Share

Home Stories

Stories 21 Januari 2025

Trump Tunda Penutupan TikTok, Kreator dan Pelaku Usaha Kecil Ikut Lega

Trump memberikan waktu 75 hari bagi TikTok untuk melepaskan 50% sahamnya di AS

Ilustrasi Trump dan TikTok/Artguru

Context.id, JAKARTA - Keputusan pemerintah Amerika Serikat di era presiden Trump untuk mencabut larangan TikTok selama 75 hari tentunya menjadi angin segar di kalangan kreator, pelaku usaha kecil, dan sektor teknologi. 

Sebelumnya digantikan Trump, Joe Biden memaksa ByteDance, perusahaan induk TikTok, harus menjual asetnya kepada pembeli yang disetujui AS sebelum 24 Januari 2025. Jika tidak, TikTok akan dilarang sepenuhnya di AS. 

Kebijakan ini mengacu pada UU Melindungi Warga Amerika dari Aplikasi yang Dikendalikan Musuh Asing, yang disahkan pada April 2024 lalu. 

Namun, di tangan Trump, kebijakan itu mulai dikendurkan. Kendati tetap memaksa TikTok untuk melakukan divestasi alias menjual setengah sahamnya, paling tidak Trump memberikan kesempatan waktu yang cukup panjang.  

Di AS, seperti dilansir dari ZDnet, TikTok selama ini menjadi sumber utama pendapatan bagi ribuan kreator, dengan beberapa di antaranya mengandalkan aplikasi ini untuk lebih dari 75% penghasilan mereka. 

Data dari pengajuan hukum TikTok memperkirakan larangan kepada aplikasi ini dapat mengakibatkan kehilangan pendapatan hingga US$1,3 miliar hanya dalam satu bulan pertama.

Selain kreator, usaha kecil yang memanfaatkan TikTok sebagai platform pemasaran dan penjualan juga menghadapi ancaman serius.

TikTok Shop, misalnya, menjadi sumber utama transaksi dan interaksi pelanggan bagi banyak pelaku usaha kecil.

Sementara banyak pihak melihat Meta sebagai salah satu penerima manfaat utama dari larangan TikTok, kenyataannya tidak sepenuhnya demikian. 

Meskipun Meta memiliki infrastruktur besar untuk mendukung kreator dan pengiklan, pendekatannya terhadap monetisasi kreator dinilai kurang memadai dibandingkan TikTok.

Selain itu, larangan ini diperkirakan akan mengurangi efisiensi iklan digital secara keseluruhan, karena TikTok selama ini menjadi salah satu platform paling efektif dalam kampanye pemasaran berbasis discovery atau penemuan produk baru.

Kemitraan erat antara TikTok dan Shopify menjadi salah satu aspek yang jarang dibicarakan. 

TikTok Shop, yang telah berkembang pesat dengan target penjualan US$17,5 miliar di AS pada 2024, memberikan keuntungan besar bagi Shopify melalui integrasi langsung dengan toko online. 

Jika larangan TikTok terus berlangsung akan memukul Shopify dan para penggunanya secara signifikan.

Belajar dari hal ini, para pelaku usaha harus mulai mendiversifikasi platform yang digunakan, seperti YouTube, Meta, dan platform lain, guna mengurangi ketergantungan pada TikTok.

Sebenarnya keputusan untuk melarang TikTok didasarkan pada kekhawatiran keamanan nasional, termasuk risiko pengumpulan data oleh pemerintah asing. 

Data ini mencakup kebiasaan belanja, preferensi pengguna, hingga informasi biometrik. 

Namun, keputusan ini juga memunculkan dilema, karena dampaknya dapat dirasakan luas oleh masyarakat, mulai dari kehilangan pekerjaan hingga hambatan besar bagi sektor usaha kecil.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Home Stories

Stories 21 Januari 2025

Trump Tunda Penutupan TikTok, Kreator dan Pelaku Usaha Kecil Ikut Lega

Trump memberikan waktu 75 hari bagi TikTok untuk melepaskan 50% sahamnya di AS

Ilustrasi Trump dan TikTok/Artguru

Context.id, JAKARTA - Keputusan pemerintah Amerika Serikat di era presiden Trump untuk mencabut larangan TikTok selama 75 hari tentunya menjadi angin segar di kalangan kreator, pelaku usaha kecil, dan sektor teknologi. 

