Share

Home Stories

Stories 11 Juli 2025

Tarif Jadi Senjata Trump Jegal China di Panggung Global

Kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump bertujuan untuk menghambat China dalam rantai pasok global

Ilustrasi China Vs AS/www.piie.com

Context.id, JAKARTA - Kebijakan ekonomi terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dimaksudkan untuk menjegal China dalam rantai pasok global. Tak cuma tarif timbal balik atau resiprokal, syarat transshipment oleh AS juga jadi masalah genting.

Transshipment merupakan pengalihan barang asal China lewat Indonesia sebelum diekspor ke AS. Misalnya, demi menghindari tarif impor tinggi, China mengganti label dari “made in China” menjadi “made in Indonesia”. 

Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Riandy Laksono menilai AS tidak hanya menghambat produk “made in China” tetapi juga “made by China”.

Artinya, jika transshipment tidak didefinisikan secara jelas oleh Trump, kebijakan ini berpotensi bukan hanya menyasar produk yang melalui proses tidak substansial tetapi juga barang yang diproduksi oleh investasi dari China.

Bisa-bisa, kata Riandy, produk hasil pabrik China yang relokasi ke Indonesia juga diberi label sebagai produk transshipment. Rivalitas AS-China saat ini bergeser dari perang tarif menjadi rekonfigurasi rantai pasok global dan kawasan.

“Nah kalau negara impor kain (dari China), dicetak kemudian mengekspor baju (ke AS), belum tentu itu dianggap cukup meaningful prosesnya. Jadi kalau gak cukup meaningful, tarifnya berubah dari 20% ke 40%,” jelas Riandy dalam media briefing bertajuk Merespon Kebijakan Tarif Trump: Mendayung di Antara Banyak Karang, Kamis (10/7/2025).

Di sisi lain, Riandy memperkirakan dampak kebijakan Trump dapat meluas hingga kawasan Asean. Negara-negara di Asia tenggara berpotensi dikenakan nilai tarif yang sama dengan kesepakatan dagang antara AS dan Vietnam.

Seperti diketahui, Trump akan mengenakan tarif impor 20% untuk produk impor asal Vietnam dan 40% terhadap barang asal China yang sekadar transit di Negeri Naga Biru itu..

Riandy memperkirakan AS akan menjadikan tarif 40% sebagai tarif dasar atau baseline bagi negara-negara Asean. “Saya berpendapat negara itu justru harus membuktikan barang itu bukan transshipment untuk bisa mendapatkan tarif 20%.” 

Tantangannya, lanjut Riandy, negara-negara Asean sangat bergantung pada bahan baku asal China. Misalnya, Kamboja mengimpor 54,7% material bahan bakunya dari China, Vietnam sebesar 31,9%, sedangkan Indonesia 25%.

“Jadi, kalau rantai pasok ini diganggu, ekspor kita juga terdampak. Karena bahan-bahannya dari China yang dilarang oleh AS,” ujarnya.



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 11 Juli 2025

Tarif Jadi Senjata Trump Jegal China di Panggung Global

Kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump bertujuan untuk menghambat China dalam rantai pasok global

Ilustrasi China Vs AS/www.piie.com

Context.id, JAKARTA - Kebijakan ekonomi terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dimaksudkan untuk menjegal China dalam rantai pasok global. Tak cuma tarif timbal balik atau resiprokal, syarat transshipment oleh AS juga jadi masalah genting.

Transshipment merupakan pengalihan barang asal China lewat Indonesia sebelum diekspor ke AS. Misalnya, demi menghindari tarif impor tinggi, China mengganti label dari “made in China” menjadi “made in Indonesia”. 

Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Riandy Laksono menilai AS tidak hanya menghambat produk “made in China” tetapi juga “made by China”.

Artinya, jika transshipment tidak didefinisikan secara jelas oleh Trump, kebijakan ini berpotensi bukan hanya menyasar produk yang melalui proses tidak substansial tetapi juga barang yang diproduksi oleh investasi dari China.

Bisa-bisa, kata Riandy, produk hasil pabrik China yang relokasi ke Indonesia juga diberi label sebagai produk transshipment. Rivalitas AS-China saat ini bergeser dari perang tarif menjadi rekonfigurasi rantai pasok global dan kawasan.

“Nah kalau negara impor kain (dari China), dicetak kemudian mengekspor baju (ke AS), belum tentu itu dianggap cukup meaningful prosesnya. Jadi kalau gak cukup meaningful, tarifnya berubah dari 20% ke 40%,” jelas Riandy dalam media briefing bertajuk Merespon Kebijakan Tarif Trump: Mendayung di Antara Banyak Karang, Kamis (10/7/2025).

Di sisi lain, Riandy memperkirakan dampak kebijakan Trump dapat meluas hingga kawasan Asean. Negara-negara di Asia tenggara berpotensi dikenakan nilai tarif yang sama dengan kesepakatan dagang antara AS dan Vietnam.

Seperti diketahui, Trump akan mengenakan tarif impor 20% untuk produk impor asal Vietnam dan 40% terhadap barang asal China yang sekadar transit di Negeri Naga Biru itu..

Riandy memperkirakan AS akan menjadikan tarif 40% sebagai tarif dasar atau baseline bagi negara-negara Asean. “Saya berpendapat negara itu justru harus membuktikan barang itu bukan transshipment untuk bisa mendapatkan tarif 20%.” 

Tantangannya, lanjut Riandy, negara-negara Asean sangat bergantung pada bahan baku asal China. Misalnya, Kamboja mengimpor 54,7% material bahan bakunya dari China, Vietnam sebesar 31,9%, sedangkan Indonesia 25%.

“Jadi, kalau rantai pasok ini diganggu, ekspor kita juga terdampak. Karena bahan-bahannya dari China yang dilarang oleh AS,” ujarnya.



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025