Share

Home Stories

Stories 15 Januari 2025

Meta Bakal Ganti Insinyur Tingkat Menengah dengan Teknologi AI

Teknologi kecerdasan buatan (AI) akan menggantikan peran insinyur untuk menulis atau menyusun kode sistem operasi di Meta

Lambang Meta, induk Instagram dan Facebook/Meta Inc

Context.id, JAKARTA - Mark Zuckerberg, bos Meta yang menjadi induk Facebook dan Instagram, menyatakan perusahaannya pada 2025 ini akan mulai mengotomatisasi pekerjaan insinyur perangkat lunak tingkat menengah menggunakan kecerdasan buatan (AI).

Langkah ini diungkapkan Zuckerberg dalam wawancaranya pada podcast Joe Rogan Experience minggu lalu.

“Mungkin pada 2025, Meta bersama perusahaan lain yang mengerjakan hal serupa akan memiliki AI yang mampu bertindak layaknya insinyur tingkat menengah, menulis kode, dan menjalankan tugas penting,” ujar Zuckerberg seperti dilansir dari Business Insider

Saat ini Meta tengah berinvestasi besar dalam pengembangan AI yang diharapkan mampu menggantikan kebutuhan insinyur perangkat lunak manusia.

Zuckerberg menambahkan, meskipun pengembangan ini mahal, Meta optimis semua pengkodean dalam aplikasinya, termasuk yang dihasilkan AI, dapat sepenuhnya dikerjakan oleh AI.

Data dari situs pelacakan gaji menunjukkan, teknisi perangkat lunak tingkat menengah di Meta saat ini memperoleh gaji total mendekati enam digit. Automasi ini diperkirakan akan memberikan efisiensi besar bagi perusahaan.

Wawancara Zuckerberg hadir di tengah gelombang perubahan besar di Meta. Pasalnya belum lama ini Zuckerberg mengumumkan rencana mengganti pemeriksa fakta pihak ketiga dengan catatan komunitas, pendekatan yang mirip dengan platform X milik Elon Musk.

Langkah ini memicu kritik dari kelompok pemeriksa fakta, yang mengirimkan surat terbuka kepada Meta, menyebut kebijakan tersebut sebagai “langkah mundur.”

Selain itu, Meta juga mengumumkan pengurangan inisiatif keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (Diversity, Equity, and Inclusion atau DEI).

Dalam memo internal, Wakil Presiden Sumber Daya Manusia Meta, Janelle Gale, menyatakan perusahaan tidak akan lagi memiliki tim khusus yang berfokus pada DEI.

Perubahan-perubahan ini menandakan transformasi besar dalam pendekatan Meta terhadap teknologi dan manajemen.

Automasi AI dapat mengubah pengkodean dari salah satu keterampilan yang paling dicari menjadi pekerjaan yang dapat sepenuhnya dilakukan mesin.

Namun, kebijakan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya pada tenaga kerja dan kepercayaan publik terhadap platform digital.

Meta tampaknya memposisikan diri sebagai pionir dalam memanfaatkan AI, tetapi juga menghadapi risiko mengorbankan faktor manusia seperti yang selama ini ditakutkan kelompok pekerja.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 15 Januari 2025

Meta Bakal Ganti Insinyur Tingkat Menengah dengan Teknologi AI

Teknologi kecerdasan buatan (AI) akan menggantikan peran insinyur untuk menulis atau menyusun kode sistem operasi di Meta

Lambang Meta, induk Instagram dan Facebook/Meta Inc

Context.id, JAKARTA - Mark Zuckerberg, bos Meta yang menjadi induk Facebook dan Instagram, menyatakan perusahaannya pada 2025 ini akan mulai mengotomatisasi pekerjaan insinyur perangkat lunak tingkat menengah menggunakan kecerdasan buatan (AI).

Langkah ini diungkapkan Zuckerberg dalam wawancaranya pada podcast Joe Rogan Experience minggu lalu.

“Mungkin pada 2025, Meta bersama perusahaan lain yang mengerjakan hal serupa akan memiliki AI yang mampu bertindak layaknya insinyur tingkat menengah, menulis kode, dan menjalankan tugas penting,” ujar Zuckerberg seperti dilansir dari Business Insider

Saat ini Meta tengah berinvestasi besar dalam pengembangan AI yang diharapkan mampu menggantikan kebutuhan insinyur perangkat lunak manusia.

Zuckerberg menambahkan, meskipun pengembangan ini mahal, Meta optimis semua pengkodean dalam aplikasinya, termasuk yang dihasilkan AI, dapat sepenuhnya dikerjakan oleh AI.

Data dari situs pelacakan gaji menunjukkan, teknisi perangkat lunak tingkat menengah di Meta saat ini memperoleh gaji total mendekati enam digit. Automasi ini diperkirakan akan memberikan efisiensi besar bagi perusahaan.

Wawancara Zuckerberg hadir di tengah gelombang perubahan besar di Meta. Pasalnya belum lama ini Zuckerberg mengumumkan rencana mengganti pemeriksa fakta pihak ketiga dengan catatan komunitas, pendekatan yang mirip dengan platform X milik Elon Musk.

Langkah ini memicu kritik dari kelompok pemeriksa fakta, yang mengirimkan surat terbuka kepada Meta, menyebut kebijakan tersebut sebagai “langkah mundur.”

Selain itu, Meta juga mengumumkan pengurangan inisiatif keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (Diversity, Equity, and Inclusion atau DEI).

Dalam memo internal, Wakil Presiden Sumber Daya Manusia Meta, Janelle Gale, menyatakan perusahaan tidak akan lagi memiliki tim khusus yang berfokus pada DEI.

Perubahan-perubahan ini menandakan transformasi besar dalam pendekatan Meta terhadap teknologi dan manajemen.

Automasi AI dapat mengubah pengkodean dari salah satu keterampilan yang paling dicari menjadi pekerjaan yang dapat sepenuhnya dilakukan mesin.

Namun, kebijakan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya pada tenaga kerja dan kepercayaan publik terhadap platform digital.

Meta tampaknya memposisikan diri sebagai pionir dalam memanfaatkan AI, tetapi juga menghadapi risiko mengorbankan faktor manusia seperti yang selama ini ditakutkan kelompok pekerja.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Astronaut, Popok dan Martabat Manusia di Antariksa

Mengapa mengompol di luar angkasa bukanlah aib, tapi keharusan profesional

Renita Sukma . 04 June 2025

Vietnam Blokir Telegram, Antara Keamanan Negara dan Sensor Digital

Pemerintah Vietnam kembali menjadi sorotan setelah memerintahkan pemblokiran Telegram yang sangat populer di negara komunis itu

Renita Sukma . 03 June 2025

Gara-gara Konklaf UMKM Roma Raih Keuntungan Besar

Peziarah dan turis habiskan dana sampai 600 Juta Euro saat berkunjung ke Roma

Noviarizal Fernandez . 03 June 2025

Berapa Banyak Energi yang Sebenarnya Digunakan AI?

Model AI berbeda dengan komputer biasa karena membutuhkan daya gigantik untuk belajar dan mengolah miliaran informasi demi menghasilkan respons cerdas

Renita Sukma . 03 June 2025