Ancaman Tarif Trump untuk 14 Negara, Indonesia Kena!
Negara-negara ini akan menghadapi tarif baru jika gagal mencapai kesepakatan dagang dengan AS sebelum batas waktu yang ditentukan

Context.id, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengguncang arena perdagangan global. Pada Senin lalu, ia memperpanjang penangguhan tarif resiprokal yang luas hingga 1 Agustus, sekaligus mengirim surat tarif kepada 14 negara.
Isinya? Peringatan mereka akan menghadapi tarif baru jika gagal mencapai kesepakatan dagang dengan AS sebelum batas waktu yang baru.
Gedung Putih telah merilis daftar 14 negara yang menerima surat ancaman tarif ini. Mereka harus mencapai kesepakatan dengan AS sebelum 1 Agustus, jika tidak, tarif baru akan diberlakukan.
Di Asia Tenggara, selain Laos, Myanmar, Kamboja dan Thailand, Indonesia juga masuk dalam negara yang terkena. Sialnya, jika negara lain mendapatkan penurunan tarif, Indonesia justru tarifnya tetap, yakni 32%.
Melalui platform Truth Social, Trump membagikan isi surat-surat tarifnya. Intinya, ia menyatakan keprihatinan tentang ketidakseimbangan perdagangan antara AS dan negara-negara tersebut.
Trump juga menegaskan perusahaan yang memindahkan produksinya ke AS akan dibebaskan dari tarif. Namun, ada ancaman keras, jika negara-negara ini memberlakukan tarif balasan, mereka bisa menghadapi tarif yang lebih tinggi lagi dari AS.
Trump menutup surat-suratnya dengan nada yang khas, "Tarif ini bisa diubah, naik atau turun, tergantung pada hubungan kami dengan Negara Anda. Anda tidak akan pernah kecewa dengan Amerika Serikat."
Sehari sebelumnya, Trump juga mengancam blok BRICS dengan tarif tambahan 10%. Ancaman ini muncul setelah BRICS, dalam KTT ke-17 di Brazil, secara tidak langsung mengkritik perang dagang AS dan serangan militer terbaru AS terhadap Iran.
"Negara mana pun yang bersekutu dengan kebijakan Anti-Amerika BRICS, akan dikenakan Tarif TAMBAHAN 10%," tulis Trump.
BRICS, yang mulanya terdiri dari Brazil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, kini telah berkembang dengan masuknya Indonesia, Mesir, Iran, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab.
Bagaimana respon dunia?
Jepang dan Korea Selatan pada Selasa mengatakan akan mencoba mencapai kesepakatan dengan Trump.
Negosiator perdagangan utama Jepang, Ryosei Akazawa, menyatakan akan mencari konsesi untuk industri otomotif Jepang, tetapi tidak akan berkompromi pada sektor pertanian mereka sebuah posisi yang konsisten dengan negosiasi dagang Jepang sebelumnya.
"Tidak ada gunanya membuat kesepakatan dengan AS tanpa kesepakatan tentang tarif mobil," kata Akazawa seperti dikutip dari Al Jazeera.
Sementara itu, Korea Selatan juga akan meningkatkan pembicaraan perdagangan dengan AS dan siap memperbaiki sistem serta regulasi domestik untuk mengatasi defisit perdagangan.
Namun, Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, lebih kritis. Ia menyebut tarif 30% yang diberlakukan Trump sebagai "unilateral" dan tidak akurat.
"Afrika Selatan berpendapat bahwa tarif timbal balik 30 persen bukanlah representasi akurat dari data perdagangan yang tersedia," kata pernyataan kepresidenan. Mereka mencatat 77% barang AS masuk ke pasar Afrika Selatan dengan bea nol persen.
Perang dagang Trump tampaknya akan terus menjadi sorotan utama di panggung global. Bagaimana dampaknya nanti bagi perekonomian dunia dan khususnya Indonesia? Kita tunggu saja perkembangannya.