Sebelumnya digantikan Trump, Joe Biden memaksa ByteDance, perusahaan induk TikTok, harus menjual asetnya kepada pembeli yang disetujui AS sebelum 24 Januari 2025. Jika tidak, TikTok akan dilarang sepenuhnya di AS. 

Kebijakan ini mengacu pada UU Melindungi Warga Amerika dari Aplikasi yang Dikendalikan Musuh Asing, yang disahkan pada April 2024 lalu. 

Namun, di tangan Trump, kebijakan itu mulai dikendurkan. Kendati tetap memaksa TikTok untuk melakukan divestasi alias menjual setengah sahamnya, paling tidak Trump memberikan kesempatan waktu yang cukup panjang.  

Di AS, seperti dilansir dari ZDnet, TikTok selama ini menjadi sumber utama pendapatan bagi ribuan kreator, dengan beberapa di antaranya mengandalkan aplikasi ini untuk lebih dari 75% penghasilan mereka. 

Data dari pengajuan hukum TikTok memperkirakan larangan kepada aplikasi ini dapat mengakibatkan kehilangan pendapatan hingga US$1,3 miliar hanya dalam satu bulan pertama.

Selain kreator, usaha kecil yang memanfaatkan TikTok sebagai platform pemasaran dan penjualan juga menghadapi ancaman serius.

TikTok Shop, misalnya, menjadi sumber utama transaksi dan interaksi pelanggan bagi banyak pelaku usaha kecil.

Sementara banyak pihak melihat Meta sebagai salah satu penerima manfaat utama dari larangan TikTok, kenyataannya tidak sepenuhnya demikian. 

Meskipun Meta memiliki infrastruktur besar untuk mendukung kreator dan pengiklan, pendekatannya terhadap monetisasi kreator dinilai kurang memadai dibandingkan TikTok.

Selain itu, larangan ini diperkirakan akan mengurangi efisiensi iklan digital secara keseluruhan, karena TikTok selama ini menjadi salah satu platform paling efektif dalam kampanye pemasaran berbasis discovery atau penemuan produk baru.

Kemitraan erat antara TikTok dan Shopify menjadi salah satu aspek yang jarang dibicarakan. 

TikTok Shop, yang telah berkembang pesat dengan target penjualan US$17,5 miliar di AS pada 2024, memberikan keuntungan besar bagi Shopify melalui integrasi langsung dengan toko online. 

Jika larangan TikTok terus berlangsung akan memukul Shopify dan para penggunanya secara signifikan.

Belajar dari hal ini, para pelaku usaha harus mulai mendiversifikasi platform yang digunakan, seperti YouTube, Meta, dan platform lain, guna mengurangi ketergantungan pada TikTok.

Sebenarnya keputusan untuk melarang TikTok didasarkan pada kekhawatiran keamanan nasional, termasuk risiko pengumpulan data oleh pemerintah asing. 

Data ini mencakup kebiasaan belanja, preferensi pengguna, hingga informasi biometrik. 

Namun, keputusan ini juga memunculkan dilema, karena dampaknya dapat dirasakan luas oleh masyarakat, mulai dari kehilangan pekerjaan hingga hambatan besar bagi sektor usaha kecil.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Nominasi Oscar 2025: Kejutan, Penolakan dan Rekor Baru

Penghargaan Academy Awards ke-97 atau Oscar kembali digelar dengan sejumlah kejutan

Context.id . 24 January 2025

Steppin: Aplikasi Pengunci Media Sosial untuk Capai Target Langkah Kaki

Pengguna bisa mengatur sendiri berapa banyak langkah yang diperlukan untuk membuka aplikasi medsos

Context.id . 24 January 2025

Trump Ajak Pemimpin Silicon Valley Masuk Kabinetnya

Langkah ini memperkuat hubungan antara dunia teknologi dan politik serta mendorong peran Amerika di bidang inovasi global lebih strategis

Context.id . 24 January 2025

Sewa Properti di Milan Paling Mahal, Jakarta Peringkat Berapa?

Lembaga survei properti Cushman and Wakefield merilis daftar kawasan jalan di dunia yang memiliki tarif sewa properti termahal.

Context.id . 24 January 2025