingkan miliarder lain sepanjang 2025.

Musk, yang kini menjadi tokoh sentral dalam pemerintahan Donald Trump, masih mempertahankan posisinya sebagai salah satu orang terkaya dunia. 

Meski begitu, kekayaan terbarunya sebesar US$421 miliar menimbulkan pertanyaan: apakah ambisinya menuju angka US$500 miliar bakal kandas?

Seperti dilansir dari Business Insider, sebagian besar kekayaan Musk berasal dari kepemilikannya di Tesla, SpaceX, serta startup kecerdasan buatan xAI.  

Namun, Tesla perusahaan otomotif yang menjadi andalan Musk mengalami gejolak harga saham dalam beberapa pekan terakhir.

Pelemahan ini terjadi di tengah kritik terhadap kehadiran Musk di pelantikan Trump, serta laporan keuangan Tesla yang tak sesuai ekspektasi. 

Dalam laporan terbaru, Tesla mencatat pendapatan US$25,7 miliar pada kuartal terakhir 2024 naik 2,1% dari tahun sebelumnya, tetapi masih di bawah perkiraan pasar. 

Adapun laba operasi turun 23% meskipun pengiriman kendaraan mencapai rekor 495.000 unit dalam satu kuartal.

Tak hanya itu, peluncuran chatbot AI DeepSeek disebut turut mengguncang pasar teknologi Amerika Serikat.  Produk baru ini memicu aksi jual massal beberapa saham perusahaan besar, termasuk Tesla.

Dalam panggilan konferensi dengan investor, Musk menegaskan Tesla akan segera meluncurkan ribuan taksi otonom atau robotaxi di Austin, Texas, pada Juni 2025. 

"Mobil-mobil ini akan berada di jalan tanpa pengemudi dalam lima bulan ke depan," ujarnya. 

Musk optimistis 2025 akan menjadi tahun penentu bagi Tesla. Namun, dengan tekanan regulasi, persaingan AI, serta dinamika politik yang berkembang, apakah Tesla masih bisa mempertahankan dominasinya



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Home Stories

Stories 03 Februari 2025

Elon Musk Kehilangan Rp178 Triliun di Awal 2025, Apa Penyebabnya?

Penurunan kekayaan Musk karena turunnya harga saham Tesla yang menjadi sumber utama pendapatannya

Ilustrasi Elon Musk/getimg.ai

Context.id, JAKARTA – Kekayaan bersih Elon Musk merosot tajam sejak awal tahun, dengan total kerugian mencapai US$11,3 miliar (sekitar Rp178 triliun). 

Menurut Indeks Miliarder Bloomberg, angka ini menjadi yang terbesar dibandingkan miliarder lain sepanjang 2025.

Musk, yang kini menjadi tokoh sentral dalam pemerintahan Donald Trump, masih mempertahankan posisinya sebagai salah satu orang terkaya dunia. 

Meski begitu, kekayaan terbarunya sebesar US$421 miliar menimbulkan pertanyaan: apakah ambisinya menuju angka US$500 miliar bakal kandas?

Seperti dilansir dari Business Insider, sebagian besar kekayaan Musk berasal dari kepemilikannya di Tesla, SpaceX, serta startup kecerdasan buatan xAI.  

Namun, Tesla perusahaan otomotif yang menjadi andalan Musk mengalami gejolak harga saham dalam beberapa pekan terakhir.

Pelemahan ini terjadi di tengah kritik terhadap kehadiran Musk di pelantikan Trump, serta laporan keuangan Tesla yang tak sesuai ekspektasi. 

Dalam laporan terbaru, Tesla mencatat pendapatan US$25,7 miliar pada kuartal terakhir 2024 naik 2,1% dari tahun sebelumnya, tetapi masih di bawah perkiraan pasar. 

Adapun laba operasi turun 23% meskipun pengiriman kendaraan mencapai rekor 495.000 unit dalam satu kuartal.

Tak hanya itu, peluncuran chatbot AI DeepSeek disebut turut mengguncang pasar teknologi Amerika Serikat.  Produk baru ini memicu aksi jual massal beberapa saham perusahaan besar, termasuk Tesla.

Dalam panggilan konferensi dengan investor, Musk menegaskan Tesla akan segera meluncurkan ribuan taksi otonom atau robotaxi di Austin, Texas, pada Juni 2025. 

"Mobil-mobil ini akan berada di jalan tanpa pengemudi dalam lima bulan ke depan," ujarnya. 

Musk optimistis 2025 akan menjadi tahun penentu bagi Tesla. Namun, dengan tekanan regulasi, persaingan AI, serta dinamika politik yang berkembang, apakah Tesla masih bisa mempertahankan dominasinya



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Google Gemini Kini Bisa Ubah Dokumen Jadi Podcast

Gemini bakal membacakan isi artikel atau laporan kamu, lengkap dengan intonasi ala penyiar podcast

Noviarizal Fernandez . 14 April 2025

Kejuaraan Tinju Kadet dan Remaja Bakal Digelar di Jakarta

Olahraga tinju dinilai mampu menyalurkan energi remaja sekaligus menangkal aksi tawuran.

Noviarizal Fernandez . 09 April 2025

Dominasi Google di Internet Mendapat Tantangan

Kagi mencoba melawan dominasi Google sebagai mesin pencari nomor satu. Mungkinkah berhasil?

Noviarizal Fernandez . 09 April 2025

Microsoft di Usia Setengah Abad: Dari Windows ke AI

Model bisnis yang dibangun oleh Bill Gates dan Paul Allen tetap menjadi fondasi Microsoft hingga kini ditambah cara beradaptasi dengan zaman

Context.id . 08 April 2025