Ditekan Tarif Trump, Indonesia Bisa Perluas Pasar Tekstil ke Eropa
Di tengah tekanan tarif Trump 32%, Indonesia memiliki peluang untuk memperluas pasar ke Uni Eropa

Context.id, JAKARTA - Industri tekstil menjadi salah satu yang terpukul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tarif impor 32% kepada Indonesia.
Selama ini pasar AS merupakan tujuan utama ekspor komoditas tekstil. Hingga Maret 2025 saja, Indonesia telah mengirimkan alas kaki ke AS sebesar 34,16% dari total ekspor alas kaki.
Indonesia perlu melakukan diversifikasi atau perluasan pasar ke wilayah lain agar tidak terus-menerus bergantung kepada AS.
Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Riandy Laksono berpendapat Uni Eropa bisa menjadi pasar yang potensial untuk produk tekstil Tanah Air.
Uni Eropa merupakan pengimpor terbesar 20 produk utama Indonesia pada 2023. Tak hanya itu, di tahun yang sama, secara global Uni Eropa menjadi pengimpor 48% dari total ekspor produk alas kaki (HS 6403) Indonesia .
“Untuk produk tekstil seperti alas kaki, Eropa cukup tinggi permintaannya. Jadi, walaupun kita tersandera (tarif Trump), peluang untuk mendiversifikasi pasar masih terbuka lebar,” ungkap Riandy, Kamis (10/7) di Jakarta.
Randy melihat negosiasi perjanjian perdagangan RI dan Uni Eropa melalui Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IEU-CEPA menjadi langkah yang tepat di tengah tekanan global ini.
Kendati demikian, Riandy tidak menampik tantangan terbesarnya soal diversifikasi pasokan bahan baku. Sebab, ketergantungan bahan baku Indonesia masih terkonsentrasi ke China.
“Diversifikasi pasar ya ada peluang, tapi mendiversifikasi bahan baku lebih sulit. Karena sumber investasi juga sangat terkonsentrasi dari China, Hongkong, dan juga Singapura yang mana, duitnya mungkin juga dari China,” ungkapnya.
POPULAR
RELATED ARTICLES
Ditekan Tarif Trump, Indonesia Bisa Perluas Pasar Tekstil ke Eropa
Di tengah tekanan tarif Trump 32%, Indonesia memiliki peluang untuk memperluas pasar ke Uni Eropa

Context.id, JAKARTA - Industri tekstil menjadi salah satu yang terpukul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tarif impor 32% kepada Indonesia.
Selama ini pasar AS merupakan tujuan utama ekspor komoditas tekstil. Hingga Maret 2025 saja, Indonesia telah mengirimkan alas kaki ke AS sebesar 34,16% dari total ekspor alas kaki.
Indonesia perlu melakukan diversifikasi atau perluasan pasar ke wilayah lain agar tidak terus-menerus bergantung kepada AS.
Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Riandy Laksono berpendapat Uni Eropa bisa menjadi pasar yang potensial untuk produk tekstil Tanah Air.
Uni Eropa merupakan pengimpor terbesar 20 produk utama Indonesia pada 2023. Tak hanya itu, di tahun yang sama, secara global Uni Eropa menjadi pengimpor 48% dari total ekspor produk alas kaki (HS 6403) Indonesia .
“Untuk produk tekstil seperti alas kaki, Eropa cukup tinggi permintaannya. Jadi, walaupun kita tersandera (tarif Trump), peluang untuk mendiversifikasi pasar masih terbuka lebar,” ungkap Riandy, Kamis (10/7) di Jakarta.
Randy melihat negosiasi perjanjian perdagangan RI dan Uni Eropa melalui Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IEU-CEPA menjadi langkah yang tepat di tengah tekanan global ini.
Kendati demikian, Riandy tidak menampik tantangan terbesarnya soal diversifikasi pasokan bahan baku. Sebab, ketergantungan bahan baku Indonesia masih terkonsentrasi ke China.
“Diversifikasi pasar ya ada peluang, tapi mendiversifikasi bahan baku lebih sulit. Karena sumber investasi juga sangat terkonsentrasi dari China, Hongkong, dan juga Singapura yang mana, duitnya mungkin juga dari China,” ungkapnya.
POPULAR
RELATED ARTICLES