Share

Home Stories

Stories 11 Juli 2025

Negosiasi RI-AS Mandek Tapi Vietnam Berhasil, Kok Bisa?

Menilai paket negosiasi yang ditawarkan Vietnam kepada AS secara signifikan mengurangi defisit neraca perdagangan AS

Acara diskusi ekonomi soal tarif Trump di CSIS/Context-Renita Sukma

Context.id, JAKARTA - Vietnam berhasil menyalip Indonesia dalam mencapai kesepakatan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS). 

Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan mengenakan tarif impor 20% terhadap barang asal Vietnam, lebih rendah dari tarif yang pertama kali Trump umumkan pada April lalu sebesar 40%. 

Namun, AS akan mengenakan tarif 40% untuk barang-barang yang dialihkan lewat Vietnam alias transshipment yang didominasi produk China.

Sedangkan, Indonesia tetap dikenakan tarif 32%. Angka ini tidak berubah, meski pemerintah Indonesia telah melakukan upaya negosiasi dengan pihak AS.

Hal ini pun membuat publik bertanya-tanya, apa yang membedakan tawaran Vietnam dengan Indonesia, hingga kedua negara Asean itu memiliki nasib yang berbeda.

Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Dandy Rafitrandi menilai paket yang ditawarkan Vietnam lebih konkret untuk mengurangi defisit neraca perdagangan AS.

Vietnam berani memberikan tarif 0% terhadap produk impor asal AS. Apabila dilakukan simulasi dengan jumlah ekspor AS ke Vietnam yang senilai US$13 miliar, maka setiap tahunnya AS bisa menurunkan defisit neraca perdagangan hingga sebesar US$3 miliar per tahun.

Sedangkan, jika dilakukan perhitungan atas impor AS dari Vietnam dengan tarif baru yakni 20%, Dandy menyebut AS bisa meraup untung hingga US$ 30 miliar per tahun.

“Total impor Amerika Serikat dari Vietnam itu sekitar US$130 miliar. Jadi, kalau kita bisa lihat kemungkinan paketnya itu kalau kita total itu ya, penerimaan dari impor dan juga potensi penurunan trade deficit ini sekitar US$30 miliar per tahun,” jelasnya, Kamis (10/7) di Jakarta

Sedangkan, menurut Dandy negosiasi yang ditawarkan Indonesia bersifat one time atau secara signifikan belum mampu mengurangi defisit neraca perdagangan RI-AS.

Apalagi, kata Dandy, AS memiliki kepentingan politik untuk membuktikan kebijakan tarif merupakan langkah jitu untuk memangkas defisit neraca perdagangan negaranya.

“Jadi mungkin pertanyaannya yang bisa kita formulasikan untuk paket-paket offer selanjutnya, itu adalah bagaimana offer Indonesia itu bisa menurunkan trade deficit Amerika Serikat,” kata Dandy. 



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 11 Juli 2025

Negosiasi RI-AS Mandek Tapi Vietnam Berhasil, Kok Bisa?

Menilai paket negosiasi yang ditawarkan Vietnam kepada AS secara signifikan mengurangi defisit neraca perdagangan AS

Acara diskusi ekonomi soal tarif Trump di CSIS/Context-Renita Sukma

Context.id, JAKARTA - Vietnam berhasil menyalip Indonesia dalam mencapai kesepakatan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS). 

Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan mengenakan tarif impor 20% terhadap barang asal Vietnam, lebih rendah dari tarif yang pertama kali Trump umumkan pada April lalu sebesar 40%. 

Namun, AS akan mengenakan tarif 40% untuk barang-barang yang dialihkan lewat Vietnam alias transshipment yang didominasi produk China.

Sedangkan, Indonesia tetap dikenakan tarif 32%. Angka ini tidak berubah, meski pemerintah Indonesia telah melakukan upaya negosiasi dengan pihak AS.

Hal ini pun membuat publik bertanya-tanya, apa yang membedakan tawaran Vietnam dengan Indonesia, hingga kedua negara Asean itu memiliki nasib yang berbeda.

Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Dandy Rafitrandi menilai paket yang ditawarkan Vietnam lebih konkret untuk mengurangi defisit neraca perdagangan AS.

Vietnam berani memberikan tarif 0% terhadap produk impor asal AS. Apabila dilakukan simulasi dengan jumlah ekspor AS ke Vietnam yang senilai US$13 miliar, maka setiap tahunnya AS bisa menurunkan defisit neraca perdagangan hingga sebesar US$3 miliar per tahun.

Sedangkan, jika dilakukan perhitungan atas impor AS dari Vietnam dengan tarif baru yakni 20%, Dandy menyebut AS bisa meraup untung hingga US$ 30 miliar per tahun.

“Total impor Amerika Serikat dari Vietnam itu sekitar US$130 miliar. Jadi, kalau kita bisa lihat kemungkinan paketnya itu kalau kita total itu ya, penerimaan dari impor dan juga potensi penurunan trade deficit ini sekitar US$30 miliar per tahun,” jelasnya, Kamis (10/7) di Jakarta

Sedangkan, menurut Dandy negosiasi yang ditawarkan Indonesia bersifat one time atau secara signifikan belum mampu mengurangi defisit neraca perdagangan RI-AS.

Apalagi, kata Dandy, AS memiliki kepentingan politik untuk membuktikan kebijakan tarif merupakan langkah jitu untuk memangkas defisit neraca perdagangan negaranya.

“Jadi mungkin pertanyaannya yang bisa kita formulasikan untuk paket-paket offer selanjutnya, itu adalah bagaimana offer Indonesia itu bisa menurunkan trade deficit Amerika Serikat,” kata Dandy. 



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025