POPULAR
RELATED ARTICLES
Ancaman Tarif Trump untuk 14 Negara, Indonesia Kena!
Negara-negara ini akan menghadapi tarif baru jika gagal mencapai kesepakatan dagang dengan AS sebelum batas waktu yang ditentukan

Context.id, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengguncang arena perdagangan global. Pada Senin lalu, ia memperpanjang penangguhan tarif resiprokal yang luas hingga 1 Agustus, sekaligus mengirim surat tarif kepada 14 negara.
Isinya? Peringatan mereka akan menghadapi tarif baru jika gagal mencapai kesepakatan dagang dengan AS sebelum batas waktu yang baru.
Gedung Putih telah merilis daftar 14 negara yang menerima surat ancaman tarif ini. Mereka harus mencapai kesepakatan dengan AS sebelum 1 Agustus, jika tidak, tarif baru akan diberlakukan.
Di Asia Tenggara, selain Laos, Myanmar, Kamboja dan Thailand, Indonesia juga masuk dalam negara yang terkena. Sialnya, jika negara lain mendapatkan penurunan tarif, Indonesia justru tarifnya tetap, yakni 32%.
Melalui platform Truth Social, Trump membagikan isi surat-surat tarifnya. Intinya, ia menyatakan keprihatinan tentang ketidakseimbangan perdagangan antara AS dan negara-negara tersebut.
Trump juga menegaskan perusahaan yang memindahkan produksinya ke AS akan dibebaskan dari tarif. Namun, ada ancaman keras, jika negara-negara ini memberlakukan tarif balasan, mereka bisa menghadapi tarif yang lebih tinggi lagi dari AS.
Trump menutup surat-suratnya dengan nada yang khas, "Tarif ini bisa diubah, naik atau turun, tergantung pada hubungan kami dengan Negara Anda. Anda tidak akan pernah kecewa dengan Amerika Serikat."
Sehari sebelumnya, Trump juga mengancam blok BRICS dengan tarif tambahan 10%. Ancaman ini muncul setelah BRICS, dalam KTT ke-17 di Brazil, secara tidak langsung mengkritik perang dagang AS dan serangan militer terbaru AS terhadap Iran.
"Negara mana pun yang bersekutu dengan kebijakan Anti-Amerika BRICS, akan dikenakan Tarif TAMBAHAN 10%," tulis Trump.
BRICS, yang mulanya terdiri dari Brazil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, kini telah berkembang dengan masuknya Indonesia, Mesir, Iran, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab.
Bagaimana respon dunia?
Jepang dan Korea Selatan pada Selasa mengatakan akan mencoba mencapai kesepakatan dengan Trump.
Negosiator perdagangan utama Jepang, Ryosei Akazawa, menyatakan akan mencari konsesi untuk industri otomotif Jepang, tetapi tidak akan berkompromi pada sektor pertanian mereka sebuah posisi yang konsisten dengan negosiasi dagang Jepang sebelumnya.
"Tidak ada gunanya membuat kesepakatan dengan AS tanpa kesepakatan tentang tarif mobil," kata Akazawa seperti dikutip dari Al Jazeera.
Sementara itu, Korea Selatan juga akan meningkatkan pembicaraan perdagangan dengan AS dan siap memperbaiki sistem serta regulasi domestik untuk mengatasi defisit perdagangan.
Namun, Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, lebih kritis. Ia menyebut tarif 30% yang diberlakukan Trump sebagai "unilateral" dan tidak akurat.
"Afrika Selatan berpendapat bahwa tarif timbal balik 30 persen bukanlah representasi akurat dari data perdagangan yang tersedia," kata pernyataan kepresidenan. Mereka mencatat 77% barang AS masuk ke pasar Afrika Selatan dengan bea nol persen.
Perang dagang Trump tampaknya akan terus menjadi sorotan utama di panggung global. Bagaimana dampaknya nanti bagi perekonomian dunia dan khususnya Indonesia? Kita tunggu saja perkembangannya.
POPULAR
RELATED ARTICLES